Selasa, 10 Juni 2008

Ribuan Mangrove Mati

Dana Penanaman Terbuang Percuma


KOMPAS/LASTI KURNIA / Kompas Images
Barisan ajir (batang bambu untuk penopang bibit mangrove) dengan jarak tanam yang rapat terendam sepanjang puluhan kilometer di sepanjang garis pantai sebelah barat muara Kali Rambatan Baru, Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Indramayu, Jawa Barat, Minggu (8/6). Tidak tampak satu pun bibit mangrove yang tertanam menempel pada ajir. Lokasi tersebut sebenarnya bukan habitat mangrove karena bukan lahan pasang surut.



Selasa, 10 Juni 2008 | 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Ribuan bibit mangrove yang ditanam di pesisir Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mati. Dana besar yang sudah dikeluarkan untuk pembelian bibit dan biaya penanaman mangrove terbuang percuma. Di lokasi tersebut, kini tinggal tersisa jutaan tonggak bambu penahan bibit mangrove.

Berdasarkan penyisiran Kompas dengan menggunakan perahu di sekitar Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Minggu (8/6), bibit mangrove kini sudah tidak terlihat sama sekali. Yang ada cuma tonggak-tonggak bambu setinggi 50 sentimeter, dengan jarak antartonggak bambu sekitar 30-100 sentimeter.

Luas hamparan tonggak bambu tersebut mencapai belasan kilometer, sedangkan lebarnya sekitar 100 meter dari bibir pantai.

Menurut sejumlah nelayan, penanaman bibit mangrove di kawasan tersebut semula untuk penghijauan, sekaligus penahan abrasi di sepanjang pantai utara Indramayu yang terkenal ganas.

”Namun, penanaman mangrove tampaknya asal-asalan karena tidak mempertimbangkan kondisi lokasi,” kata seorang nelayan.

Kepala Subdinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu Aep Surahman secara terpisah mengatakan, penanaman mangrove yang gagal itu belum ditelusuri apakah memang bagian dari proyek Gerhan atau inisiatif dinas terkait di Pemerintah Kabupaten Indramayu. ”Kami harus menelitinya,” ujarnya.

Ada plakat

Berbeda dengan wilayah sebelah timur muara Sungai Rambatan Baru, masih di Kabupaten Indramayu, terdapat penanaman mangrove yang tumbuh dengan baik. Di situ terlihat sebuah plakat yang menunjukkan penanaman mangrove tersebut dilakukan pada tahun 2007. Bibit mangrove yang ditanam sebanyak 375.000 batang untuk areal 75 hektar.

Direktur Jenderal Rehabilitasi Hutan dan Perlindungan Sosial Departemen Kehutanan Sunaryo mengatakan, proyek Gerhan yang dimulai tahun 2003 sudah dievaluasi dan diperbaiki kinerjanya dari tahun ke tahun. Kalau ada proyek Gerhan terutama untuk rehabilitasi mangrove yang gagal total, anggaran yang sudah diterimakan kepada pihak pelaksana bisa ditarik kembali.

Rehabilitasi lahan dengan mangrove dimaksudkan untuk melindungi kelangsungan hidup masyarakat sekitar. ”Jika program pemerintah pusat, pasti pengawasannya ketat,” kata Sunaryo.

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam pada Departemen Kehutanan Darori mengatakan, mangrove yang ditanam atas inisiatif pemerintah daerah masih harus dievaluasi keberhasilannya. Akan tetapi, dia membantah jika gerakan rehabilitasi lahan menggunakan mangrove yang dicanangkan pemerintah pusat dikatakan gagal total.

Hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pada 2004, menurut Darori, tingkat keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan, termasuk mangrove, secara nasional mencapai 72 persen. Rehabilitasi mangrove pada 2004 mencapai 5.075 hektar di seluruh wilayah Indonesia. (NAW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar