Senin, 09 Mei 2011

Ujian, "Penyakit" Pendidikan Nasional

SISTEM PENDIDIKAN
Ary Wibowo | Latief | Senin, 9 Mei 2011 | 11:00 WIB


RODERICK ADRIAN MOZES/KOMPAS IMAGES
Ilustrasi: Assessment terhadap siswa seharusnya tak didominasi lagi oleh ujian-ujian tertulis. Syaratnya, para guru harus mendapatkan proses pelatihan, pengawasan, serta bimbingan


JAKARTA, KOMPAS.com — Saat ini assessment (penilaian) selain melalui pola-pola ujian harus terus didengungkan. Hal itu agar proses pembelajaran tidak lagi berfokus pada bentuk tes-tes tertulis untuk mengukur kemampuan siswa.

Demikian diungkapkan pakar pendidikan Itje Chodidjah di Jakarta, Senin (9/5/2011). Menurut Itje, guru juga perlu diberi pemahaman dan pelatihan agar pelaksanaan assessment menjadi jelas. Pasalnya, sebesar apa pun pemerintah ingin menjalankan assessment, jika guru-guru tidak memiliki pemahaman yang baik, proses itu hanya akan menjadi sia-sia.

"Paradigma guru juga perlu diubah karena biasanya saat ini guru tidak sreg kalau tidak ada testing," kata Itje.

Sementara itu, pakar pendidikan Agung Wibowo mengatakan, satu dari sekian banyak yang perlu dibenahi dalam sistem pendidikan Indonesia adalah penerapan assessment untuk menentukan penilaian siswa. Assessment terhadap siswa seharusnya tidak didominasi lagi oleh ujian tertulis. Namun, syaratnya, guru harus mendapatkan pelatihan, pengawasan, dan bimbingan.

"Kalaupun ada pelatihan, biasa hanya sekadarnya, tidak sampai pada how to. Assessment dapat dikembalikan ke dalam kelas sebagai kegiatan berkesinambungan untuk memantau perkembangan siswa," ujarnya.

Selain itu, metode assessment yang beragam juga harus dilakukan sepenuhnya secara jelas. Misalnya, dalam portofolio hasil kerja siswa sebagai bagian penting dalam assessment terhadap siswa. Hal itu dapat menjadi bukti berkelanjutan dari perkembangan siswa selama setahun pembelajaran, yaitu seperti apa yang diperoleh dan apa saja yang perlu diperdalam dari materi di kelas.

"Sebenarnya, dalam standar proses kurikulum itu sudah ada. Namun, pemerintah harus menjalankan kurikulum tersebut dengan konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sepenuhnya, yang menjadikan assessment sebagai tanggung jawab guru dan sekolah," kata Agung.

Agung menilai, saat ini pendidikan terlalu berpatokan bahwa ujian nasional adalah faktor utama keberhasilan siswa. Bahkan, saat ini juga sudah muncul wacana untuk diterapkannya ujian nasional di tingkat sekolah dasar.

"Saya tidak anti-tes tertulis, tetapi tes itu bukan segalanya. Assessment penting untuk melihat kemampuan secara umum dan apakah materi yang diberikan masuk ke dalam pemahaman siswa," tukasnya.
 
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar