Rabu, 24 Desember 2014

Rhenald Kasali: Mengapa Tak Ada Nasi Goreng Enak di Hotel?

Rabu, 24 Desember 2014 09:11 WIB

Warta Kota/Celestinus Trias HP
Ilustrasi : Nasi goreng spesial. 

Rhenald Kasali
 
WARTA KOTA, JAKARTA - Tentang hal ini saya punya lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Dan saya ingin para chef-lah yang menjawab. Mahasiswa studi perhotelan dan pemilik hotel juga boleh mereka-reka jawabannya.

Tapi poin-nya jelas. Sulit kita mendapatkan kuliner Nusantara yang benar-benar lezat di berbagai hotel. Jangankan rasanya, tampilannya saja seringkali membuat saya malu pada tamu saya. Kadang saya berpikir, kalau kita saja merasa janggal dengan tampilan dan rasanya, bagaimana pikiran wisatawan asing ya?

Sewaktu saya protes, sejumlah orang membantah hal itu terjadi di hotel miliknya. Tetapi begitu saya mencicipi hidangannya, ternyata sama saja. Kurang pas!

Untuk menyajikan kuliner Nusantara, mungkin mereka perlu mengubah haluan. Dari mencari chef yang berpengalaman memasak di kapal pesiar atau di restoran luar negeri kepada para chef lokal yang ada di berbagai warung di Nusantara ini.

Di sebuah hotel bintang lima di dekat Bundaran HI Jakarta pekan lalu, saya mengambil emping goreng yang baru dimasak. Bayangkan, goreng emping saja, mereka tidak tahu caranya. Masih keras sudah diangkat.

Soto Madura di Luar Lebih Enak
Saya baru saja menuliskan masukan di VIP Lounge Garuda Indonesia di Bandara Juanda. Entah mengapa, sejak menempati ruangan baru yang lebih luas, rasa makanan di ruang VIP ini tak karuan. Pecel sayuran yang disajikan layu. Gorengan tempe terlihat tidak fresh. Rasanya tidak senikmat tempe goreng yang biasa kita nikmati.

Saya lalu mengambil rempeyek yang ada di dalam toples kaca. Selain plastiknya yang agak kumal, saya tak melihat kacangnya. Kata penjaganya, itu peyek kacang dan teri. Tapi begitu saya rasakan, ikan terinya juga tidak saya temukan.

Andaikan saya tak terburu-buru masuk ke dalam, saya pasti lebih memilih untuk menikmati soto Bangkalan yang ada di teras luar bandara. Rasanya jauh lebih nikmat dari makanan yang disajikan pengelola VIP Lounge. Padahal VIP Lounge adalah bisnis yang sangat menguntungkan dan menjadi incaran banyak orang. Tetapi mengapa tak ada satupun VIP Lounge yang menyajikan kuliner nusantara dengan penuh semangat?

Itu tak hanya tampak di Bandara Juanda, melainkan merata di hampir semua Bandara Nusantara, apakah itu di Cengkareng, Bali, Batam, ataupun di Makasar. Tak tampak keinginan pengelola menampilkan keunggulan kuliner kita dengan penuh suka cita.

Ini berbeda benar dengan kesungguhan bangsa Thailand. Hal serupa juga tak terlihat pada VIP lounge yang dikelola perusahaan-perusahaan telekomunikasi maupun perbankan. Saya lebih memilih makan bakso di warung Oasis yang berbayar ketimbang menikmati kuliner di ruang VIP.

Roti-rotinya bukanlah roti yang berkualitas bagus, isinya tidak menarik. Rebusannya juga tak enak, tak memenuhi selera. Mie gorengnya terlalu berminyak. Pisang yang ada di dalam penganan tradisionalnya tidak manis. Keras dan belum masak.


Sop Buntut Hotel Borobudur
Bagaimana di hotel-hotel kita? Saya tak menutup mata bahwa dulu kita sangat memuji sop buntut yang disajikan di Bogor Café Hotel Borobudur. Tetapi selebihnya, saya kira Anda sepakat dengan saya. Kalau kita mau menikmati ikan bakar, lebih baik pergi ke warung ikan bakar bertenda di tepi jalan ketimbang makan di lobi-lobi hotel di kota Makasar sekalipun. Jangan heran kalau kebanyakan hotel di daerah hanya ramai dipenuhi pagi hari karena breakfastnya sudah dipaket dengan tarif hotel.

Jangankan ikan bakar yang masaknya super mudah itu, pisang goreng dan nasi goreng saja tak ada yang benar-benar bisa kita nikmati di hotel-hotel berbintang kita. Minimnya spirit kewirausahaan telah membuat banyak juru masak hanya bekerja sesuai SOP tanpa menyadari bahwa mereka "menjual" brand Indonesia.

Kadang saya berpikir, hotel telah merekrut orang-orang yang tidak tepat. Tetapi kadang saya mendengar jawaban bahwa rata-rata chef yang dipekerjakan hotel berbintang empat – lima bukanlah chef yang mengerti selera kita. Kalau tidak orang Prancis, pasti bangsa lain. Tetapi bukankah di situ juga bekerja orang-orang Indonesia yang mengerti selera kita. Masa iya membuat nasi goreng yang enak saja tidak bisa?

Kadang juga saya mendengar terjadi ketidaksinkronan antara yang memasak dengan bagian pengadaan. Jadilah bagian pembelian mengadakan pisang  yang belum masak, yang meski disimpan tiga hari belum layak dibuat menjadi pisang goreng. Pisang keras itu disamarkan dengan tepung, keju dan coklat agar lebih terlihat berselera.

Buah-buahan Nusantara pun digantikan oleh buah-buahan standar yang ada di seluruh dunia: apel, anggur, pepaya, nanas dan melon. Melonnya pun, bagian manisnya sudah dipotong, ditinggalkan bagian dasar yang masih padat. Padahal kita punya buah-buahan tropis yang kaya dan selalu ada pada musimnya: duku, mangga, manggis, srikaya, jamblang, kecapi, nangka, cempedak dan sebagainya. Mengapa takut dengan baunya kalau di Thailand saja bisa?

Minimnya protes konsumen, lemahnya perhatian aparatur pembuat kebijakan, serta kemalasan para chef untuk mempelajari kuliner Nusantara telah mengakibatkan kita lebih banyak makan roti dengan selai dan cokelat ketimbang bubur ayam atau nasi goreng. Anak-anak kita pun memilih makan spageti, omelet atau cereal ketimbang jajanan pasar buatan lokal.

Maka saya gembira ketika salah seorang gubernur di Sulawesi memberi kewajiban agar hotel-hotel setempat  menyajikan kuliner lokal. Kalau tak mau juga, katanya ijinnya akan dicabut. Boleh juga lah. Tetapi saya kira kita tak bisa membangun kuliner nusantara dengan sekadar ada saja.

Kalau chef-chef kita mau belajar, maka mereka harus keluar dari kampusnya. Di kampus mereka cuma belajar penyajian, tekstur dan tampilan. Soal rasa, hanya ada di pemilik rumah makan yang rasanya sudah teruji. Jadi mungkin Kementerian Pariwisata bisa membina nasi jamblang mang Dul di Cirebon agar mendapatkan kontrak di hotel-hotel berbintang. Hal serupa juga pada kuliner-kuliner Nusantara lainnya.

Saya kira lebih baik beri tempat pada mereka yang sudah teruji oleh pasar untuk dinaikkan kelasnya. Hotel wajib membantu penampilan dan kebersihannya sehingga semakin banyak orang yang dapat menikmati kuliner nusantara ini. Selamat berwisata kuliner.

Prof Rhenald Kasali dalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi role model dari social business di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Merubah Mental Passengers Menjadi Drivers

Rabu, 17 Desember 2014

Mobil Listrik tidak Benar-benar Ramah Lingkungan




WASHINGTON, DC, (PRLM).- Orang-orang yang memiliki mobil listrik di mana batubara sebagai bahan bakarnya mungkin berpikir mereka telah berkontribusi pada kelestarian lingkungan.
Namun, sebuah studi baru menemukan bahwa kendaraan seperti itu benar-benar membuat udara kotor, dan memperburuk pemanasan global.

Penelitian kontroversial tersebut telah menimbulkan pertanyaan besar atas masa depan mobil-mobil 'hijau'.

"Sayangnya, saat kawat terhubung ke sebuah kendaraan listrik di salah satu ujungnya dan pembangkit listrik tenaga batu bara di ujung lainnya, ada konsekuensi lingkungan yang lebih buruk daripada mengendarai mobil bertenaga bensin normal," kata Ken Caldeira dari Carnegie Institution for Science, yang tidak terlibat dalam penelitian itu tetapi mengapresiasinya.

"Banyak teknologi yang kita anggap sebagai bersih ... tidak lebih baik daripada bensin," kata peneliti Julian Marshall, seorang profesor di Universitas Minnesota.

Kuncinya adalah dari mana sumber listrik mobil 'hijau' tersebut. Jika itu berasal dari batu bara, mobil listrik menghasilkan 3,6 kali lebih banyak jelaga dan asap kematian daripada bensin, menurut studi yang diterbitkan Proceedings of the National Academy of Sciences, baru-baru ini. (Dede Suhaya/A-147)***

Siap-siap, Wisata Gerhana Matahari Total di Indonesia

Selasa, 16 Desember 2014 | 13:38 WIB 


AP PHOTO / The Oklahoman, Sarah Phipps
 Seekor burung terbang dengan latar belakang gerhana matahari parsial di Danau Hefner, Oklahoma City, 23 Oktober 2014.


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemburu gerhana bersiap-siap menyambut Gerhana Matahari Total (GMT) yang akan terjadi pada 9 Maret 2016 di Indonesia. Fenomena alam ini sangat jarang terjadi. Sehingga tak heran diburu oleh ilmuwan maupun masyarakat umum.

Wisata gerhana menjadi hal lazim di dunia pariwisata, terutama luar negeri. Ada banyak agen perjalanan wisata yang menawarkan tur gerhana matahari, walaupun masih didominasi agen perjalanan asing.

"Kami mengajak orang Indonesia aware dengan Gerhana Matahari Total 2016. Kami mengundang beberapa daerah yang dilalui seperti Palu, Balikpapan, Bengkulu, Ternate, dan juga Kementerian Pariwisata," ungkap CEO PATA Indonesia Chapter (PIC) Poernomo Siswoprasetijo, pada konferensi pers dan seminar “Discover Indonesia’s Solar Eclipse 2016”, di Jakarta, Selasa (16/12/2014).

GMT diperkirakan dapat disaksikan di sejumlah kota seperti Palembang, Palangkaraya, Palu, dan Halmahera. Kejadian GMT ini diprediksi akan menarik minat bukan saja masyarakat umum melainkan juga masyarakat imilah dari dalam dan luar negeri. Sebab, seperti diungkapkan Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Prof Dr Thomas Djamaluddin pada 24 April 2014 saat mengumumkan GMT yang akan terjadi tersebut, peristiwa langka ini belum dapat disaksikan kembali dalam 40 tahun ke depan. 

KOMPAS.COM/NI LUH MADE PERTIWI F
Seminar nasional 'Discover Indonesia's Solar Eclipse 2016' di Jakarta, Selasa (16/12/2014).



Oleh karena itu, PIC sebagai bagian dari badan pariwisata dunia, melihat GMT sebagai salah satu fenomena yang dapat membantu meningkatkan potensi wisata daerah yang dilalui GMT. PIC bekerja sama dengan pemerintah daerah, industri pariwisata, dan Kementerian Pariwisata untuk mempromosikan wisata GMT tersebut.

"Terakhir GMT tahun 1983. Persiapan pemerintah saat itu tidak siap. Bahkan ada yang dilarang melihat karena nanti takut buta. Jangan sampai itu terjadi lagi tahun ini," kata Direktur Bosscha Observatory Dr Mahasena Putra di kesempatan yang sama.

Mahasena menuturkan sudah banyak agen perjalanan wisata yang menawarkan paket tur GMT 2016 di Indonesia. Tetapi, lanjut Mahasena, agen perjalanan ini umumnya bukan berasal dari Indonesia. Paket tur yang disediakan misalnya kapal pesiar menuju daerah yang dilintasi GMT.

Sebagai gambaran, kembali disebutkan bahwa GMT akan melintas di Palu, Bengkulu, Palembang, Maluku Utara/Ternate, dan Bangka Belitung. Sementara gerhana matahari parsial akan melintasi kota-kota  Pekanbaru, Medan, Padang, Batam, Jakarta, Kupang, dan Manado.

 
AP PHOTO / Seattlepi.com, Joshua Trujillo
Warga menggunakan kacamata pengaman menyaksikan gerhana matahari parsial di High Point Branch, Seattle Public Library, 23 Oktober 2014.




Salah satu daerah yang antusias menyambut GMT adalah Palu. Seperti diungkapkan Poernomo, hotel-hotel di Kota Palu mulai penuh untuk pemesanan saat GMT. Hal ini dikarenakan GMT di Palu diperkirakan dapat disaksikan lebih lama dan lebih total.

"Seperti Jepang booking 55 kamar, dari Amerika booking 260 kamar. Inggris sekitar 75-100 kamar," ungkap Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Palu, Bambang Nugraha.

Pihak lain yang dilibatkan juga PT Pelni yang diharapkan dapat meningkatkan wisata maritim melalui momen GMT ini. Misalnya, kapal bisa dimanfaatkan untuk mengangkut wisatawan menuju daerah yang dilintasi GMT. Juga bisa menjadi hotel terapung. 

Penulis: Ni Luh Made Pertiwi F
Editor : I Made Asdhiana

Sepeda Pintar Bisa Bergetar Sendiri


 
 
 
TNO via BangkokPost
 
Sepeda Pintar yang dikembangkan Toegepast Natuurwetenschappelijk Onderzoek.
 
 
 KOMPAS.com - Sebuah sepeda pintar baru-baru ini diperkenalkan di Belanda. Embel-embel pintar disematkan bukan karena kemampuannya terhubung ke internet, melainkan karena sepeda tersebut bisa mengingatkan pengguna agar waspada terhadap halangan di depannya.

Sepeda pintar tersebut masih berupa purwarupa yang sedang dalam pengembangan. Bentuknya berupa sepeda yang memiliki sensor pada bagian bawah setang dan kamera di mudguard bagian spatbor belakangnya.

Sensor dan kamera tersebut berfungsi sebagai alat pendeteksi yang terhubung ke sebuah komputer. Komputer ini memiliki dua unit sistem getar, pertama diletakkan pada sadel sepeda sementara yang kedua diletakkan pada setang sepeda.

Ketika sensor mendeteksi ada pengendara lain yang mendekat dari belakang, maka sadel akan bergetar. Begitu pula ketika sensor mendeteksi ada penghalang di bagian depan, maka setang yang akan bergetar.

Selain itu, sepeda pintar ini pun dibekali tempat untuk meletakkan tablet di setangnya. Penggunanya pun bukan sekedar bisa meletakkan dan menggunakan tabletnya saat bersepeda.

Tablet itu bisa dihubungkan secara nirkabel lalu berkomunikasi dengan sepeda pintar. Misalnya, tablet yang terhubung dengan sepeda akan mengeluarkan sinyal berupa cahaya terang ketika ada pengendara lain yang mencoba mendahului dari belakang.

Peringatan-peringatan berupa getaran dan cahaya itu bertujuan mengurangi potensi kecelakaan di kalangan pengendara sepeda.

“Kecelakaan kerap terjadi ketika pengendara sepeda menoleh ke belakang atau terkejut saat ada yang mendahului dengan kecepatan tinggi,” papar Maurice Kwakkernaat, salah satu peneliti yang terlibat dalam proyek tersebut, seperti dilansir KompasTekno dari Bangkokpost, Selasa (16/12/2014).

Sepeda pintar ini dikembangkan untuk pemerintah Belanda oleh organisasi riset Toegepast Natuurwetenschappelijk Onderzoek (TNO). Bila dijual secara komersil, kurang lebih dua tahun mendatang, harganya diperkirakan sekira 1.700-3.200 Euro per unit atau sekira Rp 27 juta -Rp 51 juta (dengan nilai tukar 1 Euro = Rp 16.000).
 
Editor: Wicak Hidayat
 

Warga AS Bentuk "The Indonesianist Community"

Rabu, 17 Desember 2014 | 08:45 WIB 


VOA
Warga AS, Chris Crow, pendiri 'the Indonesianist Community' di Washington, D.C.


WASHINGTON, KOMPAS.COM - Tinggal di Indonesia telah menjadi sebuah pengalaman yang tidak terlupakan bagi kebanyakan warga Amerika Serikat. Salah satunya adalah Chris Crow yang saat ini tinggal di Washington DC dan bekerja di universitas John Hopkins.

Tinggal di Indonesia selama tiga tahun dan pernah mendapat beasiswa dari pemerintah Amerika untuk mengajar bahasa Inggris selama satu tahun di sebuah SMA negeri di desa Paperu, Maluku telah memperkuat ikatan warga AS, Chris Crow, dengan Indonesia.

Inilah yang membuatnya tertarik untuk bergabung dengan 'the Indonesianist Community' dan akhirnya menjadi ketua dari klub perkumpulan warga internasional yang memiliki ketertarikan terhadap Indonesia ini. Hingga kini anggota dari milis the Indonesianist Community sudah mencapai sekitar 160 orang.

“(Organisasi) itu dibangun oleh teman saya, namanya Brian Kraft. Dia sekarang sudah pindah ke Jakarta lagi. Dia kerja di sana sebagai konsultan,” papar Chris kepada VOA Indonesia dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih.

Klub ini berdiri karena banyaknya warga di sekitar Washington DC, baik warga AS mau pun internasional yang tertarik dengan Indonesia, baik dari segi politik, bahasa, atau pun hal lainnya. “Jadi (Brian) membuat klub ini supaya mereka bisa berkumpul, ngobrol, dan saling kenal. Juga untuk menyebar kesadaran tentang Indonesia di Washington DC dan di Amerika,” ujar Chris.

Kegiatan dari the Indonesianist Community ini juga sangat beragam. Namun yang paling populer adalah klub bahasa. “Itu sekitar 15 orang yang tertarik belajar bahasa Indonesia dan mereka berkumpul setiap minggu,” jelas Chris.

Pertemuan untuk klub bahasa ini biasanya dilakukan di restoran di daerah Washington, DC di mana para anggota yang hadir datang untuk melatih kemampuan bahasa Indonesia mereka. “Baik orang yang baru mulai, mau pun yang sudah cukup lancar,” lanjut Chris.

Selain klub bahasa, the Indonesianist Community juga kerap kali mengadakan seminar yang menghadirkan pembicara yang memiliki hubungan dengan Indonesia. Biasanya para tamu yang hadir adalah profesional yang memiliki hubungan kerja dengan Indonesia. “Misalnya dari kementerian luar negeri Amerika atau dari Think Thank, NGO (Non-Governmental Organizations), kan di Indonesia ada banyak,” jelas Chris.

Pengalaman Tinggal di Indonesia

Mengenai pengalamannya tinggal di Indonesia, khususnya di Maluku, Chris mengaku sangat senang. “Pantainya sangat indah dan airnya bersih dan jernih. Bisa lihat jauh (ke) dalam air, bisa snorkeling, berenang dan juga ada goa yang bisa dijelajahi,” papar pria penggemar soto betawi dan minuman bandrek ini. “Banyak kegiatan yang menarik, khususnya kegiatan yang berkaitan dengan alam,” lanjutnya.

Chris juga sangat menikmati interaksinya dengan warga setempat, bahkan selama mengajar di Maluku, ia tinggal bersama keluarga lokal. “Di sana orangnya juga sangat ramah. Saya senang sekali tinggal setahun di sana,” kenang mantan kontestan Asing Star di Indonesia ini.

Selama di Indonesia, Chris sudah pernah berkunjung ke berbagai tempat seperti Yogyakarta, Lombok, Makassar, Surabaya, Bandung, Bogor, dan Jakarta. Sedikit mengherankan ketika mengetahui bahwa Chris belum pernah berkunjung ke Bali, yang sering menjadi tujuan wisata pertama warga internasional. “Tiga tahun di Indonesia belum ke Bali,” kata Chris sambil tertawa. “Saya kurang tertarik sama tempat yang turis banget kayak gitu ya. Rasanya mungkin kayak Australia kadang-kadang,” lanjutnya.

Di antara semua tempat, ibu kota Jakarta menjadi favoritnya. “Di Jakarta saya betah sekali. Itu gara-gara komunitasnya. Orang-orang di Jakarta sangat ramah kayak di seluruh Indonesia, tapi di Jakarta lebih banyak orangnya dan lebih bermacam-macam,” papar pria yang hobi naik ojek untuk menghindari kemacetan Jakarta bersama Gebong, tukang ojek langganannya.

Lagi-lagi Chris mengungkapkan kekagumannya terhadap orang-orang Indonesia. “Orang Indonesia menurut saya paling ramah di dunia. Benar-benar luar biasa,” kata Chris.

Kepada teman-teman di Indonesia, Chris sempat berbagi tips kepada mereka yang ingin belajar Bahasa Inggris. “Kalau kalian ingin belajar bahasa Inggris coba aja datang ke tempat yang banyak bule supaya bisa latihan, karena kalo nggak berani latihan pasti nggak belajar,” papar Chris menutup wawancara dengan VOA.



Editor : Egidius Patnistik
Sumber: VOAINDONESIA
 

Sabtu, 22 November 2014

Pembangunan Waduk Jatigede Hampir Selesai





BANGUNAN terowongan pengelak di kawasan projek Waduk Jatigede di Kec, Jatigede, Kab. Sumedang, sudah selesai dibangun dan terlihat kokoh, beberapa waktu lalu. Terowongan pengelak tersebut, siap menyalurkan air ke saluran irigasi pesawahan di wilayah pantura (pantai utara).*
 
 
SUMEDANG, (PRLM).- Satuan Kerja (Satker) Pembangunan Projek Waduk Jatigede, hingga kini masih menunggu rencana pencairan dana kerahiman dari Presiden Jokowi (Joko Widodo) untuk pemindahan warga OTD (orang terkena dampak) pembangunan Waduk Jatigede.

Ketika dana kerahiman sudah diterima warga OTD hingga mereka semuanya pindah dan keluar dari lokasi genangan, tak lama bangunan Waduk Jatigede bisa digenangi. Sebab, proses pembangunan fisik Waduk Jatigede berjalan lancar bahkan pengerjaannya hampir selesai.

“Jadi, kita tunggu saja pencairan dana kerahiman dari Pak Presiden Jokowi. Rencananya, dana kerahiman termasuk semua anggaran pembiayaan terkait pembangunan Waduk Jatigede beserta programnya akan dicairkan tahun 2015 nanti,” ujar Kepala Satker Pembangunan Projek Waduk Jatigede, Airlangga Mardjono ketika dihubungi melalui telefon, di Sumedang, Jumat (21/11/2014).

Ia mengatakan, terkait pembangunan fisik Waduk Jatigede, hingga kini berjalan lancar tanpa ada masalah. Bahkan sampai sekarang, progres pembangunannya hampir selesai hingga mencapai 99,43 persen.

Kalau pun masih ada yang perlu dibangun, jenis pekerjaannya dinilai bukan pekerjaan pokok. Pekerjaan tersebut, yakni gantry crane dan plugging. Gantry crane, yakni membangun alat penggerak saringan sampah di intake PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air).

Sementara plugging, yaitu pemasangan beton penutup pada terowongan pengelak. Terlebih, pengerjaan plugging baru bisa dikerjakan apabila waduk sudah digenangi.

“Jadi yang belum dikerjakan, cuma pembangunan gantry crane dan plugging saja. Itu pun, bukan pekerjaan inti. Progres pembangunan fisik Waduk Jatigede, secara umum tinggal finishing,” ujar Airlangga.

Sehubungan pembangunan Waduk Jatigede hampir selesai, lanjut dia, dalam waktu yang tak lama, secara fisik, tubuh bendungan sudah siap digenangi. Namun, mengingat semua pembiayaannya dianggarkan pada tahun 2015, sehingga penggenangannya bisa dilaksanakan tahun depan.

“Pembangunan fisik hampir selesai. Untuk penggenangannya, tinggal menunggu pemindahan warga. Kami berharap, setelah dana kerahiman turun dan diterima warga OTD, mereka bisa segera pindah sehingga Waduk Jatigede bisa secepatnya digenangi. Kalau sudah digenang, mudah-mudahan air waduknya bisa langsung dimanfaatkan untuk mengairi pesawahan pada musim kemarau tahun depan,” tuturnya.

Menurut dia, terkait pemindahan para OTD, Menko Perekonomian saat rapat di Jakarta meminta gubernur dan bupati membantu proses pemindahannya supaya berjalan aman dan lancar.
“Pada waktunya nanti, kami berharap pak gubernur dan bupati membantu pemindahan warga sesuai arahan Pak Menko,” kata Airlangga.

Menanggapi pencairan dana kerahiman dari Presiden Jokowi untuk warga OTD, Ketua LSM Perkotdam Jatiber (Perkumpulan Komunikasi Orang Terkena Dampak Jatigede Bersatu), Djaya Albanik, menolak tegas dana kerahiman tersebut.

Pasalnya, dana kerahiman untuk pemindahan warga OTD, dinilai tidak sesuai Permendagri No. 15/1975 tentang program relokasi dan pembayaran ganti rugi lahan warga OTD yang terlewat pembebasan lahan.

Relokasi dan pembayaran ganti rugi pembebasan lahan yang terlewat itu, bagian dari tuntutan warga OTD dalam penyelesaian dampak sosial dan lingkungan pembangunan Waduk Jatigede.
“Karena tak sesuai aturan Permendagri No.15/1975, kami menolak dana kerahiman dari Pak Jokowi untuk pemindahan tersebut. Minggu ini, kami akan mengajukan penolakan ke pemerintah pusat,” ujar Djaya. (Adang Jukardi/A-89)***

Ini UMK Jawa Barat 2015

Sabtu, 22 November 2014 | 07:02 WIB


KOMPAS.com/RAMDHAN TRIYADI BEMPAH
 Aksi unjuk rasa para buruh di Kabupaten Bogor menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 30 persen atau menjadi Rp 3.750.000. K97-14

 BANDUNG, KOMPAS.com — Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengumumkan upah minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang baru untuk 27 kabupaten kota di Jawa Barat. Pengumuman disampaikan di Markas Pusat Kesenjataan Infanteri, Jalan Supratman, Kota Bandung, Jumat (21/11/2014).

Keputusan Gubernur tersebut ditetapkan dalam surat keputusan dengan nomor surat 560/Kep.1581-Bangsos/2014. Nilai UMK yang telah ditetapkan berlaku untuk tahun 2015 mendatang.

Berikut adalah rincian UMK yang telah ditetapkan:

1. Kabupaten Garut, UMK naik 15,21 persen dari Rp 1.085.000 menjadi Rp 1.250.000.
2. Kabupaten Tasikmalaya, UMK naik 12,17 persen dari Rp 1.279.329 menjadi Rp 1.435.000.
3. Kota Tasikmalaya, UMK naik 17,22 persen dari Rp 1.237.000 menjadi Rp 1.450.000.
4. Kabupaten Ciamis, UMK naik 8,74 persen dari Rp 1.040.928 menjadi Rp 1.131.862.
5. Kota Banjar, UMK naik 13,95 persen dari Rp 1.025.000 menjadi Rp 1.168.000.
6 Kabupaten Pangandaran, UMK naik 11,92 persen dari Rp 1.040.928 menjadi Rp 1.165.000.
7 Kabupaten Majalengka, UMK naik 24,50 persen dari Rp 1.000.000 menjadi Rp 1.245.000.
8 Kota Cirebon, UMK naik 15,37 persen dari Rp 1.226.500 menjadi Rp 1.415.000.
9. Kabupaten Cirebon, UMK naik 15,44 persen dari Rp 1.212.750 menjadi Rp 1.400.000.
10. Kabupaten Indramayu, UMK naik 14,78 persen dari Rp 1.276.320 menjadi Rp 1.465.000.
11. Kabupaten Kuningan, UMK naik 20,36 persen dari Rp 1.002.000 menjadi Rp 1.206.000.
12. Kota Bandung, UMK naik 15,50 persen dari Rp 2.000.000 menjadi Rp 2.310.000.
13 Kabupaten Bandung, UMK naik 15,31 persen dari Rp 1.735.000 menjadi Rp 2.001.195.
14. Kabupaten Bandung Barat, UMK naik 15,31 persen dari Rp 1.738.476 menjadi Rp 2.004.637.
15. Kabupaten Sumedang, UMK naik 15,31 persen dari Rp 1.735 473 menjadi Rp 2.001.195.
16. Kota Cimahi, UMK naik 15,31 persen dari Rp 1.569.353 menjadi Rp 2.001.200.
17. Kota Depok, UMK naik 12,85 persen dari Rp 2.397.000 menjadi Rp 2.705.000.
18. Kabupaten Bogor, UMK naik 15,51 persen dari Rp 2.242.240 menjadi Rp 2.590.000.
19. Kota Bogor, UMK naik 13 persen dari Rp 2.352.350 menjadi Rp 2.658.155.
20 Kabupaten Sukabumi, UMK naik 23,89 persen dari Rp 1.565.922 menjadi Rp 1.940.000.
21. Kota Sukabumi, UMK naik 16,44 persen dari Rp 1.350.000 menjadi Rp 1.572.000.
22. Kabupaten Cianjur, UMK naik 6,67 persen dari Rp 1.500.000 menjadi Rp 1.600.000.
23 Kota Bekasi, UMK naik 20,97 persen dari Rp 2.441.954 menjadi Rp 2.954.031.
24. Kabupaten Bekasi, UMK naik 16,04 persen dari Rp 2.447.445 menjadi Rp 2.840.000.
25. Kabupaten Karawang, UMK naik 20,84 persen dari Rp 2.447.450 menjadi Rp 2.957.450.
26. Kabupaten Purwakarta, UMK naik 23,81 persen dari Rp 2.100.000 menjadi Rp 2.600.000.
27. Kabupaten Subang, UMK naik 20,41 persen dari Rp 1.577.959 menjadi Rp 1.900.000.

Rata-rata, UMK di Jawa Barat naik dari 16,18 persen, dari Rp 1.621.961 menjadi Rp 1.887.619, atau naik Rp 265.657.


Penulis: Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana
Editor : Hindra Liauw

Kamis, 20 November 2014

Sabtu, 15 November 2014

Bahasa dan Kesantunan Sebagai Ketahanan Budaya

GUNUNGSTOLI, (PRLM).-  Bahasa daerah (Nias) dan kelestariaannya perlu dijaga sebagai warisan budaya. Hal ini mengemuka dan menjadi keprihatinan para peserta Diskusi Budaya “Menjaring Peran Masyarakat Nias Dalam Pelestarian Budaya Nias” yang berlangsung di Museum Pusaka Nias, Gunungsitoli, Nias Sumatera Utara.

“Di antara sekian banyak budaya Nias, Li Niha, yaitu bahasa Nias merupakan salah satu faktor penting di kawasan budaya Nias yang begitu luas,” kata Pastor Johannes M. Hammerle, OFMCap, perintis dan pendiri Museum Pusaka Nias, kepada para peserta diskusi.

Hadir dalam diskusi ini para pemerhati sosial, seniman, budayawan, pemuka agama, wartawan, serta para pejabat dan birokrat setempat. Di antaranya; Wali Kota Gunungsitoli, Drs.Martinus Lase, M.Sp, yang juga sebagai Ketua Panitia Pelaksana Sidang Raya Persatuan Gereja Indonesia (SR-PGI) XVI – 2014, bersama Bupati Nias Drs.Sokhiatulo Laoli, MM, Bupati Nias Utara Edward Zega, dan Bupati Nias Barat, Adrianus Aroziduhu Gulo.

Bahasa daerah di era globalisasi sekarang ini, lanjut Johannes, sangat memprihatinkan. Walaupun pemerintah memberi peluang kepada bahasa daerah untuk bertahan sebagai bahasa pertama dan bahasa pergaulan intrasuku. “Bahasa daerah adalah identitas budaya masyarakat tertentu. Selain alat komunikasi. Bila ini tak digunakan maka ciri identitas lambat laun akan punah,” tuturnya.

Menurut Johannes, ada indikasi bahwa bahasa Nias sudah diwariskan sejak suku-suku purbakala. “Makin hari makin kuat pengaruh bahasa global mengancam eksistensi bahasa Nias. Yang paling penting untuk mempertahankan bahasa daerah Nias supaya para orangtua mengajarkan bahasa Nias kepada anak-anaknya dan penerbitan buku dalam bahasa Nias,” harap Pastor yang mengaku sejak tahun 1972, sudah memulai mengoleksi berbagai benda budaya, seni dan sejarah masyarakat Nias ini.

Selain bahasanya yang khas dan unik, Nias juga memiliki kekayaan dan keragaman budaya lainnya. Desa-desa tradisional di Pulau Nias, misalnya masih menyimpan sejumlah peninggalan budaya dan  para penutur sejarah. “Keragaman budaya Nias adalah kekayaan yang harus dioptimalkan agar terasa manfaatnya. Hal ini perlu diwujudkan menjadi kekuatan riil sehingga mampu menjawab berbagai tantangan kekinian yang ditunjukkan dengan melemahnya ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya kebanggaan kita sebagai bangsa,” ujar Johannes.

Wali Kota Gunungsitoli, Drs. Martinus Lase, M.Sp, dalam sambutannya menyampaikan keprihatinannya, terhadap hilangnya budaya santun di sebagian anak-anak muda dewasa ini. “Karena perkembangan budaya global, masyarakat makin kehilangan budayanya yang santun, menghargai orangtua, guru, dan lain sebagainya. Bahkan timbul berbagai masalah sosial diantaranya; kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan lingkungan hidup, kriminalitas, dan kenakalan remaja,” ungkapnya.

Terkait dengan ketahanan budaya Nias, Martinus berharap, agar masing-masing keluarga Nias, dapat menanamkan nilai-nilai luhur budayanya.  “Penanaman nilai-nilai budaya ini diantaranya bisa kita lakukan melalui kegiatan atau acara kesenian berbasis tradisi. Karena budaya itu menunjukkan karaktrer. Mengandung nilai-nilai dan daya kearifan. Sangat khas sesuai dengan keyakinan dan tuntutan hidup dalam upaya mencapai kesejehtaraan bersama,” ujar Martinus.(Munady/A-147)***

Pertandingan Final ISL 2014





Rabu, 08 Oktober 2014

Selenelion, Keajaiban dalam Klimaks Gerhana Bulan Langka

Rabu, 8 Oktober 2014 | 07:30 WIB
http://olgavovk.com/

Diagram mengungkap kemungkinan manusia menyaksikan Matahari dan Bulan yang letaknya berseberangan dalam fenomena selenelion.


KOMPAS.com - Bukan hanya gerhana Bulan total biasa yang bakal terjadi Rabu (8/10/2014) senja ini. Ada fenomena lebih langka yang berpotensi untuk diamati, yaitu selenelion.

Selenelion adalah fenomena di mana Bulan dan Matahari berada dalam posisi saling berseberangan atau berjarak 180 derajat dari sudut pandang manusia di Bumi.

Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo mengatakan, selenelion adalah fenomena yang secara geometris sebenarnya tidak mungkin.

Pasalnya, bila Matahari dan Bulan saling berseberangan, keduanya takkan terlihat dari sudut pandang pengamat di Bumi.

Ma'rufin mengungkapkan, selenelion bisa terlihat akibat kemampuan atmosfer tebal Bumi dalam membiaskan cahaya, membuat benda-benda langit terangkat dari posisi aktualnya.

Pembiasan membuat Bulan yang sejatinya sudah tenggelam 4 menit sebelumnya masih tampak ada di ufuk barat dalam pengamatan manusia.

"Demikian juga saat kita lihat Matahari tepat hendak terbit, sejatinya ia baru akan terbit 4 menit kemudian," katanya.

Selenelion bisa terjadi saat senja ataupun fajar. Saat selenelion senja, yang teramati adalah Bulan terbit di timur dan Matahari tenggelam di barat.

Sementara, saat fajar, selenelion yang terlihat adalah Bulan belum tenggelam di ufuk barat saat Matahari sudah terbit di ufuk timur.

Asal-usul Istilah Selenelion

Tak seperti "supermoon" yang populer, istilah selenelion tak banyak dikenal oleh kalangan publik dan astronom amatir.

Catatan William Poole berjudul "Antonie-Francois Payen, the 1666 Selenelion, and a Rediscovered Letter to Robert Hooke" mengungkap asal-usul istilah tersebut.

Dalam catatan yang dipublikasikan di The Royal Society Journal of the History of Science tahun 2007 itu, Poole mengungkap, selenelion dipopulerkan oleh Antonie-Francois Payen.

Selenelion adalah penggabungan dari dua nama Dewa dalam mitologi Yunani, yaitu dewa Bulan yang bernama Selene dan dewa Matahari yang bernama Helios.

Para astronom pada masa lalu menyebut selenelion dengan gerhana horizontal atau gerhana parallax.

Dahulu, para astronom masih berdebat kemungkinan manusia bisa melihat gerhana horizontal. Dan jika bisa, faktor apa yang membuat manusia bisa melihatnya.

Payen yang seorang pengacara sipil tertarik dengan fenomena selenelion itu. Ia banyak berkorespondensi dengan ilmuwan, termasuk astronom Perancis, Peter Gassendi.

Gassendi adalah astronom yang juga penasaran dengan gerhana horizontal. Ia memburu fenomena ini dari 1643 hingga 1648 dan hanya sekali melihat.

Tahun 1666, Payen bersama rekannya, Henri Justel dan Ismael Boulliau, pergi ke puncak Montmatre di Paris untuk mengamati fenomena itu. Selenelion diprediksi terjadi pada 16 Juni 1666.

Ekspedisi Payen dan rekannya gagal. Paris berawan. Namun, Payen mendapat laporan pengamatan dari utusan Pangeran Leopold di Florence yang mengamati dari Pulau Gorgona.

Laporan pengamatan itu ditulis oleh seorang akademisi bernama Alessandro Segni. Payen lalu menulis ulasan tentang pengamatan itu dengan judul "Selenelion ou Apparition Luni-Solaire."

Dalam ulasan itulah, istilah "selenelion" pertama kali digunakan. Istilah itu adalah buatan Payen.

Selain menulis ulasan, Payen juga berkorespondensi dengan Robert Hooke, ilmuwan penemu hukum elastisitas dan pioneer penggunaan mikroskop, yang saat itu menjadi kurator eksperimen di Royal Society.

Dalam suratnya, Payen mendorong pembuktian selenelion dan menawarkan dirinya untuk membantu eksperimen bila diperlukan.

Hooke kemudian menjadi salah satu ilmuwan yang menerangkan bahwa selenelion memang bisa diamati manusia karena adanya pembiasan cahaya Matahari.

Penampakan Selenelion

Astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa hari ini, "wilayah Jawa dan Sumatera berpeluang menyaksikan selenelion."

Dari Jakarta, selenelion yang teramati adalah Bulan yang terbit dalam kondisi gerhana dan berwarna merah dan Matahari yang juga semburat merah dan akan tenggelam di barat.

Fenomena ini akan teramati sekitar pukul 17.44-17.45 WIB nanti. Bulan sendiri nanti akan terbit pukul 17.43 WIB sementara Matahari akan tenggelam pukul 17.46 WIB.

Dalam percakapan dengan Kompas.com, Selasa (7/10/2014), Ma'rufin menyebut bahwa fenomena selenelion ini "sangat langka."

Sementara, Thomas mengungkapkan, "ini mungkin pertama kalinya selenelion teramati dari Indonesia."

Belahan Bumi lain yang berpeluang mengamati selenelion diantaranya adalah wilayah Amerika Serikat.

Warga Amerika Serikat bakal menyaksikan selenelion pada pagi hari. Bulan akan tenggelam di sisi barat sementara Matahari terbit di sisi timur.

Dengan langkanya keajaiban alam ini, selenelion yang terjadi bersamaan dengan gerhana senja ini terlalu sayang untuk dilewatkan.


Penulis: Yunanto Wiji Utomo
Editor : Yunanto Wiji Utomo

Perlunya Remaja Memahami Filosofi Wayang

Pentas Wayang Wong Mahabandhana
 



PRLM - Stigma yang mengatakan bahwa Wayang hanya tontonan bagi kaum tua tak selamanya benar. Pergelaran Wayang Wong (Orang) bertajuk “Mahabandhana” yang dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Kamis (2/10/2014) lalu, setidaknya membuktikan betapa antusiasnya para remaja menyaksikan pertunjukan Wayang yang dikemas Tri Ardhika Production.

Auditorium Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) berkapasitas 472 tempat duduk; 395 di bagian bawah dan 77 buah di bagian atas penuh sesak dengan ratusan pelajar dan mahasiswa. Diantaranya dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 57, 13, 25 Jakarta, Global Internasional, mahasiwa IKJ (Institut Kesenian Jakarta), UNJ (Universitas Negeri Jakarta, dan dari Universitas Indraprasta Jakarta.

Para pelajar dan mahasiswa tersebut tak hanya penuh empati menyaksikan pergelaran berdurasi lebih dari dua jam tersebut. Melainkan mereka sangat antusias mempercakapkannya pada sesi diskusi yang memang diplotting waktunya oleh penyelenggara. Pergelaran sekaligus menjadi panggung apresiasi seni dan budaya bagi ratusan pelajar dan mahasiswa.

Pertunjukan seperti ini seyogianya kerap digelar untuk memberi keseimbangan bagi masyarakat, khususnya remaja. Dari segi gagasan pergelaran Wayang Wong ini patut diberi apresiasi.
Immaterial oriented. Memberi penalaran tak terbatas. Di tengah zaman yang tengah terperosok pada amoralisasi estetik.

Dengan fenomena budaya massa dan seni hiburan sensasional -- vulgarisme dan eksploitatif terhadap kemanusiaan -- yang selama ini secara sistematis didistribusikan oleh para pengelola jasa hiburan kita bernama ‘kotak kaca segi empat.’

Malam kedua, Jumat (3/10/2014), pergelaran Wayang Wong “Mahabandhana” tetap dipadati penonton. Pertunjukan ini juga mendapat perhatian dari para Duta Besar dan Atase Kebudayaan negara sahabat. Diantaranya ikut menyaksikan; Duta Besar Tunisia H. E. Mr. Mourad Belhassen dan dan Mrs.Belhassen, Duta Besar Kerajaan Thailand Mr. Vutty Vutisant , dan Mrs.Vutisant, serta Duta Besar Polandia Lbegniew Wilinski.

Sejumlah pejabat kementerian dan para pemerhati seni dan budaya dari berbagai organisasi pewayangan juga ikut menyaksikan.

Dari kementerian antara lain; Menteri Pekerjaan Umum Indonesia DR. (HC) Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE, perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

Dari organisasi pewayangan, antara lain; Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI), Asosiasi Sekretariat Wayang ASEAN, dan dari Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI).

Pergelaran Mahabandhana, merupakan kolaborasi para seniman dari grup Wayang Wong Sriwedari dari Surakarta. Sebuah grup kesenian tradisionil legendaris yang sudah ada sejak tahun 1910.

Mahabandhana melibatkan tak kurang dari 150 seniman tradisi dari Surakarta, Yogyakarta, Semarang dan Jakarta. Didukung para bintang panggung dari Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Yogyakarta, di antaranya; Agus Prasetyo (berperan sebagai Raden Pandu) yang juga bertindak sebagai sutradara, Wahyu Santoso Prabowo, S.Kar., M.S (Prabu Kresnadipayana), Ali Marsudi, S. Sn (PrabuKunthiboja), dan Eny Sulistyowati SPd, SE (Produser), yang berperan sebagai Dewi Kunthi.

Perlunya remaja memahami filosofi wayang seni itu sebagai pengetahuan sensoris; cermin kehidupan. Seni Wayang merupakan media perenungan, penuh filosofis, spiritual, dan pemikiran kontekstual. Pertunjukan wayang merupakan hiburan berwujud tontonan yang mengandung tuntunan untuk memahami tatanan. Seni Wayang banyak mengandung nilai-nilai luhur. Oleh karena itu, perlunya remaja memahami filosofi Wayang.

Dan inilah barangkali -- antara lain -- berbagai ekspresi yang dimunculkan lewat perhelatan kebudayaan dengan media seni Wayang. Ekspresi dibuka dengan gemuruh tetabuhan musik yang ditata master musik dunia, Dedek Wahyudi. Komposer yang sudah melalang-buana ke berbagai negara dengan karyanya berbasis seni tradisi. (Munady/A-88)***


Wisata Alam Citumang Tawarkan Sensasi Berbeda







PARIGI,(PRLM).- Kini, Objek Wisata Alam Citumang, di Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, telah menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi turis. Khususnya bagi mereka yang ingin mencari sensasi tempat wisata berbeda di Pangandaran.

Selama ini, pengujung yang datang ke Pangandaran mayoritas hanya menghabiskan waktu di Pantai Pangandaran, Pantai Batukaras, atau Green Canyon. Tetapi, dengan kehadiran Citumang itu menjadi daya tarik tersendiri.

Dikatakan Maman Sukirman, selaku Petugas Pengelola Objek Wisata Alam Citumang saat ini pengunjung yang datang ke tempat itu rata-rata dapat mencapai 100 orang pada hari biasa. Tetapi, memasuki hari libur atau libur panjang dapat mencapai lebih dari 300 orang.

"Citumang telah menjadi tujuan wajibnya wisatawan ke Pangandaran. Kebanyakan mereka datang ke sini, karena sudah jenuh atau ingin mencari suasana baru dari Pantai Pangandaran," ujarnya, Selasa (7/10/2014).

Maman menjelaskan, Citumang memang memiliki keunikan tersendiri. Sebab, aliran sungainya berwarna hijau kebiruan. Kemudian ada gua berukuran besar serta air terjun. Lalu ada gua di balik air terjunnya.

Pengunjung pun dapat melakukan aktifitas body rafting di sana. Dengan waktu hampir mencapai dua hingga tiga jam.

Selain body rafting, kini pengelola pun terus berbenah tempat tersebut. Yakni dengan membuat kolam buatan berukuran kecil.

"Body rafting hanya dapat dilakukan oleh remaja dan dewasa. Namun, banyak juga anak-anak kecil yang ingin merasakan sensasi di sini. Untuk itu kami membuatkan kolam kecil," jelasnya.

Lokasi kolam kecil untuk anak-anak kini sedang dibuat dekat dengan kali Citumang. Dan, airnya pun tetap dari aliran Citumang.(M. Ilham Pratama/A-147)***

Peneliti Australia Temukan Obat Tumor dari Buah Arbei Langka







BRISBANE, (PRLM).- Para peneliti Australia terkejut dengan perkembangan yang ditunjukkan obat tumor yang berasal dari buah arbei, yang hanya ditemukan di ujung utara negara bagian Queensland.

Studi 8 tahun yang dipimpin Dr. Glen Boyle, dari Institut Penelitian Medis QIMR Berghofer di Brisbane, menemukan sebuah senyawa dalam buah arbei yang bisa mematikan tumor kepala dan leher serta benih tumor.

Obat percobaan yang dibuat dari buah arbei tersebut, yakni EBC-46, sejauh ini telah diujicobakan pada 300 binatang termasuk kucing, anjing dan kuda.

Dr. Glen mengatakan, 75% dari kasus yang ia kerjakan menunjukkan bahwa tumor itu hilang dan tak pernah muncul lagi.

“Ada senyawa dalam biji arbei – untuk memurnikan senyawa ini adalah proses yang sangat rumit dan mengapa ia ada di sana, kami tak tahu,” jelasnya.

Ia menguraikan, “Senyawa itu bekerja dengan 3 cara: membunuh sel tumor secara langsung, memotong pasokan darah dan mengaktivasi sistem pertahanan tubuh untuk membersihkan kerusakan yang ditimbulkan tumor.”

Tak ada efek samping, namun apa yang mengejutkan para peneliti adalah betapa cepat senyawa itu bekerja: obat mulai memberikan efek dalam 5 menit dan tumor hilang dalam beberapa hari.

“Hal yang mengejutkan bagi kami dan hal yang tak sering kami lihat adalah kecepatan dari reaksi obat ini. Biasanya, ketika anda menangani tumor, dibutuhkan beberapa minggu agar hasilnya terlihat, namun ini sangat cepat,” tutur Dr. Glen.

Ia menambahkan, “Ada warna keunguan di area itu, di lokasi tumor sendiri, dan anda melihatnya dalam 5 menit dan ketika anda kembali keesokannya tumornya menjadi hitam dan ketika kembali beberapa hari kemudian, tumornya telah hilang.”

Buah arbei itu terdapat pada pohon ‘blushwood’, yang hanya tumbuh di ujung utara Queensland.
“Untuk tempat bertumbuh, pohonnya sangat pemilih. Saat ini, hanya ada di dataran Atherton dan mereka mencoba untuk mengembangkan pohon itu ke tempat lain karena pasti lebih bagus kalau bisa menumbuhkannya di perkebunan lain,” jelas Dr. Glen.

Ia mengatakan, hasil dari percobaan klinis menunjukkan bahwa obat ini bisa efektif digunakan pada pasien manusia.

Namun Dr. Glen memperingatkan, obat ini hanya bisa digunakan pada tumor yang dapat diakses dengan suntikan langsung dan tidak efektif pada kanker yang sudah menyebar.

Ia mengatakan, obat ini akan menjadi opsi perawatan tambahan ketimbang pengganti dari kemoterapi atau operasi.

“Pada pasien yang sudah tua misalnya, yang tak bisa lagi menjalani kemo atau tak bisa lagi mendapat anastesi, obat ini bisa digunakan untuk merawat tumor jenis itu dan mudah-mudahan memperbaiki kualitas hidup masyarakat,” tuturnya.

Perusahaan bioteknologi, QBiotics, telah mendapat persetujuan etik untuk memulai percobaan obat ini pada manusia. (abc/A-89)***

Kamis, 02 Oktober 2014

Perajin Batik Kasumedangan Minta Diperhatikan Pemerintah

Kurang Berkembang




INA Mariana (kiri) sedang memperlihatkan batik Kasumedangan motif terbarunya “Lumbung Lingga” di rumah produksinya “Sanggar Batik Wijaya Kusumah” di Jalan Pangeran Kornel, Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kec. Sumedang Selatan, Rabu (1/10/2014). Perajin batik kasumedangan meminta perhatian Pemkab untuk membantu mereka.*
 
 
SUMEDANG, (PRLM).- Sejumlah perajin batik kasumedangan membutuhkan perhatian dan bantuan Pemkab Sumedang. Kebutuhan mereka, diantaranya permodalan, penyediaan bahan baku serta membuka jaringan pemasaran yang luas. Terlebih, ketiga kebutuhan tersebut menjadi kendala kurang berkembangnya kerajinan batik kasumedangan selama ini.

“Jika ketiga kebutuhan itu dibantu oleh Pemkab Sumedang, insya Allah, usaha perajin batik kasumedangan akan berkembang maju. Terus terang, selama ini, para perajin kurang perhatian dan bantuan dari pemerintah,” kata salah seorang perajin batik kasumedangan, Ina Mariana (57) pemilik “Sanggar Batik Wijaya Kusumah” di rumah produksinya di Jalan Pangeran Kornel, Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kec. Sumedang Selatan, Rabu (1/10/2014).

Menurut dia, bantuan modal untuk para perajin tersebut, sehubungan produksi batik di Sumedang membutuhkan biaya tinggi dibanding daerah lainnya, seperti halnya Cirebon. Biaya tinggi tersebut, di antaranya akibat relatif mahalnya upah kerja serta tingginya ongkos pembelian bahan baku kain batik berikut peralatannya.

“Upah kerja membuat batik tulis di Sumedang per hari rata-rata Rp40.000, sedangkan di Cirebon bisa Rp12.000. Begitu juga upah memproduksi batik cap. Di Sumedang per lembar Rp 4.000, sedangkan di Cirebon hanya Rp1.000. Jadi, perbandingan upah kerja antara Sumedang dengan Cirebon sangat jauh,” ujar Ina.

Selain tingginya upah kerja, lanjut dia, juga mahalnya ongkos pembelian bahan baku. Karena di Sumedang tidak ada grosir besar yang menjual bahan baku kain batik, terpaksa para perajin membelinya ke Cirebon atau Pekalongan, Jawa Tengah. Kondisi itu, otomatis menaikan harga jual produk.

Harga batik kasumedangan satu warna minimal Rp60.000 per potong. Sementara batik Cirebon jauh lebih murah seharga Rp40.000 per potong. Bahkan masih bisa dijual Rp100.000 per tiga potong.

“Akibatnya, penjualan batik kasumedangan hanya orang-orang tertentu. Untuk membuka pasar seluas-luasnya, seharusnya harga batik kasumedangan bisa bersaing dengan daerah lainnya dan terjangkau oleh masyarakat umum. Akan tetapi, kami tidak mampu menekan harga produk semurah itu, karena mahalnya biaya produksi,” tuturnya. (Adang Jukardi-"PR"/A-88)***

Tsukimi (Melihat Bulan) Tradisi Orang Jepang di Musim Gugur



Tsukimi (Melihat Bulan), tradisi orang Jepang di musim gugur.
 
TOKYO, (PRLM).- Musim gugur sudah tiba di Jepang dan negara empat musim lainnya.
Rakyat negeri Matahari Terbit ini memiliki kebiasaan-kebiasaan unik untuk mengisi kegiatan di musim gugur.

Sejumlah daerah seperti Kyoto masih menerapkan tradisi kuno yang dilakukan masyarakatnya di setiap pergantian musim, antara lain:

Shokuyoku no aki (musim makan) orang-orang Jepang menikmati hidangan tempura ketika musim semi berakhir

Tsukimi (melihat bulan) orang-orang berdiri di atas bukit untuk melihat bulan panen yang dianggap lebih besar dan lebih bercahaya dibanding pada waktu lainnya.

Dokusho ada aki (musim gugur atau musim membaca) karena musim gugur dianggap lebih pendek untuk membuat orang berpikir dibanding pada musim panas

Supotsu no aki (musim gugur atau musim berolahraga) para siswa biasanya menikmati "segarnya udara musim gugur ", meskipun kenyataannya musim awal musim gugur ini diawali dengan angin topan.(bbc/A-147)***

Atraksi Rampak Bedug Banten Pukau Warga Canberra



ATRAKSI Rampak Bedug yang ditampilkan oleh Pemprov Banten di National Exhibition Center Canberra (NCCC), Australia.*
CANBERRA, (PRLM).- Pertunjukan Rampak Bedug yang ditampilkan oleh Pemprov Banten, banyak menarik decak kagum dari pengunjung pada Indonesia Fair 2014, yang diadakan di National Exhibition Center Canberra (NCCC), Australia, Sabtu - Minggu (27 - 28/9/2014).
Pertunjukan yang ditampilkan sangat spektakuler dan sangat siap untuk suatu pertunjukan di negara asing yang dapat mengharumkan nama negara.

Gerakan rampak bedug yang dibawakan oleh para penari wanita dan pria sangat dinamis, harmonis dan energik serta merupakan perpaduan antara musik tradisional, modern dan unsur religi yang sangat kental.

Banyak pengunjung yang berasal dari warga negara Australia bahkan di antaranya yang disabled, rela untuk menunggu di depan panggung 30 menit sebelum dimulainya pertunjukan.

Melihat respon yang menggembirakan dari para pengunjung, para peserta yang ikut dalam rangkaian Indonesia Fair 2014 sangat menyambut positif terselenggaranya kegiatan ini dalam upaya promosi berbagai produk daerah seperti kerajinan, industri kreatif dan potensi sumber daya alam.

Kegiatan ini juga membuka peluang kerjasama dengan dunia usaha, perguruan tinggi dan Pemerintah Australia. Pendapat ini diutarakan oleh M. Faizal SE, Kepala Biro Ekonomi dan Sumber Daya Alam, Pemprov Sulawesi Tenggara.

Pemprov Sulawesi Tenggara sangat mengharapkan akan keberlanjutan kegiatan ini di masa mendatang dan akan menjadi kalender kegiatan tahunan Pemprov Sulawesi Tenggara di luar negeri.

Delegasi Pemkab Jayawijaya yang diketuai oleh John Wempy Wetipo mengatakan bahwa Pemkab Jayawijaya sangat mendukung inisiatif KBRI Canberra dalam mengadakan Indonesia Fair 2014 karena sesuai dengan program kerja Pemkab Jayawijaya untuk meningkatkan ekspor produk pertanian ke luar negeri khususnya kopi. Pemkab Jayawijaya saat ini sedang melakukan penjajakan untuk bekerjasama dengan mitra di Australia untuk ekspor kopi dari Jayawijaya.

Tanggapan positif juga disampaikan oleh masyarakat Indonesia yang bermukim di Canberra seperti yang disampaikan oleh Yetty Dally, salah seorang sesepuh masyarakat Indonesia di Canberra dan mengharapkan kegiatan ini dapat dilaksanakan secara rutin setiap tahun. Hal ini akan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia di Canberra dan dengan kemandirian ini juga, jati diri Indonesia akan semakin terlihat serta tidak bercampur dengan negara lainnya.

Masyarakat Indonesia di Canberra menyatakan siap untuk menjadi mitra kerja lokal di Australia untuk mewujudkan rencana Indonesia Fair menjadi kegiatan tahunan. (A-88/kbri canberra)***

Sabtu, 27 September 2014

Pengamat: Demokrat dan SBY Tengah Menggali Kuburannya Sendiri

Sabtu, 27 September 2014 | 13:51 WIB

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
 
 Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bakti


JAKARTA, KOMPAS.com – Peneliti senior LIPI, Ikrar Nusa Bakti mengatakan, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan partainya tengah dihadapkan pada sebuah pertaruhan citra politik yang sangat besar. Hal itu menyusul sikap Fraksi Demokrat saat pengambilan keputusan UU Pemilihan Kepala Daerah, Jumat (26/9/2014) dini hari.

“Ini menjadi sebuah upaya bagi Partai Demokrat untuk menggali kuburannya sendiri karena mereka tidak mampu merebut hati rakyat kembali untuk kemudian memperbaiki citra partainya,” kata Ikrar dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (27/9/2014).

Dalam pengambilan keputusan itu, Juru Bicara Fraksi Demokrat Benny K Harman menyatakan, Fraksi Demokrat bersikap netral setelah sepuluh syarat perbaikan pilkada langsung yang diajukan mereka tak diakomodir menjadi opsi tersendiri dalam pengambilan keputusan. Padahal, sebelumnya, Fraksi PKB, PDI Perjuangan dan Hanura telah menyatakan mendukung usulan Fraksi Demokrat sebagai opsi ketiga.

Sikap yang ditunjukkan Fraksi Demokrat tersebut rupanya menjadi buah bibir masyarakat terutama di media sosial. Bahkan, sejumlah media internasional juga tak luput menyoroti sikap tersebut dan menilai bahwa pengembalian sistem pemilihan langsung kepada sistem pemilihan tidak langsung sebagai kemunduran demokrasi.

“SBY yang kita tahu citra beliau sangat hancur dan itu bukan cuma melalui pemberitaan media social semata tapi juga media internasional membicarakan itu,” ujar Ikrar.

Untuk diketahui, di media social kecaman terhadap SBY mengalir melalui akun Twitternya, @SBYudhoyono. Kekecewaan itu digambarkan dengan hashtag #ShameOnYouSBY. Ikrar menambahkan, apa yang dilakukan Fraksi Demokrat tersebut tak sesuai dengan khitoh perjuangan partai itu ketika pertama kali terbentuk.

“(SBY) tidak mampu merebut hati rakyat dan mengembalikan khitoh Partai Demokrat sebagai partai pembaharu, partai pembela rakyat dan partai tidak korup,” tandasnya.

Penulis: Dani Prabowo
Editor : Fidel Ali Permana

Partai Demokrat Mainkan Politik Cuci Tangan

JAKARTA, (PRLM).- Partai Demokrat diduga telah memainkan politik cuci tangan terkait aksi walk-out dalam sidang paripurna pengesahan RUU Pilkada yang berlangsung hingga Jumat (26/9/2014) dini hari. Soalnya, Partai Demokrat dengan sengaja menaikan isu dan membuat poin-poin yang sebenarnya tak ada yang baru, lalu dengan alasan bahwa pilihan-pilihan mereka tidak diakomodasi, sehingga PD pun memilih jalan abstain.

"Jalan abstain PD dengan sendirinya menjadikan pilihan pilkada kembali ke DPRD mulus. Mengeluarkan isu 10 poin sekitar 10 hari sebelum rapat paripurna jelas merupakan jalan berkelit untuk tidak menyetujui pilkada langsung. Cara-cara PD spt ini sudah terbaca sejak awal," ujar Pengamat Politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti.

Sebab, kata Ray, mana mungkin subtansi dari 10 poin itu tidak disebut di dalam draf yang disodorkan pemerintah karena pada saat ini presiden dan ketua umum partai Demokrat adalah orang yang sama. Mungkin, menurut Ray, hal itu bisa dipahami jika presiden dan ketua PD dua individu yang berbeda.

"Mana mungkin ada dua pikiran yang saling melampaui dari kepala yang sama. Walk-out PD itu dengan sendirinya menolak pilihan-pilihan politik pemerintah yang sudah dengan tegas menyatakan setuju dengan pilkada langsung tanpa embel-embel 10 poin," ujarnya.

Lagi-lagi, kata Ray, Yudhoyono sebagai kapala dari dua institusi ini, saling menapikan dirinya sendiri. Soalnya, melalui Mendagri ia stuju pilkada tanpa embel-embel 10 poin itu tapi melalui fraksi Demokrat ia tak stuju pilkada langsung tanpa 10 poin.

"Jelas, cara berpolitik ala SBY ini jauh dari kesantunan dan jauh pula upaya memberi contoh yang baik dalam demokrasi. Politik lain di bibir lain di tindakan hanya membuat subtansi berpolitik jadi terpinggirkan," ujarnya.

Ray menilai, Yudhoyono seperti tidak habis-habisnya memainkan politik mengambang yang jelas tak berdampak positif bagi bangsa ini. Karena pada saat yang sama, beliau memupuk citra sebagai penegak demkorasi di mata dunia.

"Berbagai penghargaan atas perkembangan demokrasi di Indonesia diraihnya. Tapi pada sisi lain banyak tindakannya menunjukkan bahwa dia sedang mengembalikan kita pada era orde baru dan menancapkan politik sentralisme yang kuat," ujarnya.

Tentu, menurut dia, bagi para pengusung pilkada langsung, tak ada yang disesali kecuali tindakan "politik cuci tangan" Yudhoyono. Sayang, diujung masa bakti anggota FD, dan presiden Yudhoyono, mereka memberi kado buruk bagi hampir 80% rakyat Indonesia yang mendukung pilkada langsung.

"Dan mereka, tentu saja, tak dapat dibohongi dengan politik cuci tangan," ujarnya.
Hal senada dikatakan Peneliti Senior Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Lucius Karus. Menurut dia, Partai Demokrat melalui anggota fraksinya di DPR sukses membuktikan kharakter politik Yudhoyono yang selalu sulit ditebak.

"Kesulitan menebak itu tentu bukan karena argumentasi yang jelas, tetapi justru karena ambiguitas sikap yang muncul. Ambiguitas itu bisa dijelaskan dengan sederhana. Bahwa perdebatan atau argumentasi RUU Pilkada di penghujung proses pembahasannya mengerucut pada dua opsi yakni Pilkada Langsung versus DPRD. SBY sudah menegaskan sikap demokrat dengan tegas melalui pidatonya yang diunggah melalui Youtube. Bahwa Partai Demokrat mendukung Pilkada langsung demi membela hak politik rakyat," ujar Lucius.

Dia menuturkan, dengan walkout, PD menegaskan ketidakkonsistenannya pada gagasan substantif. PD hanya gemar pada gagasan pinggiran dengan sesekali bertopeng argumentatif.
"Baginya yang penting bisa mencuri perhatian publik, bahwa PD itu exist, PD itu penting bagi dirinya sendiri, PD itu punya kekuasaan untuk menentukan keputusan penting. Jadi semua tentang PD sendiri. PD ingin agar citra partai besarnya tetap diakui sekalipun rakyat atau publik sudah berpaling secara signifikan," katanya.

Sikap PD, menurut dia, tak berkorelasi dengan rakyat yang disebutnya sebagai sumber perjuangannya. Sikap PD untuk kepuasan PD sendiri, khususnya untuk memenuhi hasrat SBY yang selalu ingin tampil sebagai “yang hebat, yang berkuasa”.

Dengan demikian sesungguhnya Partai Demokrat yang bersikap netral sesungguhnya hanya intrik pencitraan. Sikap demokrat sejatinya adalah pro pilkada melalui DPRD. Sehingga tak mengherankan jika pemerintah pada proses awal penyusunan RUU Pilkada bersikap memilih mekanisme pilkada tidak langsung.

"SBY yang memang gemar mematut diri agar seolah-olah bijak dan pro rakyat beberapa kali bermanuver dengan menolak gagasan pilkada tidak langsung sebagai sikap pemerintah," tuturnya. (Miradin Syahbana Rizky/A-89)***

Selasa, 23 September 2014

Belajar Matematika, Belajar Soal Bangsa

Senin, 22 September 2014 | 21:49 WIB


KOMPAS.com ilustrasi


Oleh: Didit Putra Erlangga Rahardjo

Sebuah foto yang menampilkan halaman pekerjaan rumah seorang siswa sekolah dasar diunggah di akun Facebook milik Muhammad Erfas Maulana pada 18 September. Buku tersebut milik adiknya bernama Habibi yang tengah mengerjakan pekerjaan rumah terkait dengan perkalian, tetapi penuh dengan coretan tinta merah dan nilai 20. Artinya, jawabannya hanya benar dua dari 10 soal.

Dalam lembar tersebut terdapat pesan Erfas kepada guru adiknya, mempertanyakan alasan sampai harus menjatuhkan nilai 20. Penyebabnya, dia membantu mengajari adiknya menyelesaikan perkalian sederhana 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 dan dijawab 4 x 6 dan hasilnya 24.
Ternyata, oleh gurunya, perkalian tersebut dianggap salah dan seharusnya dijawab dengan 6 x 4.
Hal serupa terjadi di nomor- nomor selanjutnya, perkalian dari 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 yakni 6 x 7 kembali disalahkan, seharusnya memakai perkalian 7 x 6. Dua nomor yang benar karena kebetulan memakai angka yang sama, 4 x 4 dan 8 x 8.

Foto tersebut beredar secara luas. Dari akunnya saja sudah dibagi sebanyak 6.300 kali dan disebar hingga ke media sosial lain, seperti Twitter dan Path. Muncul perdebatan, sebagian mendukung Erfas yang mengajari adiknya untuk menggunakan jalan lain untuk mencapai hasil perhitungan, sedangkan ada pula yang menyalahkannya karena tidak tertib pada proses.

Seorang pengguna Twitter dengan akun @babyrany juga mengungkapkan pengalaman yang sama. Dia mengajari perkalian dengan cara yang sama yang dipakai Erfas dan menghadapi kejadian serupa, 4 x 2 sama dengan 4 + 4, tetapi dianggap salah, sementara jawaban yang diminta adalah 2 + 2 + 2 + 2.

Pendapat yang berbeda dilontarkan akun @OomYahya yang menyebut apa yang diajarkan para guru sebagai konsep dasar yang sudah banyak dilupakan. Dalam matematika, perkalian 3 x 7 adalah 7 + 7 + 7, bukan 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3.

Senada dengan hal tersebut, akun @iwanpranoto milik ahli matematika dari Institut Teknologi Bandung, Prof Dr Iwan Pranoto, menjelaskan bahwa bentuk yang diminta para guru untuk mengajari para murid agar paham mengenai perkalian. Dia mencontohkan perkalian 3 x 4 di buku matematika sekolah di Singapura yang dijelaskan dengan "tiga buah empatan".

Namun, Iwan juga khawatir bahwa para guru salah dalam bertanya atau cara mengoreksi tugas. Apabila menanyakan hasil perkalian 3 x 4 tanpa instruksi lain, artinya sama saja membebaskan para anak untuk menjawab sesuai pengertian mereka.

"Pertanyaan guru seharusnya begini ’Jika 2 x 3 = 3 + 3, tentukan 3 x 4’. Jika dg pertanyaan ini anak jawabnya 3 + 3 + 3 + 3, barulah SALAHKAN," kicaunya.

Meskipun tampak sepele, lembar pekerjaan rumah Habibi bisa menjadi potret pendidikan di Indonesia. Masih banyak ditemukan dogma dan tidak membebaskan para murid untuk bernalar sendiri.


Editor : Laksono Hari Wiwoho
Sumber: KOMPAS SIANG

Ini Beda antara 4 x 6 dan 6 x 4 Menurut Profesor Lapan

Senin, 22 September 2014 | 22:19 WIB

komodomath.com Ilustrasi


KOMPAS.com — Urusan pekerjaan rumah seorang siswa menjadi perdebatan menarik di media sosial. 4+4+4+4+4+4, bila dinyatakan dalam perkalian, 6 x 4 atau 4 x 6?

Banyak yang berpendapat bahwa mengekspresikan 4+4+4+4+4+4 dalam perkalian menjadi 6 x 4 atau 4 x 6 sama saja. Toh hasilnya sama, begitu logikanya. Sebagian menganggapnya sebagai kebebasan bernalar.

Namun, profesor astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, mengatakan, antara 4 x 6 dan 6 x 4 memang berbeda.

"Samakah 4 x 6 dan 6 x 4? Hasilnya sama, 24, tetapi logikanya berbeda. Itu adalah model matematis yang kasusnya berbeda. Konsekuensinya bisa berbeda juga," urai Thomas dalam akun Facebook-nya, Senin (22/9/2014).

Thomas menerangkan perbedaan 6 x 4 dengan 4 x 6 lewat sebuah soal cerita.

"Ahmad dan Ali harus memindahkan bata yang jumlahnya sama, 24. Karena Ahmad lebih kuat, ia membawa 6 bata sebanyak 4 kali, secara matematis ditulis 4 x 6. Tetapi, Ali yang badannya lebih kecil, hanya mampu membawa 4 bata sebanyak 6 kali, model matematisnya 6 x 4. Jadi, 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 6 x 4, berbeda konsepnya dengan 6 + 6 + 6 + 6 = 4 x 6, walau hasilnya sama 24," terang Thomas.

Lewat kasus ini, Thomas mengajak semua kalangan untuk memahami Matematika dengan logika, bukan menjadi generasi "kalkulator" yang sekadar tahu hasil.

"Dengan kemampuan berlogika, suatu kasus bisa dimodelkan dengan rumusan matematis sehingga mudah dipecahkan," ungkap Thomas.


Penulis: Yunanto Wiji Utomo
Editor : Yunanto Wiji Utomo

Perdebatan soal Angka 4 dalam Perkalian, 4 x 6 atau 6 x 4?

Senin, 22 September 2014 | 20:20 WIB
 
Yunanto Wiji Utomo (Ilustrasi)


KOMPAS.com — Media sosial Twitter dan Facebook sejak Minggu (21/9/2014) diramaikan oleh sebuah perdebatan Matematika, tepatnya tentang operasi perkalian.

Persoalan dimulai dari posting Muhammad Erfas Maulana, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro. Erfas yang membantu adiknya mengerjakan tugas Matematika mempertanyakan alasan guru menyalahkan jawaban sebuah soal.

Dalam soal tugas itu, guru meminta adik Erfas untuk menyatakan 4+4+4+4+4+4 dalam operasi perkalian.

Adik Erfas menuliskan jawaban bahwa 4+4+4+4+4+4 = 4x6. Jawaban itu, menurut Erfas, seharusnya benar. Namun, ternyata sang guru menyalahkan. Menurut guru, jawaban yang seharusnya adalah 6x4.

Karena posting Erfas, muncullah perdebatan seru di media sosial. Mana yang benar, 4x6 atau 6x4?

Saking serunya perdebatan, profesor Matematika dari Institut Teknologi Bandung, Iwan Pranoto, pun turut berkomentar. Ia memberi sedikit kultwit untuk menjelaskan permasalahan itu.

Menurut Iwan, 4x6 ataupun 6x4 sebenarnya sama. Namun, bisa saja salah bila dilihat dalam konteks tertentu.

Iwan memberi ilustrasi. Ia mencontohkan, bila pertanyaan guru adalah "Jika 2x3 = 3+3, tentukan 3x4", maka jawaban yang seharusnya adalah 4+4+4. "Jika dengan pertanyaan ini anak jawabnya 3+3+3+3, barulah salahkan," katanya lewat akun Twitter-nya.

Namun, Iwan mengungkapkan, bila pertanyaannya hanya 3x4, maka anak bisa menjawab 3+3+3+3 atau 4+4+4. Semuanya benar.

Dengan demikian, didasarkan pada pendapat Iwan, 4+4+4+4+4+4 bisa saja dinyatakan 4x6 atau 6x4 dalam operasi perkalian. Jawaban adik Erfas dalam tugas Matematika-nya seharusnya tidak disalahkan.

"Cara bertanya guru Matematika di Indonesia mungkin salah. Juga cara mengoreksinya salah," katanya.

Iwan mengatakan, saat ini dibutuhkan pembenahan sikap, budaya, dan cara berpikir guru Matematika. "Mengubah sikap guru Matematika yang luwes bernalar merupakan tantangan bagi institusi penyiapan guru kita, LPTK," ungkapnya.

Dalam Matematika, kata Iwan, tidak ada kebenaran, yang ada kesahihan. Jika penalaran sahih, maka bisa diterima walaupun kesimpulannya aneh.

Akar perdebatan Matematika ini bisa jadi adalah kebiasaan untuk hanya menerima pengertian tunggal, ditetapkan oleh penguasa. "Kita tak berdaya menentukan sendiri," kata Iwan.

Iwan menerangkan, tak cuma dalam perkalian. Dalam pembagian pun dikenal dua pengertian berbeda, misalnya, 125 ÷ 5 tentunya lebih cocok diartikan sebagai partisi. Sedangkan 125 ÷ 25 tentunya lebih cocok dinyatakan pengurangan berulang.


Penulis: Yunanto Wiji Utomo
Editor : Yunanto Wiji Utomo





Kamis, 18 September 2014

Apa Itu Skotlandia?

Rabu, 17 September 2014 | 22:27 WIB


Kim Traynor/Wikipedia
Kastil Edinburgh diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-12. Namun, permukiman manusia di wilayah itu diduga sudah berdiri sejak abad ke-2 yang menunjukkan betapa tuanya peradaban Skotlandia.



GLASGOW, KOMPAS.com — Pada Kamis (18/9/2014), rakyat Skotlandia akan memasuki tahapan bersejarah, yaitu memberikan suara dalam referendum yang bisa jadi akan membuat Skotlandia terpisah dari Inggris Raya setelah 300 tahun menjadi bagiannya.

Sayangnya, tak banyak yang mengetahui apa itu Skotlandia, kecuali mungkin dua klub sepak bola, Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers. Berikut sekilas informasi tentang Skotlandia.

Apa itu Skotlandia?

Skotlandia, yang berpenduduk hampir 5 juta jiwa, adalah salah satu negara tertua di dunia. Negeri ini sudah menjadi satu bangsa di bawah kepemimpinan Raja Kenneth MacAlpin pada 843 Masehi.

Skotlandia menjadi negara independen selama 800 tahun hingga akhirnya bergabung dengan Inggris Raya pada 1707.

Saat Inggris menghadapi perang melawan Perancis pada awal abad ke-18, London memblokir perdagangan dan menyita properti milik orang Skotlandia di wilayah selatan, kecuali mereka sepakat membentuk satu negara kesatuan.

Setelah melalui perdebatan sengit dan kekerasan di Skotlandia, parlemen Skotlandia dan Inggris dibubarkan pada 1 Mei 1707 dan digantikan dengan sebuah parlemen Inggris Raya.

Apa perbedaan Skotlandia dari wilayah Inggris Raya lainnya?

Skotlandia memiliki sistem hukum sendiri dan Gereja Nasional Skotlandia mendapat jaminan di bawah Akta Persatuan (Act of Union).

Meski demikian, semua masalah keuangan dan moneter dikendalikan pemerintah di London dan Bank of England yang didirikan seorang Skotlandia, William Patterson, pada 1694.

Bukankah Skotlandia memiliki parlemen sendiri?

Keinginan untuk memiliki otonomi lebih besar di Skotlandia menuntun gelaran referendum pada 1997 untuk menghidupkan kembali parlemen Skotlandia di Edinburgh. Ide itu didukung 74,3 persen pemberi suara dan pada 1999 parlemen Skotlandia kembali beroperasi.

Politisi veteran, Winnie Ewing, memimpin dan membuka sidang pertama parlemen Skotlandia yang baru. "Sidang parlemen Skotlandia yang ditunda pada 25 Mei 1707 kembali digelar," ujar Ewing.

Anggota parlemen Skotlandia bisa merancang undang-undang pendidikan, anggaran kesehatan, perumahan, turisme, transportasi, dan beberapa hal lainnya. Namun, mereka tak memiliki kendali atas masalah imigrasi, pertahanan, kebijakan luar negeri, ketenagakerjaan, perdagangan, energi, dan keuangan.

Sebagian besar anggaran yang digunakan parlemen Skotlandia diperoleh dari Pemerintah Inggris Raya.

Apa saja kekuatan ekonomi Skotlandia?

Inggris Raya menghasilkan 75 persen minyak mentah Uni Eropa dan 90 persen dari hasil itu diperoleh di perairan Skotlandia. Demikian ungkap Pusat Riset Gabungan Komisi Eropa.

Berdasarkan data 2012, Pemerintah Skotlandia menyatakan, minyak mentah hasil negeri itu menyumbang 39,5 miliar dollar AS untuk perekonomian Inggris Raya.

Selain minyak, Pemerintah Skotlandia yakin negeri itu bisa memproduksi hingga 25 persen energi angin dan ombak serta 10 persen energi gelombang laut untuk Uni Eropa.

Ekspor Skotlandia bernilai sekitar 100 miliar poundsterling setahun, termasuk 11 miliar poundsterling dari jasa finansial, serta hampir 9 miliar poundsterling dari sektor makanan dan minuman, termasuk wiski.

Apa yang sudah disumbangkan Skotlandia untuk dunia?

Pengaruh Skotlandia untuk dunia sangat besar, bahkan jauh lebih besar dari luas wilayahnya.

Deklarasi Arbroath, yang merupakan deklarasi kemerdekaan Skotlandia pada 1320, memberi pengaruh besar terhadap kemerdekaan AS.

Sebuah salinan langka manuskrip deklarasi Skotlandia itu diberikan kepada Arsip Nasional AS oleh Pemerintah Skotlandia pada 2011 sebagai penghargaan untuk Pemerintah AS yang meresmikan 6 April sebagai Hari Tartan di AS.

Selama berabad-abad, para insinyur, pemikir, dan pebisnis Skotlandia membantu membangun dunia modern. James Watt menciptakan mesin uap, Sir Alexander Fleming menemukan penisilin, Jong Logie Baird menjadi pionir televisi, dan Alexander Graham Bell menemukan telepon.

Bahkan, mantan PM Inggris Winston Churchil mengakui pengaruh dan sumbangan Skotlandia untuk dunia modern. "Dari semua negara kecil di dunia, mungkin hanya Yunani yang melampaui Skotlandia dalam hal sumbangan untuk kemanusiaan," kata Churchill.


Editor : Ervan Hardoko
Sumber: AP