Kamis, 25 November 2010

Varietas Tahan Hama Itu yang Kami Minta

Pertanian

 
Mesin penggiling padi itu menderu. Tubuhnya terus saja mengeluarkan asap yang berkepul. Hari itu, si mesin bertugas menggilas padi yang baru saja dipanen di Desa Pasirkemuning, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. 
Tiga petani secara bergantian memasukkan padi ranggeuyan ke "mulut" mesin.

Pada suatu ketika, mesin itu mogok. Padi yang berada di dalam tubuh mesin terpaksa dimuntahkan kembali. Tampaknya ia hendak menyampaikan interupsi bahwa dia pun memerlukan istirahat. Betapa tidak, tiga hari berturut-turut, mesin itu bekerja seharian penuh.

Kendati demikian, Hasim (50) dan dua kawannya bersikeras memaksa mesin untuk terus bekerja. "Soalnya, meskipun sudah tiga hari menggiling padi, hasilnya jauh dari harapan," ungkap Hasim mengeluh.

Ia mengatakan, biasanya, satu karung gabah yang dihasilkan bisa mencapai berat lima puluh kilogram. Namun, saat ini, sekarung gabah memiliki berat tak lebih dari dua puluh kilogram. Hasim mengatakan, dua hektare lahan yang digarapnya diserang hama wereng. Bulir padi pun hampa sehingga berat gabah berkurang. "Dari satu hektare lahan, saya hanya bisa dapat dua ton," katanya.

Turunnya produksi akibat serangan hama wereng diakui Sasmita Alkaidar, Kepala Bidang Tanaman dan Pangan pada Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang. Untuk produksi gabah di musim gadu 2010, hingga 15 November 2010, produksi mencapai 610.760 ton gabah kering panen (GKP). Angka itu dicapai dari realisasi panen di lahan seluas 91.957 hektare. Jumlah itu, kata Sasmita, akan terus bertambah karena masih ada sisa areal yang belum dipanen dari total areal tanam seluas 97.144 hektare.

Namun, rata-rata produksi dari capaian musim gadu itu turun tajam dari musim sebelumnya. Biasanya, rata-rata produksi gabah pada musim rendeng mencapai 7,3 ton per hektare, lalu turun di musim gadu menjadi 6,6 ton per hektare. Penurunan itu, diakui Sasmita, karena serangan hama wereng yang cukup parah. Berdasarkan data, sedikitnya terdapat 690 hektare lahan yang mengalami puso (gagal panen). Terdapat 530 hektare lahan yang gagal panen akibat kerdil rumput dan 89 hektare disebabkan hama wereng cokelat.
**

berlatarkan kenyataan tersebut, para petani pun bertanya kepada petugas penyuluh. Pasalnya, mereka menanam varietas-varietas padi yang digadang-gadang tahan terhadap serangan hama, termasuk wereng. Varietas-varietas dimaksud adalah Ciherang, Cilamaya Muncul, Mekongga, Hibrida, Inpari 10, dan Sintanur. Pada kenyataannya, semua varietas padi itu tak tahan hama.

"Kami tidak bisa menjawab pertanyaan petani. Pada kenyataannya, semua varietas itu memang tidak tahan hama. Kendati demikian, kami juga tidak bisa menyarankan petani untuk menggunakan varietas lokal yang belum disertifikasi," kata Sasmita.

Ternyata, para petani menemukan jawaban secara tak sengaja. Berdasarkan pengalaman sejumlah petani, varietas lokal --yang notabene belum disertifikasi oleh pemerintah-- itu malah lebih tahan terhadap serangan hama. Produksinya pun melimpah, melampaui varietas yang dirilis oleh pemerintah tadi. Sayangnya, petani tidak bisa bebas membeli benih itu karena yang boleh diperjualbelikan hanyalah varietas yang telah bersertifikat.

Para petani di Desa Lemah Duhur, Kecamatan Tempuran, Ijam Sujana menyebutkan, varietas yang "unggul" itu sering kali dikenal dengan sebutan Sidenok, Manohara, dan Shogun. Ijam yang juga anggota Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Jawa Barat, mengungkapkan bahwa masih banyak lagi penamaan untuk varietas lokal itu. "Varietas lokal itu bisa bertahan dari serangan hama. Meskipun kena, tidak sampai diserang kerdil rumput dan kerdil hampa," ungkapnya.

Ijam menyarankan varietas lokal itu mesti diajukan untuk diteliti di Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Bagaimanapun, pada saat anomali cuaca seperti ini, petani hanya bisa menggantungkan harapan kepada varietas unggul tahan wereng (VUTW). "Petani itu ujung tombak ketahanan pangan. Kalau tidak dicari penemuan baru varietas, petani khawatir tidak bisa menyediakan pangan untuk dirinya, keluarga, dan orang lain," ujarnya. (Dewiyatini/"PR")***

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=165358

 

1 komentar: