Rabu, 26 Juni 2013

Ngorok = Risiko Serangan Jantung

Penulis : Dr. Andreas Prasadja, RPSGT * | Selasa, 18 Juni 2013 | 09:47 WIB 
 
 
Ilusrasi /Shutterstock
 
 KOMPAS.com - Sebuah penelitian yang baru saja diterbitkan pada the Journal of the American College of Cardiology menyebutkan bahwa mendengkur dengan obstructive sleep apnea (OSA) tingkat sedang saja, sudah meningkatkan risiko seseorang alami sindroma kematian mendadak akibat serangan jantung. Ya, suara ngorok yang dianggap ‘hanya’ gangguan suara, bisa berakibat fatal!

Sleep Apnea Mendengkur yang disertai dengan kantuk berlebih di siang hari merupakan gejala utama dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur.

Saat tidur saluran nafas pendengkur menyempit hingga, walau gerakan nafas masih ada, aliran udara terhenti. Henti nafas ini bisa terjadi lebih dari sepuluh detik. Bahkan tak jarang saya temukan di laboratorium tidur pendengkur yang alami henti nafas hingga lebih dari 1 menit.

Akibat sesak, penderita sleep apnea akan terbangun tanpa terjaga untuk bernafas, lalu segera lanjut tidur lagi. Pendengkur tak menyadari dirinya terbangun-bangun selama tidur.
Karena proses tidur yang terpotong-potong itu, di pagi hari pendengkur merasa kurang segar dan terus mengantuk sepanjang hari.

Proses henti nafas berulang sepanjang tidur memicu reaksi berantai yang berlanjut pada peningkatan tekanan darah, kadar gula darah, kekentalan darah dan tentu pada kesehatan jantung sendiri.

The National Heart, Lung and Blood Institutes memperkirakan sleep apnea diderita lebih dari 12 juta orang di AS. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dengan bertambahnya epidemi obesitas di sana. Tetapi hati-hati, untuk ras Asia seperti Indonesia penderita sleep apnea tanpa obesitas pun banyak. Ini dikarenakan struktur rahang yang sempit dan leher yang pendek pada ras Asia. Tak semua pendengkur itu gemuk lho.

Penelitian
Penelitian terdahulu dari Mayo Clinic yang diterbitkan pada the New England Journal of Medicine menyatakan bahwa lebih dari setengah pasien mendengkur yang telah terdiagnosa dengan sleep apnea, meninggal akibat serangan jantung antara pukul 22:00-6:00. Artinya, sleep apnea berperan atas serangan jantung yang terjadi.

Kembali pada penelitian yang terbaru, para ahli mengikuti 10.701 subyek selama kurang lebih 5,3 tahun. Selama itu, sebanyak 142 pasien meninggal dunia akibat serangan jantung mendadak. Kebanyakan dari pasien-pasien tersebut berusia lebih dari 60 tahun dan mengalami henti nafas lebih dari 20 kali perjam saat tidur serta memiliki kadar oksigen terendah kurang dari 78 persen.

Saat saluran nafas tersumbat dalam tidur, pasokan oksigen terhenti hingga kadar oksigen dalam darah menurun. Penelitian ini tunjukkan bahwa penurunan kadar oksigen lebih rendah dari 78 persen akan tingkatkan risiko pasien alami serangan jantung yang mematikan hingga 80 persen.

Jadi sleep apnea bukan saja meningkatkan risiko gangguan kesehatan jantung di malam hari, tapi justru sepanjang hari dan malam.

Tata Laksana
Perawatan sleep apnea dimulai dengan pemeriksaan rutin di laboratorium tidur untuk mendiagnosa derajat dengkuran. Jika indeks henti nafas (AHI) kurang dari 5 kali perjam, pasien dinyatakan hanya mendengkur tanpa sleep apnea. Ini kondisi yang aman. Sementara AHI 5-15 kali perjam adalah kondisi ringan, 16-30 kali perjam adalah sedang dan lebih dari 30 dinyatakan sebagai sleep apnea berat.

Umumnya perawatan sleep apnea adalah dengan menggunakan CPAP, berupa alat yang dihubungkan dengan masker hidung. Alat tersebut akan meniupkan tekanan positif yang digunakan untuk menyangga saluran nafas agar tak menyempit selama tidur. Penggunaan CPAP telah diketahui memperbaiki kondisi jantung, tekanan darah dan kontrol gula darah penderita sleep apnea. Selain CPAP, perawatan sleep apnea juga bisa dilakukan dengan penggunaan dental appliances atau pembedahan.

———————

Perawatan sleep apnea akan meningkatkan kualitas hidup penderitanya, dan juga mencegah terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah.

Ketika ada sahabat atau kerabat yang mendengkur, jangan ditertawakan. Peringatkan! Anda bisa menyelamatkan nyawanya hanya dengan memberi tahu bahwa dengkurannya bisa berbahaya bagi kesehatan.

Editor : Asep Candra

 
 
 

Gurano Bintang dari Tanjung Mangguar

Selasa, 25 Juni 2013 | 09:33 WIB


Tanah Hijau Diapit Langit dan Laut Biru. | KOMPAS/YUNAS SANTHANI AZIS

 "Yang kami dapatkan dalam beberapa hari adalah angin nan sepoi dan tenang". Apa yang dialami Afred Russel Wallace saat berlayar di lepas pantai Kepala Burung, Papua Barat, 155 tahun lampau, itu pulalah yang kami terima.

Bersama lima anggota tim WWF Indonesia (peneliti dan juru kamera profesional), Kompas menyusuri perairan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), 22-29 Mei. Kapal kami adalah Tuturuga milik WWF Indonesia, kapal berlunas ganda sepanjang 12 meter dengan dua mesin berkekuatan total 500 tenaga kuda.

Di atas Tuturuga (penyu dalam bahasa lokal), Bardin Tandiono si kapten kapal asal Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, dan segelintir awaknya membawa kami menyusuri laut yang tengah setenang telaga, sejauh 540 kilometer lebih. Dari dermaga Gunung Botak, lima jam ke selatan Manokwari, Papua Barat, hingga Nabire di Papua.


Laut sebening kaca.KOMPAS/YUNAS SANTHANI AZIS

TNTC, kawasan konservasi seluas 1,45 juta hektar, hampir 90 persen adalah laut. Selama tujuh hari, tim WWF memonitor lokasi tempat ikan berpijah, juga mendokumentasikan keindahan kawasan: pulau tak berpenghuni, gosong, terumbu karang, laguna, dan kampung-kampung kecil di bibir pantai yang pendek dan sempit.

Kampung Napan Yaur di sisi barat Tanjung Mangguar, misalnya, hanya terdiri atas 30-an rumah dengan luas tak sampai setengah lapangan bola. Namun, di lepas pantai tanjung itu pula kami temukan raksasa laut, gurano bintang atau hiu paus (Rhincodon typus).

Sejak lama gurano bintang kerap ditemukan nelayan di perairan TNTC. Laut yang kaya akan plankton dan ikan puri (teri) makanan gurano membuat ikan terbesar di dunia itu menjadikan Teluk Cenderawasih rumah mereka. (Yunas Santhani Azis)

Teripang Si Sumber Nafkah. KOMPAS/YUNAS SANTHANI AZIS
Sumber : Kompas Cetak
Editor : I Made Asdhiana

Buang Sampah ke Sungai Itu Warisan Zaman VOC

Rabu, 19 Juni 2013 | 17:23 WIB


Sampah di pinggiran pantai Pulau Pari menjadi ancaman bagi ekosistem dan kelestarian laut. Sampah juga mengganggu budidaya rumput laut karena dapat menurunkan kualitasnya. | Asep Candra/KOMPAS.com

KOMPAS.com — Saya mengikuti Sunaryo yang menaiki tangga baja melingkar menuju ruangan pengendali Pintu Outlet di Cipinang Besar Selatan. Setelah pintu terbuka, tampak ruangan memanjang bercat dan berlantai putih yang berisi panel-panel untuk mengoperasikan pintu air.

Dia sudah bertugas sebagai penjaga pintu air ini sejak Kanal Banjir Timur (KBT) resmi digunakan pada 2011. Dari deretan jendela di sepanjang ruangan yang mirip lorong itu Sunaryo bisa memantau bentang lingkungan hulu kanal.

Mulut saluran aliran keluar yang menuju Sungai Cipinang itu mulai mendangkal dan penuh sampah. Dari anjungan pintu air itu kami bisa menyaksikan aneka bungkus plastik mi instan, plastik pembungkus belanja, hingga bak mandi plastik yang kandas tengkurap.

“Di Jakarta menghilangkan sampah itu sangat sulit,” kata Sunaryo. “Kesadaran orang-orang di sini sangat susah.”

“Orang membuang sampah ke kali itu paling enak: Begitu dilempar sudah hilang,” ujar Sunaryo dengan kesal. “Sedangkan mengangkatnya lebih susah.”

Imbauan untuk tidak membuang sampah di sungai sekadar gembar-gembor. Tetap saja sampah menumpuk di pintu airnya. Kalau kanal tidak dibersihkan selama sebulan, alat ekskavator pun perlu turun mengangkut. “Kalau tenaga orang saja kewalahan.”

Terdapat lima sungai yang aliran dan sampah yang menyertainya ditampung oleh KBT. Dalam perjalanannya menuju muara, sampah-sampah itu tersangkut di pintu-pintu outlet dan pintu bendung gerak.

Di kesempatan berbeda, saya bertanya soal sampah kepada Mona Lohanda, seorang peneliti sejarah Jakarta dan arsiparis di Arsip Nasional Republik Indonesia. Mona mengisahkan sebuah plakat bertahun 1630 yang berisi aturan yang dikenal sebagai negenuursbloemen—kalau diterjemahkan bebas artinya bunga-bunga jam sembilan.

Aturan yang dibuat Dewan Hindia Belanda —di dalamnya termasuk Gubernur Jenderal VOC— itu mengizinkan warga Kota Batavia untuk membuang sampah ke kanal kota setelah pukul 21.00. “Kata 'negenuurbloemen' itu pemanisan dari aturan membuang kotoran manusia dari rumah tangga di dalam tembok kota,” ungkapnya.

Di dalam buku Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia, Mona pernah menulis, “Sampah rumah tangga pun ikut dibuang ke kali, karena aturan membuat dan menempatkan bak sampah di muka rumah baru dikeluarkan pada pertengahan abad ke-19.”

Menurut Mona, aturan tersebut terus berlaku lantaran kakus baru ditemukan di Eropa pada abad ke-19 pula. Tampaknya aturan zaman VOC itu berlanjut ratusan tahun, bahkan hingga hari ini.

Kini, Sunaryo boleh sedikit berlega. Kampung di sekitar pintu airnya sudah mengusahakan untuk menunjuk petugas pengumpulan dan pengangkutan sampah di setiap rumah. Namun, tiba-tiba terlintas di benaknya tentang teman-temannya para petugas kebersihan KBT. “Tetapi, kalau kanal bersih, lalu yang biasa bersihin kanal kerjanya apa?” (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Editor : yunan

Senin, 10 Juni 2013

Restoran Jepang Gunakan Drone untuk Mengantar Makanan

Lebih Cepat Ketimbang Pelayan Berjalan


SOLENT NEWS/"PRLM"
   iTray yang dikendalikan iPad mengantarkan makanan kepada pemesannya lima kali lebih cepat dari pelayan manusia.*



LONDON, (PRLM).- Restoran YO! Sushi telah menguji coba gadget nampan terbang untuk mempercepat pengiriman makanan ke meja pelanggan.

Perusahaan Jepang ini mengatakan pelayannya kini bisa mengirimkan iTray, nampan yang dikendalikan iPad menuju meja dengan kecepatan hingga 25 mil per jam, atau enam kali lebih cepat dari pelayan yang berjalan.

Menurut bos YO! Sushi Robin Rowland, staf di cabang pusat kota London akan menggunakan iPad dengan aplikasi kendali penerbangan untuk membuat nampan unik ini lepas landas secara vertikal dengan tinggi yang ditetapkan oleh penggunanya.

ITray ini memiliki dua kamera definisi tinggi yang terpasang, yang mengirim gambar-gambar secara langsung ke pengendalinya.

Ini berarti staf dapat memuat nampan dengan makanan di dapur, terbang ke meja pelanggan, dan mengembalikannya ke pangkalan ketika mereka melihat makanan telah diambil, klaim perusahaan.

Pelanggan tidak hanya menikmati 'pertunjukan' saat makanan mereka disampaikan dalam cara yang tidak biasa, namun bisa lebih cepat sampai di meja, yang berarti makanan masih hangat saat diterima pemesan.

Drone ini memiliki jangkauan 50 meter, dan dikatakan, jika terbukti populer bisa diterapkan di 64 cabang restoran Yo! Sushi di Inggris tahun depan.

Pelayan, Gabriella Micu (28), tampak masih mengikuti nampan terbang di sekitar restoran itu saat dia mengembangkan kendali gadget itu.

"Melayani pelanggan menggunakan iTray itu aneh pada awalnya dan sempat jatuh beberapa kali, tapi saya dengan cepat dapat menguasainya. Sangat mudah untuk mengontrol dan mirip dengan video game," kata Micu.

"Ini benar-benar menyenangkan bagi pelanggan dan saya berharap bisa sampai ke titik di mana kita bisa melayani tamu dari dapur pusat karena pasti akan membantu untuk mengurangi waktu berjalan sekitar restoran," tambahnya seperti dilansir Daily Mail.

ITray ini terbuat dari bingkai serat karbon ringan dan dilengkapi empat baling-baling, yang membuatnya sangat lincah. YO! Sushi saat ini memiliki dua model yang sedang dioperasikan.

Perusahaan ini mengklaim telah meluncurkan iTray untuk menandai peluncuran burger baru, yang menggantikan roti tradisional dengan nasi panggang Jepang.

Seorang pelanggan Mark Love (26) dari London mengatakan: "Ketika saya memesan burger tidak pernah membayangkan hal itu akan datang dengan cara terbang ke arah saya di atas nampan."

"Itu menakjubkan dan yang paling aneh, seperti sesuatu yang muncul dari sebuah novel fiksi ilmiah. Diantarkan seolah-olah dengan sihir, seperti piring terbang alien membawa makanan langsung ke meja saya," ujarnya kagum.(Aya/A-108)***

Raksasa Laut Dalam Misterius Tertangkap Kamera

Penulis : Yunanto Wiji Utomo Senin, 10 Juni 2013 | 16:06 WIB 


Ikan dayung raksasa (Regalecus glesne) tertangkap kamera. | Marc C. Benfield

 KOMPAS.com — Ikan dayung raksasa (Regalecus glesne) atau oarfish, yang selama ini misterius karena jarang dijumpai dalam kondisi hidup, kini berhasil direkam kamera di habitat aslinya.

Pakar biologi kelautan dari Lousiana State University, salah satunya Mark C Benfield, berhasil menangkap gambar ikan itu dengan kamera lewat kerja sama dari perusahaan pengeboran minyak lepas pantai di wilayah Teluk Meksiko.

Diberitakan Daily Mail, Minggu (9/6/2013), dengan peralatan perusahaan tersebut, ilmuwan berhasil mengobservasi ikan dayung lima kali selama observasi dari tahun 2008 hingga 2011.
 
Ikan dayung raksasa terungkap memiliki warna silver metalik.

Ikan dayung raksasa pertama kali dijumpai pada tahun 1772 oleh biolog asal Norwegia, Peter Ascanicus. Spesies ini juga disebut ikan raja herring, ikan dayung Pasifik, atau ikan pita. Bentuk ikan ini memang seperti pita, panjang dan ramping.

Ikan dayung yang direkam dalam video kali ini punya panjang 2,44 meter. Ikan dayung terpanjang yang pernah dijumpai punya panjang hampir 8 meter.

Seperti spesies cumi-cumi raksasa, ikan dayung raksasa juga banyak menginspirasi cerita tentang monster laut. Ilmuwan percaya, panjang spesies ini bisa mencapai 15,24 meter dengan berat 272 kg.

Ikan dayung jarang dijumpai hidup-hidup karena hidup di laut dalam pada kedalaman 200 meter hingga 1 km. 
Ikan dayung raksasa sepanjang 7 meter yang terdampar di Califoria pada tahun 1996.


Tertangkapnya wujud ikan dayung lewat proyek SERPENT ini adalah sebuah keberhasilan. Hingga saat ini, tak banyak yang diketahui tentang fauna laut ini. Kebanyakan studi dilakukan saat ikan langka ini terdampar di pantai dan mati atau sekarat.

Oktober lalu, ikan dayung terdampar di wilayah Cabo San Lucas, panjangnya mencapai 4,5 meter.

Tahun 2006, ikan dayung lain juga terdampar di Santa Catalina Island, California. Doug Oudin, seorang harbormaster, berhasil menyelam bersama ikan dayung itu sebelum ikan mati. Ia mengungkap bahwa ikan dayung berwarna perak metalik dengan bintik berwarna biru kecoklatan.

Ikan dayung juga diketahui merupakan ikan buta. Ini wajar karena ikan ini hidup di laut dalam yang gelap gulita.

Ikan dayung raksasa juga pernah terdampar pada tahun 1901 di Newport Beach, California, memiliki panjang 6,7 meter. Ikan ini bergerak dengan meliukkan siripnya, sementara tubuhnya tetap lurus dan tak bergerak.

Keberhasilan ilmuwan menangkap ikan dayung hidup-hidup dan studinya dipublikasikan di Journal of Fish Biology.

Sumber : Daily Mail
Editor : yunan


Sampah Cikapundung akan Dikumpulkan

BANDUNG, (PRLM).- Sejumlah penggiat olahraga air dan Pencinta Alam (PA) Kota Bandung akan mengarak sampah Sungai Cikapundung dalam kegiatan Car Free Day (CFD) Ir H Juanda Dago pada Minggu (16/6/2013) mendatang.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas permasalahan sampah yang dibuang ke Sungai Cikapundung.

Demikian kata Koordinator Alumni Tapa Samadi dan komunitas kayak Bandung Muhammad Ali Muhsin saat dihubungi "PRLM", Senin (10/6/2013). Dia menambahkan, kegiatan bertajuk Tubing and RID Cikapundung Bersama Siswa Pecinta Alam se-Bandung dilaksanakan pada 15-16 Juni 2013.

Dengan menempuh rute Kampung Padi, Tanggulan Dago (Indonesia Power) hingga Dam Rancabentang, para penggiat olahraga air tersebut mengarungi Sungai Cikapundung sembari mengumpulkan sampah.

"Sampah kemudian dibawa ke CFD Dago untuk diperlihatkan kepada pengunjung. Dengan demikian, para pengunjung bisa melihat sendiri seberapa banyak sampah yang telah dibuang ke Sungai Cikapundung,"ujarnya. Diharapkan saat melihat sampah itu, pengunjung tergugah untuk membuang sampah ke Sungai Cikapundung. (A-201/A-26)***