Kamis, 12 November 2009

Peternakan Ayam Tercanggih di Asia Tenggara Dibangun di Cisarua

Produksi Vaksin H1N1

Andri Haryanto - detikBandung
Bandung - Pemerintah melalui Biofarma akan membangun peternakan ayam steril dan termodern se-Asia Tenggara di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Peternakan ini untuk memproduksi vaksin H1N1.


Peternakan ini akan dibangun di tanah seluas 8 hektare. Saking sterilnya, burung pun dilarang melintas di kawasan peternakan.

Hal itu terungkap dari pertemuan Presiden Direktur Biofarma Iskandar dengan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Rabu (11/11/2009), di Gedung Pakuan, Jalan Otista.

Iskandar


"Supaya terlindung dari kontaminasi manusia, diusahakan burung tidak boleh lewat di sekitar pabrik," kata Iskandar di sela pertemuan.

Selain itu, mulai dari proses pemberian makan, minum, sampai seleksi telur dilakukan oleh mesin. Sekitar 5 hektare dari lahan peternakan akan tertutup, setengah hektare untuk kandang ayam steril, dan sisanya untuk penjagaan.

"Hanya saja, penjagaannya saja yang berlapis-lapis," jelas Iskandar.

Salah satu penjagaan dilakukan dengan skenario penanaman pohon, juga monitoring agar peternakan ayam yang dikelola Biofarma tidak masuki binatang seperti burung dan lainnya.

Pembangunannya sendiri akan dimulai 16 November 2009 pekan ini. Bersamaan dengan itu, turut pula dibangun pabrik vaksin di Pasteur No.28.

"Penyelesaian konstruksinya satu tahun, November 2010 baru bisa diproduksi," kata Iskandar.

Peternakan tersebut ditujukan untuk penghasil telur steril yang akan digunakan untuk pembuatan vaksin. Untuk tahap awal produksi telur, kata Iskandar, ayam steril akan didatangkan dari Jepang.

Untuk specimen, jelasnya, akan bekerjasama dengan Depkes, Lembaga Eycman, dan Universitas Airlangga yang akan membuat benih pertumbuhan benih virus. "Untuk strainnya dari Indonesia, karena sama saja strainnya dengan WHO," ujarnya.

Soal pendanaan proyek, Biofarma membutuhkan Rp 1,3 triliun dari investasi pemerintah pusat. Dana yang sekarang telah di tangan Biofarma sendiri sebesar Rp 700 miliar untuk kebutuhan tahun 2008-2009. Sementara kebutuhan 2010 dibutuhkan Rp 600 miliar untuk fasilitas pembuatan vaksin.

Biofarma sendiri menargetkan produksi 20 juta vaksin per tahun dari pabrik yang tengah dibangunnya itu.

Di tempat sama, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan berharap pembuatan pabrik vaksin tersebut melibatkan Badan Usaha Milik Daerah. "Kalau ada kemungkinan mengapa tidak, kalau tidak ada juga tidak apa-apa," ujar Heryawan.
(ahy/lom)