Kamis, 27 Maret 2014

Cari Titik Terang Perang Bubat

Menghindari Friksi Etnis




NANDANG SUKANDA/"PRLM"



BANDUNG, (PRLM).- Keberagaman penafsiran sejarah terhadap Perang Bubat masih terus berlangsung. Malah ada kalanya hanya dipandang parsial sebagai konflik Majapahit dan Sunda Galuh. Akibatnya mengundang friksi dan menghambat hubungan emosional etnis Sunda-Jawa.

Wakil Gubernur Jawa Barat H Deddy Mizwar menyampaikan hal itu saat membuka Seminar Nasional "Pasundan Bubat", yang diselenggarakan Yayasan Masyarakat Sejarah Indonesia (YMSI), HU Pikiran Rakyat, Bank BJB, dan Kang Dedi Mulyadi Bupati Purwakarta, di Aula Redaksi HU Pikiran Rakyat, Jln. Soekarno Hatta 147, Bandung, Kamis (27/3/2014).

Disampaikan Wagub, mengungkap kembali sejarah masa lalu tidak hanya mengenang atau menghormati sejarah tetapi juga mengungkapkan kembali informasi sejarah terhadap Perang Bubat. Selain itu akan mendapatkan rumusan berharga untuk memuji dan memajukan nilai-nilai budaya bangsa.

Proses ini nantinya, kata Wagub, akan memberi titik terang yang otentik bagi terkuaknya sejarah perang tersebut. Sehingga ada hikmah positif dari Perang Bubat yang menjadi warisan sejarah yang valid dan mempermudah mengaplikan sejarah ke dalam seni dll.
Pada kesempatan itu, Wagub juga memberikan beasiswa dari Bank BJB kepada Subhanudin Alwy dan Eva Nur Arofah untuk pendidikan magister dan doktoral di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad. (A-148/A-147)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar