Senin, 25 Juni 2012

Agus Gunawan Ingin Lestarikan Wayang Golek





MUNADY/"PRLM"
AGUS Gunawan kesulitan memperoleh dana untuk mengembangkan wayang golek.*
 
 
 
CIAMIS, (PRLM).- Agus Gunawan menjadi perajin wayang golek karena tradisi yang turun temurun. Dia merupakan generasi ketiga dari keluarga, yang tidak sekadar membuat wayang golek, tapi juga menjadi dalang yang menggunakan dua bahasa, yakni Inggris dan Sunda.

Agus Gunawan mengaku, sejak tahun 1990 meneruskan warisan sang kakek membuat wayang golek dari bahan kayu Albasia karena kayu albasia. Pilihan kayu albasia karena barangnya masih mudah didapat, selain itu gampang diukir. Uniknya lagi, Agus tidak hanya membuat wayang dengan wajah tokoh-tokoh pewayangan, tapi juga wajah-wajah kontemporer sesuai keinginan pemesan. "Golek yang saya buat bisa juga berwajah bule, tergantung pesanan saja," kata Agus.

Menurut Agus, pembuatan satu wayang golek bisa mencapai tiga minggu. Tapi itu semua relatif karena tergantung tingkat kesulitan ukirannya. Selain warga Indonesia yang meminta pembuatan wayang golek, banyak juga warga asing seperti dari Belanda dan Jerman yang suka minta dibuatkan wayang golek. Hasil karya Agus biasanya dijual antara Rp 500.000,00 hingga Rp 2 juta.

"Warga asing yang suka memesan kepada saya, kebanyakan berasal dari Belanda. Mungkin mereka juga sudah mengenal budaya wayang, jadi suka meminta. Biasanya mereka tidak hanya meminta golek yang wajahnya tokoh pewayangan. Ada juga permintaan khusus, sehingga golek yang jadi pun kadang bisa berwajah bule," kata Agus yang tinggal di Desa Sukaresik, Kecamatan Sukamulih, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Agus Gunawan menegaskan dirinya punya bertekad untuk melestarikan budaya peninggalan warisan sang kakek. Apalagi sekarang sedikit saja generasi muda yang mengenal budaya wayang golek. Hanya, di satu sisi Agus kadang meras kesulitan untuk mengembangkan kerajinan wayang golek tersebut. Di antaranya, terbentur dengan masalah pendanaan. Ia sudah beberapa kali mengajukan pinjaman ke bank, namun kurang mendapat respons.

"Saya memang kesulitan dana untuk membeli bahan baku. Pernah mengajukan kredit ke bank, malah ditanya balik berapa penghasilan setiap bulannya. Pendapatan saya jelas tidak tetap. Padahal saya punya keinginan untuk membuka galery," tuturnya.(Mun/A-147)***
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar