Kondisi transportasi Kota Bandung, kian hari semakin semerawut saja. Kejadian kesemerawutan bisa dijumpai di setiap sudut kota. Fenomena ini sudah dianggap biasa oleh warga Bandung sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi di Kota Bandung? Apakah warga Bandung sudah tidak peduli lagi dengan kenyamanan kotanya sendiri, terutama masalah transportasi ataukah pemerintah kota yang sudah pusing mengatur warganya yang dirasa membandel. Apakah pemerintah kota sudah benar-benar bekerja untuk warganya dengan serius??
Situasi dan kondisi yang begitu rumit, berbagai kepentingan bercampur aduk. Ketegasan pemerintah kota adakalanya hanya terjadi sesaat saja, setelah itu menghilang seperti ditelan oleh angin. Pemerintah kota sudah berupaya mengkaji permasalahan transportasi tapi pelaksanaanya selalu menghadapi kendala. Berbagai kendala yang dihadapi pemerintah kota semakin kusut saja. Dari kekusutan kendala yang dihadapi pemerintah kota yang paling utama adalah kesadaran warga Kota Bandung yang begitu rendah.
Banyak contoh rendahnya kesadaran warga Kota Bandung berkaitan dengan penggunaan sarana transportasi. Angkot yang berhenti dengan tidak mempedulikan pengguna jalan yang lain, begitu pula dengan pengendara sepeda motor yang tidak mau mengalah kepada angkutan kota ketika angkutan kota hendak menurunkan penumpang meskipun sopir angkot sudah memberi tanda tetap saja pengguna sepeda motor dengan “memaksa“ membunyikan klakson untuk mendahului angkutan kota dari sebelah kiri.
Begitu pula ketika kita akan menyeberang jalan di Kota Bandung menjadi semakin menakutkan dan berbahaya. Pemerintah kota sudah menyediakan jembatan penyeberangan dan sarana penyeberangan yang lainnya seperti zebra cross, masih banyak pengguna jalan yang tidak peduli dengan penyeberang jalan meskipun penyeberang jalan itu sudah berjalan di zebra cross yang nota bene dilindungi oleh undang-undang. Akan tetapi, banyak yang tidak peduli atau memang sudah tidak peduli lagi.
Masyarakat kita semakin dimanjakan dengan kendaraan roda dua (baca: sepeda motor) yang begitu mudah didapatkan yakni dengan cara mencicil atau kredit. Di sisi lain membantu rakyat kecil untuk memudahkan dalam beraktivitas tetapi di sisi yang lain pengusaha jasa angkutan kota semakin merana. Jumlah penumpang semakin berkurang adakalanya mereka harus menempuh cara dengan tidak wajar seperti mencari penumpang melebihi atau menabrak batas jalur trayek karena penumpang sudah semakin sedikit dijalur atau trayek yang biasa para sopir angkutan kota lalui.
Kehadiran bus kota yang disediakan pemerintah kota sebenarnya membantu masyarakt kecil dalam beraktivitas sehari-hari. Akan tetapi, sebagian besar masyarakat yang lain menganggap kehadiran bus kota justru mengurangi pendapatan mereka terutama para pemilik jasa angkutan kota dan para sopir. Hal ini yang sering menimbulkan perselisihan antara pemerintah kota dan para pemilik jasa angkutan kota. Padahal adanya trasportasi massal begitu dibutuhkannya oleh masyarakat kecil.
Hingga saat ini masalah ini belum bisa terselesaikan dengan baik, memang hal ini begitu rumit karena banyaknya kepentingan yang terbagi-bagi.
Permasalahan menjadi semakin rumit tatkala infrastruktur jalan sudah tidak memadai lagi di Kota Bandung, banyaknya pedagang pasar tumpah di waktu pagi hari, juga banyaknya PKL yang memakai badan jalan dan trotoar membuat kesemerawutan di mana-mana.
Pagi dan sore hari jalan semakin menyempit dikuasai oleh para PKL. Pemerintah kota dengan cara yang sudah tidak asing lagi yakni menggusur PKL untuk menertibkan PKL. Sejauh ini belum ada solusi yang efektif dan dirasa adil bagi sebagian pihak.
Kenyamanan berpergian dengan kendaraan umum di Kota Bandung menjadi hal yang langka. Banyaknya kendaraan pribadi menjadi semakin semerawutnya kondisi jalanan di Kota Bandung. Kebijakan pemerintah kota dalam penyediaan sarana transportasi publik secara massal selalu ditentang oleh warganya sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi????
Banyak orang yang selalu membandingkan dan membanggakan kondisi yang nyaman dalam hal berkendaraan di negara tetangga kita atau bahkan di negara yang lain. Mengapa di negara orang lain begitu mudah, nyaman, dan teraturnya, menggunakan sarana publik terutama dalam berkendaraan dan sarana transportasinya.
Pekerjaan rumah ini yang sampai sekarang tidak bisa diselesaikan walaupun pergantian pemimpin sudah berganti beberapa kali. Mereka hanya bisa memberikan janji ketika berkampanye, setelah terpilih penyakitnya kambuh yakni penyakit “Lupa”.
Harus memulai dari mana membenahi kondisi di Kota Bandung, infrastuktur, aturan/kebijakan, pembenahan ekonomi, pendidikan, sosial budaya ??? Atau yang mana dahulu…????? Masalah sampah…????
Wuih…. Rumit…..