Kamis, 27 Maret 2014

Lapan Kembangkan SIMBA dan Sadewa



PENELITI Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan Didi Satiadi menjadi narasumber pada keterangan pers tentang “Solusi Iptek untuk Perubahan Cuaca Ekstrem”, berlangsung di Gedung BPPT Jakarta, Rabu (26/3/2014).*


JAKARTA, (PRLM).- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengembangkan Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam (SIMBA) dan Satellite Disaster Early Warning System (Sadewa).

Hal itu terkait kegiatan monitoring dan prediksi cuaca ekstrem dengan memanfaatkan teknologi satelit penginderaan jarak jauh dan model-model atmosfer.

“SIMBA memberikan informasi terkini mengenai cuaca ekstrem dan iklim, potensi banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan di seluruh wilayah Indonesia berbasis data penginderaan jauh,” ujar Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan Didi Satiadi dalam keterangan pers tentang “Solusi Iptek untuk Perubahan Cuaca Ekstrem”, berlangsung di Gedung BPPT Jakarta, Rabu (26/3/2014). Pada acara ini, tampil pula menjadi narasumber antara lain Kepala UPT Hujan Buatan BPPT F. Heru Widodo.

Didi menjelaskan, sementara itu, Satellite Disaster Early Warning System (Sadewa) merupakan sebuah prototipe sistem pendukung keputusan yang menyediakan informasi pengamatan berbasis data satelit maupun prediksi cuaca ekstrem berbasis model atmosfer di seluruh wilayah Indonesia dengan resolusi hingga 5 kilometer.

“Sadewa ini merupakan hasil litbang yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengamatan dan prediksi dalam rangka mendukung kegiatan penelitian maupun aplikasi di badan-badan operasional terkait,” katanya.

Dia menjelaskan, Lapan saat ini menjadi salah satu RSO Sentinel Asia dari United Nation Platform for Space Based Information for Disaster Management and Emergency Response (Unspider) yang dapat dimobilisasi untuk menyediakan informasi berbasis satelit dalam situasi bencana.

“Selain itu, Lapan juga mengembangkan pesawat tanpa awak (UAV) yang salah satu potensi aplikasinya adalah dalam bidang pemantauan kejadian bencana,” katanya.

Sebelumnya, Didi menuturkan bahwa cuaca ekstrem merupakan kondisi cuaca (temperatur, curah hujan, kecepatan angin,dan sebagainya) yang tidak biasa, memiliki intensitas yang sangat tinggi atau sangat rendah, namun dengan frekuensi kejadian yang biasanya rendah (kurang dari lima persen dari seluruh kejadian).

Dia mencontohkan, cuaca ekstrem yang sering terjadi di Indonesia antara lain curah hujan tinggi, angin puting beliung, dan kekeringan.

Mengenai solusi iptek untuk perubahan cuaca ekstrem, Didi mengatakan, cuaca ekstrem kemungkinan dapat meningkat pada masa mendatang karena pengaruh pemanasan global. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha mitigasi dan adaptasi terhadap lingkungan yang berubah.

“Iptek dapat memberikan kontribusi terhadap kegiatan mitigasi dan adaptasi tersebut antara lain melalui kegiatan mengamati, memahami, memodelkan, memprediksi cuaca ekstrem, serta melakukan tindakan yang dibutuhkan dengan dukungan teknologi yang sesuai,” jelasnya.

Sebagai contoh, sebuah sistem peringatan dini cuaca ekstrem dapat menjadi bagian dari usaha pengelolaan risiko bencana yang dapat meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sehingga berpotensi untuk menurunkan risiko bencana.

"Sasaran yang lebih luas dari usaha ini adalah untuk menjadikan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang sadar bencana dan siap terhadap cuaca," katanya. (A-94/A-89)***

Sudah Saatnya Kalangan Muda Jadi Pemimpin Indonesia



JAKARTA, (PRLM).- Dalam paparannya pada acara diskusi bertema "Mencari pemimpin muda berkualitas" yang diselenggarakan Habibie Center di Jakarta, Rabu (26/3/2014), Anies Baswedan mengatakan sudah saatnya calon pemimpin di Indonesia berasal dari kalangan muda agar pemerintahan di Indonesia berjalan dinamis.

“Menurut saya dibutuhkan Indonesia hari ini adalah sesuatu yang baru, berbeda dari yang sebelumnya, memang baru itu biasa diasosiasikan dengan muda, anak muda memang tak bisa menceritakan masa lalu karena pengalamannya minim, tapi anak muda bisa menawarkan masa depan dan yang dibutuhkan republik ini bukan cerita masa lalu, yang dibutuhkan justru adalah menjawab masa depan,” kata Anies Baswedan.

Peserta lain konvensi capres Partai Demokrat, Dino Patti Djalal berpendapat, kondisi Indonesia masa mendatang tidak lagi menghadapi persoalan-persoalan terkait ekonomi seperti krisis ekonomi atau krismon, melainkan kemampuan menunjukkan berbagai potensi.

“Presiden 2014 tidak lagi mengejar angka-angka krisis moneter, karena angka-angka krismon itu sudah terlewati oleh kita sekarang, sudah terkejar, tapi yang dikejar adalah angka-angka yang mencerminkan potensi Indonesia,” ungkap Dino Patti Djalal.

"Ini harus bisa dimanfaatkan oleh kita semua untuk mempengaruhi peta geopolitik dunia, apakah itu terkait nasib seorang TKI, apakah itu terkait nasib Palestina, ataupun Laut Cina Selatan, apapun even-even politik atau geopolitik dunia agar relevansi Indonesia sangat bisa dirasakan dan diperhitungkan oleh komunitas dunia,” lanjutnya.

Pada kesempatan sama, mantan Presiden BJ. Habibie menegaskan sangat mendukung semangat dan program yang ditawarkan para calon pemipin berasal dari kalangan muda.
“Presiden yang akan datang harus berusia antara 40 dan 60 tahun, dia harus bisa menyelesaikan masalah-masalah secara tuntas dan sebagai orang tua, saya salah kalau tidak memberikan toleransi dan kesempatan kepada yang muda berkembang, dan yang muda yang berkembang itu harus lebih baik dari generasi dari sebelumnya," kata mantan Presiden BJ Habibie.

"Menilai seorang pemimpin bukan apa yang telah dia hasilkan, jejak-jejaknya, tetapi apakah dia berhasil manusia-manusia yang dia pimpin lebih baik dari dirinya, kalau lebih baik is a good leader, kalau sama saja sangat malu,” lanjutnya.

BJ Habibie juga berharap para senior yang menjabat sebagai anggota DPR dan dalam pemerintahan saat ini memberi kesempatan bahkan mendukung kalangan muda untuk berkarya. (voa/A-147)***

Temuan Septic Tank Abad ke-14 Berkondisi Baik (Berbau)

Terbuat dari Tiga Tong Kayu




TOILET berumur 700 tahun atau dari abad ke-14 yang kondisi toilet kayu itu diungkapkan masih baik, alias tetap berbau, meski sudah berumur tujuh abad.*
 
 
ODENSE, (PRLM).- Meski bukan temuan arkeologis yang menawan, toilet berumur 700 tahun atau dari abad ke-14 membuat para ahli senang. Kondisi toilet kayu itu diungkapkan masih baik, alias tetap berbau, meski sudah berumur tujuh abad.

Toilet itu ditemukan di taman Vilhelm Werners, kota Odense di Pulau Funen, Denmark.
Toilet itu terbuat dari tiga tong kayu yang ditumpuk menjadi seperti septic tank. Tong itu diperkuat dengan tali dan tanah liat, sementara di bagian dasar ada pipa.

Temuan itu membuat para ahli bisa mengetahui apa yang dikonsumsi masyarakat 700 tahun silam. (A-88/dailymail)***

Pangandaran Memiliki Objek Wisata Baru "Gua Sinjang Lawang"

Lebih Bagus dari Green Canyon






PARIGI,(PRLM).- Kabupaten Pangandaran memiliki objek wista baru. Lokasi itu pun di klaim jauh lebih bagus dari Green Canyon atau Cukang Taneuh.

Objek wisata baru tersebut adalah Gua Sinjang Lawang, di Dusun Parinenggang, Desa Jadimulya, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran.

Menariknya dari Gua Sinjang Lawang, terdapat gua berukuran besar dan panjang. Panjang gua tersebut mencapai 500 meter, kemudian lebar gua 65 meter, dan ketinggian gua sekitar 60 meter.

Gua tersebut pun dialiri air yang berwarna kehijauan. Dengan kedalaman air sekitar 1,5 meter hingga 2,5 meter. Di dalam gua tersebut, kita dapat bermain body rafting, berenang menyusuri gua tersebut.

Uniknya gua tersebut adalah dari atas sinar matahari dapat masuk. Dan memantulkan beragam warna ketika mengenai dinding gua yang dipenuhi oleh stakaltit.

“Indah sekali ketika kita berada di dalam gua. Selain dapat berenang menyusuri gua dengan pelampung, kita bisa melihat dinding gua yang berawarna-warnai karena terpantul sinar matahari dari luar,” ujar Penjabat Bupati Kabupaten Pangandaran Endjang Naffandy ketika berkunjung ke lokasi itu, Kamis (27/3/2014).

Endjang mengatakan, lokasi itu akan dikembangkan dan dibenahi. Kemudian berkerjasama dan koordinasi dengan Perum Perhutani selaku pemilik lahan. (A-195/A-107)***

Ratusan Pelajar Ikut Pasanggiri Seni Sunda Unpas



ATRAKSI Rampak Kendang menjadi pembuka Pasanggiri Seni Sunda XIII yang diselenggrakan Lingkung Seni Mahasiswa (Lisma) Unpas, di Aula Unpas, Jln. Tamansari, Bandung, Senin (24/3/2014).*


BANDUNG, (PRLM).- Sebanyak 330 pelajar SD, SMP, dan SMA sederajat ikut serta dalam Pasanggiri Seni Sunda XIII yang diselenggarakan Lingkung Seni Mahasiswa (Lisma) Unpas, di Aula Pertemuan Unpas, Jln. Tamansari, Bandung, Senin (24/3/2014). Acara ini dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unpas Deden Ramdan, sesepuh Lisma Tedie Subarsyah, dan Kadisbudpar Kota Bandung, Herry M Djauhari.

Acara bertema "Ngaronjatkeun Rasa Miboga Kana Seni Sunda Pikeun Nembongkeun Pribadi Sunda Nu Ngajaga Lemah Cai" ini diikuti pelajar se-Jawa Barat yang memperebutkan hadiah dan piala. Dengan kategori lomba meliputi tari, puisi, dan anggana sekar.

Dikatakan Deden, Unpas sebagai lembaga yang visi dan missinya memelihara kesenian Sunda melakukan beberapa langkah dalam eksekusinya di lapangan. Antara lain, membawa mahasiswa yang cenderung pragmatis, hedonis, dan sering "menerabas, serta kebarat-baratan untuk melihat dan menggunakan kembali nilai-nilai kesundaan melalui mata kuliah tentang seni budaya dan nilai-nilai kesundaan yang mengikat maupun berbagai kegiatan kemahasiswaan seperti pasanggiri seni Sunda yang digelar Lisma.

Hal ini kata Deden merupakan pola pembinaan unpas terhadap tata aturan dan pola kegiatan yang terstandardisasi untuk memelihara dan melestarikan kesundaan. Contohnya dalam mata kuliah, mahasiswa dari mana pun asalnya harus ikut MKDU Linguistik Bahasa Sunda, Pengenalan Budaya Sunda, dan Jurnalistik Islam.

Diharapkan dengan diberikannya mata kuliah yang mengikat seperti itu mahasiswa akan mengenal, dekat, dan memelihara budaya Sunda. Walaupun hampir 30 persen mahasiswa Unpas berasal dari luar Jawa Barat dan 20 di antaranya mahasiswa asing.

"Pokoknya latar belakang budaya apapun mahasiswa yang masuk Unpas harus mau belajar bahasa dan budaya Sunda," ujar Deden. (A-148/A_88)***

Wortel Bisa Mengurangi Risiko Kanker Prostat

Menjadi Sumber Karotenoid


 


 PRIA yang makan wortel tiga kali seminggu akan mengurangi risiko kanker prostat.*


ZHEJIANG, (PRLM).- Sayuran ini terkenal karena dipercaya membantu kita untuk melihat dalam gelap. Namun wortel juga bisa menjadi kekuatan yang jauh lebih kuat untuk kesehatan yang lebih baik, setidaknya untuk laki-laki, menurut
penelitian terbaru.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa secara teratur makan sayuran berwarna cerah ini mampu mengurangi risiko kanker prostat hampir seperlimanya.

Pria yang memasukkan wortel sebagai bagian dari dietnya, dikonsumsi setidaknya tiga kali seminggu, 18 persen lebih kecil kemungkinannya untuk menderita tumor prostat, menurut temuan yang dipublikasikan dalam edisi terbaru European Journal of Nutrition.
Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Zhejiang, Cina, yang mengumpulkan sepuluh studi dari berbagai belahan dunia yang melihat efek anti-kanker dari wortel.

Bagaimana wortel bisa menimbulkan efek perlindungan, belumlah jelas, namun sayuran ini dikenal menjadi sumber karotenoid, seperti beta-karoten dan lycopene, yang dianggap berpotensi kuat melawan kanker dengan mengurangi kerusakan sel.

"Kami menemukan risiko kanker prostat yang menurun secara signifikan terkait dengan asupan tinggi wortel," menurut para peneliti yang dikutip Daily Mail, Rabu (26/3/2014). (Aya/A-147)***

Cari Titik Terang Perang Bubat

Menghindari Friksi Etnis




NANDANG SUKANDA/"PRLM"



BANDUNG, (PRLM).- Keberagaman penafsiran sejarah terhadap Perang Bubat masih terus berlangsung. Malah ada kalanya hanya dipandang parsial sebagai konflik Majapahit dan Sunda Galuh. Akibatnya mengundang friksi dan menghambat hubungan emosional etnis Sunda-Jawa.

Wakil Gubernur Jawa Barat H Deddy Mizwar menyampaikan hal itu saat membuka Seminar Nasional "Pasundan Bubat", yang diselenggarakan Yayasan Masyarakat Sejarah Indonesia (YMSI), HU Pikiran Rakyat, Bank BJB, dan Kang Dedi Mulyadi Bupati Purwakarta, di Aula Redaksi HU Pikiran Rakyat, Jln. Soekarno Hatta 147, Bandung, Kamis (27/3/2014).

Disampaikan Wagub, mengungkap kembali sejarah masa lalu tidak hanya mengenang atau menghormati sejarah tetapi juga mengungkapkan kembali informasi sejarah terhadap Perang Bubat. Selain itu akan mendapatkan rumusan berharga untuk memuji dan memajukan nilai-nilai budaya bangsa.

Proses ini nantinya, kata Wagub, akan memberi titik terang yang otentik bagi terkuaknya sejarah perang tersebut. Sehingga ada hikmah positif dari Perang Bubat yang menjadi warisan sejarah yang valid dan mempermudah mengaplikan sejarah ke dalam seni dll.
Pada kesempatan itu, Wagub juga memberikan beasiswa dari Bank BJB kepada Subhanudin Alwy dan Eva Nur Arofah untuk pendidikan magister dan doktoral di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad. (A-148/A-147)***

Minggu, 02 Maret 2014

Ini Cara Ridwan Kamil Memimpin Kota Bandung

Minggu, 2 Maret 2014 | 08:04 WIB 


KOMPAS.com/PUTRA PRIMA PERDANA 
 Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil

JAKARTA, KOMPAS.com - Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil mengatakan, tidak mungkin membiarkan pemerintah bekerja sendiri dalam mencapai suatu perubahan. Untuk itu, dibutuhkan peran serta seluruh masyarakat.

Hal itu disampaikannya dalam diskusi "Reformasi Hibrida Reformis Horizontal" di Gedung Djakarta Theatre, Jakarta, Sabtu (1/3/2014).

"Dalam membangun Indonesia, membangun kota-kota, tidak bisa hanya mengharapkan dari pemerintah. Ada sebuah tulisan yang mengatakan, sehebat-hebatnya pemerintah, hanya sanggup membawa seperempat perubahan," kata pria yang akrab disapa Emil ini.

"Seperempat perubahan ada di kalangan pelaku bisnis. Maka, kadang-kadang ada pemerintah atau tidak ada, bisnis jalan terus dengan logikanya. Seperempat lagi adalah civil society movement. Ada ormas, komunitas. Dan seperempatnya lagi media," ujarnya.

Berangkat dari padangan tersebut, kata Emil, Pemerintah Kota Bandung mencoba untuk menjalankan program-program yang sifatnya kolaboratif, meliputi kolaborasi ke bawah, horizontal, dan ke atas.

Kolaborasi ke bawah, kata Emil, yakni memberdayakan komunitas-komunitas warga, dari tingkat rukun warga (RW), kelurahan, hingga kecamatan. "Kita kasih anggaran di RW, kelurahan, kecamatan dalam upaya berkolaborasi dengan masyarakat. Munculah para relawan biopori, relawan kedisiplinan, relawan pungut sampah, dan relawan-relawan lainnya," jelas Emil.

Sementara untuk kolaborasi horizontal, lanjutnya, yakni dengan menggandeng seluruh perguruan tinggi yang ada di Kota Kembang itu. Sedangkan kolaborasi ke atas dilakukan dengan mengadakan kerja sama dengan sejumlah perusahaan guna mengadakan program CSR.

"Perubahan akan berlangsung cepat jika kita menjadi mesin perubahan dari kota kita," tegas Emil.

Guna menyukseskan program-programnya tersebut, Emil mengaku banyak memanfaatkan jejaring sosial yang ada saat ini. Menurutnya, jejaring sosial adalah salah satu sarana yang paling ampuh untuk menjaring minat banyak orang.

Menurutnya, orang Indonesia itu suka ngerumpi. Dari jumlah penduduk sebanyak 240 juta, yang memiliki ponsel 250 juta orang. Jadi, kata Emil, Indonesia merupakan negeri yang ponselnya lebih banyak dari jumlah penduduk.

"Jadi, walaupun kita disebut negara berkembang, tapi kalau urusan terkoneksi dan tidak mau kehilangan informasi, kita juara," tukasnya.

Acara Reformasi Hibrida Reformis Hijau sendiri diprakarsai oleh mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal. Selain Emil, turut hadir sebagai pembicara, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anasj, Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi, Wali Kota Bogor terpilih Bima Arya, dan Wali Kota Makassar terpilih Muhammad Ramdhan Pamanto.


Penulis: Alsadad Rudi
Editor : Farid Assifa