Minggu, 31 Maret 2013

“Ear Candling”, Amankah?


WEBWISHPERING.NET





Oleh:  dr. Agung D. Permana, M.Kes., THT-KL
Staf pengajar departemen THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung


Ear candling atau biasa disebut juga terapi lilin akhir-akhir ini sangat banyak kita temukan di salon-salon kecantikan. Jenis terapi ini dianggap dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, mulai dari infeksi di telinga, memperbaiki pendengaran, menghilangkan vertigo, membersihkan pikiran, sampai dapat menyembuhkan sinusitis. Apakah hal tersebut memang benar?

Ear candling adalah teknik terapi yang telah ada sejak ribuan tahun lalu. Suku Hopi yang berasal dari pedalaman Amerika dianggap sebagai penemu terapi ini, tetapi sebenarnya asal muasal dari mana terapi ini masih belum jelas. Karena ternyata banyak suku kuno di dunia yang juga menggunakan teknik tersebut untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Bahan yang digunakan untuk membuat lilin biasanya adalah cotton yang dilapisi dengan lilin kemudian digulung sehingga menyerupai gulungan kertas dengan rongga di tengahnya. Kemudian salah satu ujung gulungan lilin tersebut diletakkan di depan liang telinga untuk kemudian pada salah satu ujungnya dibakar. Pembakaran tersebut akan menghasilkan panas dan asap yang akan masuk kedalam liang telinga. Pasien akan merasakan rasa hangat dan suara berdesis di telinga akibat adanya proses pembakaran. Proses ini diklaim akan menyebabkan adanya tekanan negatif yang akan mengakibatkan kotoran telinga terhisap keluar.

Setelah lilin selesai dibakar di dalam gulungan lapisan lilin tersebut akan tampak kotoran berwarna kuning kecoklatan yang diklaim sebagai kotoran telinga yang terhisap akibat proses pembakaran. Apakah betul proses pembakaran lilin tersebut akan menghisap dan membersihkan telinga?

Jangan mengorek telinga
Telinga manusia secara anatomis terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Batas telinga luar dan telinga tengah adalah gendang telinga (membran timpani), sedangkan telinga tengah dan telinga dalam dibatasi oleh tingkap oval (foramen ovale). Secara fisiologis liang telinga akan menghasilkan kotoran telinga (serumen) yang berfungsi untuk melindungi telinga dari kotoran yang masuk dann dapat membunuh bakteri yang merugikan. Secara alami kotoran tersebut akan didorong keluar dari liang telinga saat kita melakukan gerakan mengunyah makanan. Bila produksi kotoran telinga berlebih maka diperlukan bantuan dokter spesialis THT  untuk membersihkannya. Dokter THT akan menggunakan teknik dan alat yang terstandar untuk membersihkan telinga dengan aman.

Tidak diimbau bagi orang awam untuk membersihkan telinga dengan cara mengorek liang telinga dengan menggunakan korek kuping karena hal tersebut akan menyebabkan kotoran terdorong lebih dalam lagi dan berisiko mencederai gendang telinga.

Terapi lilin diklaim dapat membersihkan kotoran telinga dan menyembuhkan berbagai macam keluhan pasien. Hal ini tentu saja tidak benar, karena sudah dibuktikan dengan dilakukannya penelitian terhadap proses tersebut. Yang pertama, ternyata proses pembakaran lilin tidak menghasilkan tekanan negatif di telinga, apalagi menghisap kotoran telinga hingga bersih. Kotoran yang muncul dan menempel pada lilin ternyata adalah hasil pembarakan dari lilin bukan kotoran telinga (serumen) yang terhisap oleh proses pembakaran.

Anggapan bahwa ear candling atau terapi lilin dapat menyembuhkan penyakit infeksi telinga, membersihkan pikiran, menyembuhkan sinusitis, dan penyakit lainnya belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Bahkan banyak dilaporkan pasien yang datang ke dokter spesialis THT akibat komplikasi akibat ear candling. Beberapa pasien dilaporkan menderita luka bakar di telinga akibat panas yang dihasilkan dari pembakaran lilin. Ada juga ynag mengalami perforasi gendang telinga,  dan iritasi akibat ada bagian lilin yang menetes ke dalam liang telinga.

Dengan demikian, penggunaan terapi lilin sangat tidak dianjurkan mengingat risiko dan komplikasi yang bisa terjadi. Berbagai klaim tentang manfaatnya juga tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, maka sebaiknya departemen terkait membuat aturan yang lebih ketat mengenai terapi alternatif yang berisiko merugikan konsumen guna melindungi masyarakat.
 

Wikimedia.org
Konsumen juga diimbau agar lebih cermat dalam memilih terapi mana yang bermanfaat dan mana yang dapat merugikannya.


Sumber: PR Minggu, 3 Maret 2013
 

Kawah Putih



Salah satu daya tarik di wilayah Bandung Selatan adalah objek wisata pegunungan yang berhawa sejuk dan memiliki pemandangan indah. Primadona tempat wisata yang terletak di daerah tersebut adalah Kawah Putih. Satu dari dua kawah yang terdapat di Gunung Patuha memiliki ketinggian 2.434 mdpl. Objek wisata tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan karena keunikannya. Kawah putih tak hanya terkenal di kalangan wisatawan lokal, tetapi juga menyedot banyak perhatian wisatawan mancanegara.

Kombinasi danau kawah dibingkai dengan bebatuan dan pasir yang berwarna putih menjadi pesona alam unik yang diandalkan. Air danau kawah dapat berubah-ubah warna biru, hijau, atau coklat. Perubahan tersebut bergantung pada konsentrasi sulfur, suhu, atau tingkat oksidasi di dalam air danau. Selain itu, reaksi dengan air danau kawah yang asam (memiliki pH 0,5-1.3) juga mengakibatkan pasir dan bebatuan di sekitar danau berwarna putih. Daerah menuju ke Kawah Putih dikelilingi hutan belantara. Bau belerang sangat menyengat di sekitar kawah karena gas belerang masih keluar dari dalam danau kawah.

Karena pesona alam Kawah Putih, aktivitas berfoto hampir tidak pernah dilewatkan oleh sebagian besar wisatawan. Tak untuk sekadar mengabadikan momen berwisata, tetapi banyak juga yang menjadikan Kawah Putih sebagai lokasi pemotretan prapernikahan. Bahkan, Kawah Putih juga tak jarang menjadi latar di layar lebar yang romantis. Sebut saja film layar lebar Indonesia berjudul “Heart” (2006) yang mengambil lokasi shooting film di sana.

Kawah putih yang terbentuk akibat letusan yang terjadi sekitar abad X dan XII, pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan dari Jerman, Franz Wilhelm Junghun. Sebelum di teliti, masyarakat setempat menganggap Gunung Patuha menyimpan kekuatan gaib yang angker sehingga tidak ada yang berani melintasi daerah tersebut. Anggapan tersebut bukan tanpa alasan karena tidak ada burung yang berani terbang melintasi daerah Kawah Putih. Franz Wilhelm Junghun tidak begitu saja percaya, ia kemudian melakukan penelitian pada 1837 dan menemukan bahwa burung menghindari Kawah Putih karena tingginya kandungan sulfur saat itu.

Setelah adanya penelitian yang dilakukan Junghun, pemerintah Hindia-Belanda kemudian membangun pabrik belerang di dekat Kawah Putih. Pabrik tersebut kemudian terus beroperasi, bahkan berlanjut sampai Jepang menguasai Indonesia. Setelah itu barulah pada 1987, Kawah Putih dijadikan tempat wisata yang terbuka untuk umum. Kini lubang-lubang yang dahulu digunakan sebagai pintu masuk  terowongan untuk menambang belerang menjadi saksi bisu aktivitas penambangan yang dahulu pernah berlangsung.

Terlepas dari semua itu, pemandangan dan hawa khas pegunungan yang sejuklah menjadikan Kawah Putih objek wisata alam yang berharga untuk dikunjungi. (Garry Gumelar Pratama/Periset “PR”, berbagai sumber) PR, Minggu 3 Maret 2013.


Fachri Fauzi/"PR"


Lokasi          :  Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (sekitar 40 km dari pintu tol Kopo).
Fasilitas         :  Tempat parkir, mushola, transportasi, pusat informasi, dan tempat penjualan makanan.
Jam Buka      :  Setiap hari, pukul 07.00-17.00 WIB.

Museum Louvre Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan


KOLEKSI seni Islam di Louvre mengatrol jumlah pengunjung di museum Paris itu.*  
PARIS, (PRLM).- Museum Louvre di Paris menjadi museum yang paling banyak dikunjungi orang di dunia pada tahun 2012 lapor koran theArt Newspaper.

Publikasi dari survei tahunan yang dilakukan media tersebut menulis ada 9,7 orang yang mengunjungi museum Prancis itu , naik sejuta orang dari tahun 2011.

Sementara museum kondang di New York, Museum Seni Metropolitan, merupakan lokasi kedua paling banyak didatangi, adapun di posisi tiga sampai lima, seluruhnya ditempati museum di kota London.

Pameran terbesar yang disaksikan paling banyak pengunjung tahun lalu adalah Pameran Lukisan karya para empu Belanda di Museum Seni Metropolitan Tokyo, Jepang.

Lukisan karya pelukis ternama koleksi meseum ternama Mauritshuis di Belanda, termasuk karya Vermeer tahun 1665 berjudul Gadis beranting Perak, sukses menyedot 10.500 pengunjung dalam sehari museum di Tokyo itu antara bulan Juni sampai September 2012.

Lukisan adikarya itu merupakan pinjaman dari Museum Lukisan Kerajaan Mauritshuis di Den Haag, yang kini sedang ditutup karena direnovasi ulang hingga pertengahan 2014.

Sementara di Louvre, jumlah pengunjung terkatrol karena pembukaan sayap baru museum yang memamerkan koleksi seni Islam.(bbc/A-147)***

Cincin Saturnus Bantu Memahami Asal-usul Alam Semesta

Sudah Berusia 4 Miliar Tahun



CINCIN Saturnus telah lama menjadi salah satu yang paling memikat di tata surya.* 


PASADENA, (PRLM).- Bulan-bulan dan cincin Saturnus telah lama menjadi salah satu yang paling memikat di tata surya. Namun kini para ilmuwan NASA percaya cincin ini bisa memegang kunci untuk memahami asal-usul alam semesta kita.

Penelitian terbaru berdasarkan data yang dikumpulkan dari pesawat ruang angkasa Cassini, yang mengorbit Saturnus, menunjukkan objek itu terbentuk 4 miliar tahun yang lalu. Berasal dari sekitar waktu planet di lingkungan tetangga kita mulai terbentuk dari nebula protoplanet, awan materi yang masih mengorbit matahari setelah memulainya sebagai bintang.

Seperti ditulis dalam Astrophysical Journal, Gianrico Filacchione, seorang ilmuwan partisipan Cassini di Institut Nasional Astrofisika, Roma, mengatakan: "Mempelajari sistem Saturnus membantu kita memahami evolusi kimia dan fisik dari seluruh sistem tata surya kita."

"Kita tahu sekarang bahwa memahami evolusi ini memerlukan tidak hanya mempelajari bulan tunggal atau cincin, tapi bersama dengan hubungan yang terjalinnya pada objek-objek itu," tambahnya.

Data yang dikumpulkan dari spektrometer pemetaan visual dan inframerah Cassini (VIMS) telah mengungkapkan bagaimana air es dan juga warna - yang merupakan tanda-tanda dari bahan non-air dan organik - didistribusikan di seluruh sistem Saturnus.

Data dari spektrometer di bagian terlihat dari spektrum cahaya menunjukkan bahwa pewarnaan pada cincin dan bulan Saturnus umumnya hanya pada luarnya.

Menggunakan tingkat inframerah, VIMS juga mendeteksi es air yang berlimpah. Para peneliti menyimpulkan bahwa es air telah terbentuk sekitar waktu kelahiran tata surya, karena Saturnus mengorbit matahari pada orbit yang disebut "garis salju."

"Mencermati cincin dan bulan-bulan tersebut dengan Cassini memberi kita pemandangan luas yang luar biasa dari proses rumit di dalam sistem Saturnus, dan mungkin dalam evolusi sistem planet juga," kata Linda Spilker, ilmuwan proyek Cassini, yang berbasis di JPL, Pasadena, AS. (Aya/A-147)***

Tips Menghindari Diri dari Pencurian Identitas Online

Sudah Banyak Orang Jadi Korban

 
SALAH satu dari saran utama yang diberikan oleh NextAdvisor adalah bahwa orang harus mendaftar ke layanan perlindungan pencurian identitas.*  
NEW YORK, (PRLM).- Melalui situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, banyak dari kita secara terbuka berbagi informasi pribadi tentang kehidupan kita sehari-hari.

Jadi tidak mengherankan kasus pencurian identitas dengan cepat meningkat, dengan semakin banyak orang yang menjadi korban setiap tahunnya. Namun kini, seperti dilansir Mashable, ada beberapa tips berguna yang merinci bagaimana Anda dapat melindungi diri terhadap pencurian identitas secara online.

NextAdvisor telah membuat grafik yang menunjukkan beberapa tips yang bisa berguna untuk melindungi diri di dunia maya.

Beberapa sarannya adalah bahwa kita harus membuat password yang kuat, melindungi smartphone dan berhati-hati tentang informasi apa yang di-share secara online. Dari grafik juga terlihat bagaimana banyak dari kita yang masih naif membuat password yang asal-asalan, ironisnya kata "password" masih menjadi salah satu password paling populer di internet.

Banyak dari kita menggunakan smartphone untuk dapat mengakses rekening bank dan situs jejaring sosial, namun 62 persen pemilik smartphone tidak menggunakan password untuk akses ke perangkat itu. Ini berarti pemilik smartphone memiliki tingkat yang lebih tinggi sepertiga dari masyarakat umum menjadi korban pencurian identitas.

Dari angka-angka juga terungkap bahwa 68 persen dari orang-orang dengan profil publik di situs jejaring sosial berbagi informasi ulang tahun, sementara 18 persen berbagi nomor telepon mereka.

Salah satu dari saran utama yang diberikan oleh NextAdvisor adalah bahwa orang harus mendaftar ke layanan perlindungan pencurian identitas dan untuk secara teratur memonitor kredit Anda. (Aya/A-147)***





Sabtu, 30 Maret 2013

Awan Hitam di Kota Bandung

Jumat, 29/03/2013 - 19:05


 
ADE BAYU INDRA/"PRLM"

AWAN hitam menggelayut di atas Kota Bandung, terlihat dari sekitar Jln. Asia Afrika, Kota Bandung, Jumat (29/3). Intensitas hujan di sekitar Bandung Raya hingga kini masih tinggi, warga diharapkan tetap waspada menghadapi cuaca ekstrem seperti saat ini.*

Larangan Menyebut "Indon" di Nunukan

 Identitas Bangsa

Penulis : Lukas Adi Prasetya | Sabtu, 30 Maret 2013 | 01:50 WIB



NUNUKAN, KOMPAS.com — Ada yang menarik di sebuah loket pengecekan paspor (keimigrasian) di Pelabuhan Tunon Taka, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.

Di kaca loket itu, ditempel sebuah kertas bertuliskan "Dilarang Menyebut Kata-kata (Indon), yang sebenarnya (Indonesia)".

Menurut Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Nunukan Hasan Basri, kata "Indon" berkonotasi negatif yang artinya dalam bahasa Arab lebih kurang berarti budak atau pelacur.

"Dan, orang Malaysia selalu menyebut tenaga kerja Indonesia (TKI) kita dengan sebutan Indon," kata Hasan.    

Kata Indon memang terkesan melecehkan warga dan bangsa Indonesia. "Untuk itu, kita harus menolaknya," ujarnya.

Lagi pula, apa susahnya melafalkan "Indonesia" bagi negara satu rumpun. Pelabuhan Tunon Taka adalah pintu masuk via laut dari Indonesia ke Malaysia, yakni ke Kota Tawau, Sabah.

Melalui pelabuhan ini juga, para TKI yang dideportasi dipulangkan ke Indonesia, khususnya Indonesia bagian timur.

Pelabuhan ini juga menjadi lalu lintas perdagangan antara dua daerah, yakni Kabupaten Nunukan (Indonesia) dan Tawau (Malaysia).

Editor : Tjahja Gunawan Diredja

Jukung, Urat Nadi Orang Banjar

TANAH AIR

Rabu, 13 Maret 2013 | 15:18 WIB
  
 
KOMPAS/Defri Werdiono

Menggunakan tanggui atau caping bulat khas Banjar yang terbuat dari daun nipah, sejumlah pedagang di Pasar Apung Lokbaintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, menjajakan dagangannya, Sabtu (19/1). Jukung menjadi alat transportasi andalan pedagang di pasar tradisional tersebut yang berlangsung secara turun-temurun.
 
 
Oleh Defri Werdiono

Matahari belum bersinar terik ketika jukung yang dinaiki Munawarah (50) tiba. Dengan wajah berpoles bedak pupur basah dari bahan beras, perempuan paruh baya itu mencari tempat parkir yang luang di pinggir sungai kecil di sela-sela rumah warga.

Seperti biasanya, hari itu, Jumat (18/1), dengan perahu sampan berbahan kayu, Munawarah mengangkut sejumlah hasil bumi untuk diperdagangkan di pasar dadakan, sekitar 10 meter dari tempat menambat jukung.

Air dan jukung sejak dulu telah menjadi bagian hidup masyarakat Banjar di kawasan tenggara Kalimantan. Mengingat daerah itu dibelah sungai dan rawa, jukung menjadi alat transportasi sekaligus wahana jual beli hasil bumi dan bahan pokok. Uniknya, dalam urusan perdagangan bahan pokok sehari-hari, jukung biasa digunakan oleh laki-laki dan perempuan.

Hampir tiap jukung memuat pisang, kecapi, rambutan, daun katuk, dan nanas. Buah dan sayuran itu dibeli di pasar lama sebelum dijual lagi di daerah permukiman. ”Sekilo kecapi harganya Rp 2.500, sedangkan tiga ikat rambutan Rp 5.000,” ujar Munawarah.

Warga Banua Anyar, Banjarmasin, ini mengaku telah berjualan sejak belasan tahun silam. Selama itu pula, ia hanya ditemani jukung kesayangannya. Munawarah tak cakap mengendarai kendaraan darat, seperti sepeda atau motor. ”Keluarga kami hanya punya jukung. Ke mana-mana, ya, pakai jukung. Kalau ada keperluan lain di darat bisa naik taksi (angkutan perkotaan) atau becak,” ujarnya.

Munawarah sudah terlatih mengemudikan jukung sejak kanak-kanak. Yang dibutuhkan hanya tenaga, mengingat perahu kecil dengan panjang kurang dari 5 meter itu tidak memiliki mesin. Dayung berfungsi sebagai penggerak sekaligus kemudi.
 
Istilah jukung sendiri merujuk pada sampan kecil, tak bermesin, dan memerlukan dayung atau galah agar bisa melaju di air. Namun, menurut kalangan akademisi, istilah jukung dipakai untuk menyebut semua jenis perahu.

Orang Banjar lainnya yang tidak bisa lepas dari jukung adalah Salapudin (42). Jukung, bagi warga yang tinggal di Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, tidak hanya untuk transportasi saja, tetapi jukung buatannya juga bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan kedua anaknya.

Ditemui di bengkel kerja sederhana yang ada di depan rumahnya di tepian Sungai Martapura, pria yang akrab disapa Udin ini sedang mengerjakan pesanan jukung papan. Pesanan datang dari warga Manarap, salah satu daerah di Banjar yang memiliki rawa luas. Semua pesanan berjumlah 10 buah. Enam di antaranya sudah selesai.

Sebuah jukung papan dengan panjang hampir 4 meter berbahan kayu anglai dijual Rp 900.000. Adapun jukung yang berbahan kayu balau dan lebih kuat harganya mencapai Rp 1,4 juta. Bila menggunakan kayu ulin, harganya jauh lebih mahal lagi. Dari setiap perahu, Udin memetik keuntungan Rp 500.000.

Dalam sepekan, Udin menghasilkan rata-rata 2 buah jukung. ”Sekarang ada teknologi, seperti gergaji dan alat penghalus papan bertenaga listrik, jadi cepat,” ujar Udin, yang mendapat kecakapan membuat perahu secara turun-temurun.

Memasuki musim hujan seperti saat ini merupakan puncak pesanan. Desember hingga beberapa bulan ke depan, kondisi perairan meninggi sehingga banyak orang memerlukan jukung untuk mobilitas. Saat seperti ini juga menjadi momen yang tepat untuk maujun (memancing). Ikan merupakan lauk utama masyarakat Banjar.

Jukung papan kini paling banyak dipakai karena harganya lebih murah dari jukung lain yang menggunakan teknik tabuk (batang kayu utuh dilubangi menyerupai lesung). Hampir setiap rumah di tepian sungai dilengkapi jukung jenis ini.

Permintaan jukung papan relatif konstan, mengingat laju penduduk di Kalimantan Selatan terus bertambah meski di satu sisi kendaraan darat juga semakin banyak.


KOMPAS/Defri Werdiono
Sejak dulu kehidupan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan tidak bisa dilepaskan dari jukung, alat transportasi tradisional yang dipakai untuk menyusuri sungai dan rawa.   Salapudin (42) menyelesaikan pembuatan jukung papan di tepian Sungai Martapura, Kampung Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Jumat (18/1).
 
 
Erik Petersen, arsitek asal Denmark yang meneliti jukung, dalam bukunya Jukung-Boats, From the Barito Basin, Borneo— yang diringkas dan dialihbahasakan oleh MP Lambut (dicetak PT Grafika Wangi Kalimantan- Banjarmasin Post Group)—menyebut jukung sudur merupakan prototipe dari semua jukung yang ada.

Jukung ini merupakan perahu tertua dan telah ada sejak 2.500 tahun silam. Jukung paling sederhana itu dibuat dari batang kayu utuh yang dibelah menjadi dua dan dikerok menggunakan perkakas dari batu. Salah satu bukti yang mendukung anggapan ini adalah ditemukannya peti mati dari kayu yang bentuknya mirip jukung sudur di Goa Niah, Sarawak, Malaysia.

 Dosen sejarah pada Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Hairiyadi, mengatakan, keberadaan jukung tak bisa dilepaskan dari masyarakat Banjar. Kondisi wilayah yang dihiasi banyak sungai dan rawa mendorong masyarakat menciptakan sebuah alat yang bisa menjembatani keperluan sehari-hari.

Menurut Hairiyadi, ada beberapa catatan yang menyatakan, jukung tidak hanya dipakai di dalam Pulau Kalimantan. Pada abad ke-15 dan ke-16, pedagang dari Banjar ada yang menjelajah sampai ke Suriname dan Madagaskar. Banyak persamaan antara kelotok di Madagaskar dan Banjar.

Pada zaman kolonial, jukung banyak dipakai sebagai alat perjuangan melawan penjajah. Salah satu pertempuran sengit terjadi di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Pejuang berhasil membenamkan kapal Onrust di Sungai Barito.

 Editor: Desk Multimedia

Tim Survei Temukan Badak Sumatera di Hutan Kaltim

Mendekati Kepunahan

 




JAKARTA, (PRLM).- Tim survei kelompok advokasi binatang World Wide Fund (WWF) menemukan jejak badak sumatera yang semula dianggap mendekati kepunahan di hutan Kutai Barat, Kalimantan Timur (Kaltim).

Survei ini, mulanya dilakukan untuk memantau pergerakan orang utan setempat, kemudian melakukan survei pendalaman untuk memastikan apakah jejak tersebut benar milik kawanan hewan itu di wilayah hutan seluas sekitar 3600 hektare.

"Kami mendapatkan tanda-tanda yang meguatkan, misalnya kubangan airnya, kemudian bekas gesekan atau goresan cula di pepohonan sekitar, bekas injakan kaki di semak dan lain-lain," kata Yuyun Kurniawan dari WWF yang memimpin tim survei kepada Dewi Safitri dari BBC.

Ini bukan temuan pertama tentang keberadaan badak dari spesies sumatera di hutan Kalimantan, tetapi akan merupakan catatan ilmiah awal yang membuktikan populasi badak masih ada di Kalimantan. "Warga setempat bercerita pernah ada yang melihat badak sumatera ini di sekitar hutan sana, juga cerita dari bapak-ibunya zaman dulu," tambah Yuyun.

Seperti juga saudaranya di hutan Sumatera, badak di Kalimantan diduga berambut lebih banyak dibanding badak jenis lain di dunia dan bercula dua, untuk membedakan dengan cula satu yang dimiliki badak Jawa.

Meski demikian, menurut Yuyun, tidak ada catatan pasti tentang morfologi badak sumatera di Kalimantan wilayah Indonesia yang dapat dijelaskan dengan detil saat ini. "Karena kita belum lihat fisiknya betul-betul, kita belum bisa teliti sendiri secara langsung," katanya.

Di Sumatera sekalipun, badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis) kini dimasukkan dalam kategori sangat terancam punah. Menurut WWF populasinya di sleuruh dunia (termasuk di Malaysia) tinggal sekitar 200 ekor.

Penemuan jejak badak sumatera di Kalimantan menurut Yuyun membuka peluang diperbaikinya sistem konservasi agar populasi tidak semakin menurun. "Semula kita tidak tahu ada populasinya sekarang kita tahu. Nah ini harus dipakai oleh otoritas berwenang seperti PHKA (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) agar mengambil tindakan untuk menjaga ekosistemnya dan melestarikannya," papar Yuyun.

Wilayah Kalimantan Timur yang terus kehilangan habitat hutan karena penebangan, perkebunan dan pertambangan juga dianggap akan sangat membahayakan populasi hewan yang suka berdiam di dataran rendah berawa ini. "Akan sangat disayangkan kalau kita sudah tahu sekarang ada jejak populasinya tetapi karena tidak dilakukan tindakan apa-apa (untuk menjaga kelestariannya) malah badaknya punah akibat eksploitasi hutan," ujarnya.

Selain tindakan penghancuran ekosistem, WWF juga mengkhawatirkan informasi terbaru tentang keberadaan badak sumatera ini akan mengundang pemburu.

Meski tak ada catatan resmi, kisah yang bergulir di lingkungan warga setempat pada zaman dahulu disebut-sebut juga mengungkap keterlibatan pemburu badak. Itu sebabnya Yuyun dan kawan-kawan menolak menyebut lokasi persis penemuan jejak badak sumatera ini untuk menjaga hal tak diinginkan.(bbc/A-147)***

Katak Mampu Mengeluarkan Cakar Sebagai Senjata

Trichobatrachus Robustus Mirip Kucing,

 




NET/"PRLM"
 TRICHOBATRACHUS robustus, katak yang memiliki cakar mirip kucing.* 





CAMBRIDGE, (PRLM).- Kamerun adalah rumah bagi makhluk aneh, Trichobatrachus robustus, seperti yang muncul dari film fiksi ilmiah atau film horor.

Katak berbulu aneh ini memiliki cakar mirip kucing, yang memanjang dan mematahkan tulangnya sendiri untuk menghasilkan cakar yang menusuk keluar dari bantalan jari-jari kakinya.

David Blackburn dan para ilmuwan di Museum Comparative Zoology, Universitas Harvard, berpikir perilaku mengerikan ini adalah sebuah mekanisme pertahanan.

Para peneliti mengatakan, memang ada salamander yang mendorong tulang rusuk mereka melalui kulitnya untuk menghasilkan sirip pelindung, namun mekanisme pada katak ini belum pernah terlihat sebelumnya. Fitur ini juga ditemukan di sembilan dari 11 katak yang termasuk genus Astylosternus, yang sebagian besar ada di Kamerun.

"Beberapa katak lain memiliki duri tulang yang mencuat dari pergelangan tangannya, tetapi dalam spesies itu tampak bahwa tulang tumbuh melalui kulitnya untuk pertahanan," kata Blackburn kepada New Scientist.

Cakar T. robustus, yang ditemukan hanya pada kaki belakang, yang terletak di dalam dari jaringan ikat. Sebuah potongan kolagen membentuk ikatan antara titik tajam dari cakar dan sepotong kecil tulang di ujung jari kaki katak. Mekanisme ini unik di antara vertebrata, sebagian besar cakar berupa tulang, tanpa lapisan luar dari keratin.

Jantan dari spesies ini, yang tumbuh sekitar 11 sentimeter, juga memproduksi helai-helai seperti rambut pada kulit dan arteri ketika mereka berkembang biak. "Rambut" ini memungkinkan katak mengambil lebih banyak oksigen melalui kulitnya saat mengurusi anaknya.

Di Kamerun, katak ini dipanggang dan dimakan. Para pemburu menggunakan tombak panjang dan parang untuk membunuh katak, untuk menghindari cakarnya yang bisa melukai.

"Ini adalah cerita yang luar biasa. Beberapa katak tumbuh duri pada jempol mereka selama musim kawin, tapi ini sama sekali berbeda," kata Ian Stephen, kurator herpetologi di Zoological Society of London, Inggris.

"Bagi saya, perlu penelitian lebih banyak pada amfibi ini mengingat ancaman kepunahan massal," tambahnya.

Keberadaan katak dengan cakar yang keluar seperti kucing pertama kali dijelaskan oleh ahli zoologi Belgia George Boulenger pada tahun 1900 dimana katak ditemukan di Kongo Prancis, sekarang Republik Kongo. (Aya/A-147)***

Jumat, 29 Maret 2013

Rahasia Coca Cola Terkuak, Ini Resepnya



Coca cola


REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bahan-bahan untuk membuat coca-cola sempat menjadi misteri. Akan tetapi, resep minuman yang dibuat oleh seorang ahli farmasi John Pemberton pada 1886 itu perlahan mulai terkuak.

Situs Thisamericanlife.org mengklaim telah menemukan artikel yang memberi tahu bahan-bahan dengan ukuran tepat untuk membuat minuman tersebut.

Atlanta Journal-Constitution edisi ke-8 pada Februari 1979  memuat sebuah foto yang menayangkan seseorang memegang sebuah buku dengan resep. Buku tersebut diklaim memuat replika dari resep Pemberton.

The Telegraph melaporkan, resep tersebut memiliki ukuran tepat dari bahan-bahan rahasia membuat coca-cola. Resep resmi coca cola dijaga 24 jam dalam sebuah lemari besi di Atlanta, Georgia. Namun, berikut bocoran resepnya:

- ekstrak coca cair 3 dram
- asam sitrat 3 oz
- kafein 1 oz
- gula 30 (masih belum jelas satuan ukuran yang digunakan)
- air 2,5 gallon
- air jeruk nipis 2 pints 1 qrt
- Vanilla 1 oz
- Karamel 1,5 oz atau lebih tergantung warna yang diinginkan
- Penguat rasa (gunakan 2 oz dari 5 gals sirup)
- alkohol 8 oz
- minyak jeruk 30 tetes
- minyak lemon 30 tetes
- minyak pala 10 tetes
- ketumbar 5 tetes
- neroli 10 tetes
- kayu manis 10 tetes

Ukuran yang dipakai internasional:
1 Dram US (3,887935 g)
1 oz = 28 grams 
1 Gallon (4,546092 dm3)
1 Pint (0,568262 dm3)

 Reporter : Nur Aini
 Redaktur : A.Syalaby Ichsan