Sabtu, 29 November 2008

Belanda Pun Membendung Laut


Netherlands Water Partnership / Kompas Images 
Maeslantkering yang dibangun di muara Nieuwe Waterweg, yaitu kanal yang menjadi gerbang masuk ke Pelabuhan Rotterdam.
 

Sabtu, 29 November 2008 | 03:00 WIB 


Ahmad Arif

Zeeland, provinsi di ujung selatan Belanda, 1 Februari 1953. Musim dingin masih berlangsung ketika malam itu Laut Utara mengamuk dan mengirim badai. Gelombang setinggi 30 meter mengempas pantai, menghancurkan tanggul-tanggul. Air yang hampir membeku menerjang kota, menewaskan 1.835 orang dan memaksa 110.000 warga mengungsi.

Di tanah yang sama, 55 tahun kemudian. Laut Utara masih sesekali mengirim badai. Daratan di Belanda bagian selatan itu masih tetap lebih rendah daripada laut. Bahkan, perbedaan ketinggian muka daratan dibandingkan laut terus bertambah sebagai dampak pemanasan global. Tetapi, jumlah warga yang tinggal di Zeeland makin banyak.

”Warga merasa aman tinggal di kawasan itu. Proyek Delta Plan telah membentengi daratan dari ancaman Laut Utara,” kata Roy Neijland, Project Officer Netherlands Water Partnership (NWP).

Roy tidak membual. Setelah bencana banjir besar tahun 1953 itu, Belanda berjuang keras memenangi pertarungan melawan alam. Tiga belas bendungan raksasa dibangun secara bertahap selama 39 tahun. Bendungan pertama selesai dibangun pada 1958 di Sungai The Hollandse Ijssel, sebelah timur Rotterdam. Kemudian dibangun bendungan The Ooster Dam (The Oosterschelde Stormvloedkering), yang panjangnya hampir mencapai 11 kilometer. Bendungan ini membentengi seluruh daratan Zeeland yang langsung berhadapan dengan bagian Laut Utara.

Dan, bendungan terakhir yang selesai dibangun adalah The Maeslantkering pada 1997. Siang itu matahari terik. Tetapi, suhu yang mencapai 10 derajat celsius pada pertengahan Oktober 2008 mengirim angin yang mencipta gigil. Saya mengerut, baik oleh karena gigil angin maupun karena ketakjuban saat melihat konstruksi Maeslantkering yang dicipta untuk mengantisipasi bencana.

Maeslantkering dibangun di muara Nieuwe Waterweg, yaitu kanal yang menjadi gerbang masuk ke Pelabuhan Rotterdam. Tanggul ini terdiri dari dua bagian lengan yang masing-masing panjangnya 300 meter. Jika diberdirikan, satu lengan setara dengan ketinggian menara Eiffle di Perancis.

Kedua lengan raksasa Maeslantkering ini bisa dibuka-tutup. Komputer secara otomatis akan menutup gerbang ini jika terjadi badai dari Laut Utara mencapai ketinggian di atas tiga meter. Sejak dibangun, dam ini hanya ditutup sekali pada 8 November 2007. Selebihnya, dam ini menjadi obyek wisata dan pendidikan. Tetapi, lebih dari itu, konstruksi ini adalah bukti keseriusan negara dalam memberi rasa aman kepada warganya.

”Air merupakan bagian dari budaya kami. Dan, kami tidak boleh kalah darinya. Air yang bisa memicu banjir harus bisa dikendalikan dan juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih,” ungkap Roy Neijland.

Roy seperti mewakili tekad warga Belanda dalam menyiasati alam, yang sebenarnya tak terlalu bersahabat terhadap mereka karena sepertiga daratan di Belanda lebih rendah dari muka air laut.

Manajemen bencana

Jika Belanda berhasil membendung laut untuk mengatasi bencana, Indonesia seakan tak berdaya menghadapi bencana yang datang bertubi-tubi. Sebut misalnya banjir pasang di pantai utara Jakarta yang rutin datangnya, banjir tahunan yang melanda sejumlah kawasan di Indonesia, terutama di Jakarta, juga tak teratasi, hingga banjir lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur, yang berlarut-larut tanpa kepastian penanganan.

Bahkan, tsunami yang melanda Aceh dan berpotensi terjadi di daerah lain di Indonesia pun masih disikapi setengah hati. Di Aceh, rumah-rumah tetap dibangun di tempat yang sama yang dulu pernah disapu tsunami tanpa ada penghalang untuk menghadapi laut yang sewaktu-waktu mengancam.

”Di Indonesia, nyawa rakyat seakan tak begitu berharga,” kata Amien Widodo, ahli manajemen bencana dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yang ditemui di Surabaya, beberapa waktu lalu.

Amien geram melihat pemerintah yang lamban memindahkan warga Desa Siring Barat, Kecamatan Porong, Sidoarjo, yang sudah dua tahun hidup di daerah rawan bencana. Ribuan warga di Siring Barat selama dua tahun lebih harus hidup menghirup udara beracun dan ancaman amblesnya tanah karena penurunan muka tanah yang nyata.

Menurut Amien, sebagai negara yang rawan bencana, Indonesia tidak memiliki kepekaan untuk mengelola lingkungan. Padahal, kunci untuk mengurangi dampak bencana adalah dengan melakukan mitigasi bencana.

”Antisipasi pemetaan risiko semestinya sudah dilakukan jauh-jauh hari. Analisa risiko dibuat untuk menggambarkan bencana dan kemungkinan peristiwa susulan,” ujar Amien.

Analisis risiko juga akan menghasilkan kejelasan tugas tiap-tiap pihak jika dampak terus meluas, termasuk prosedur yang harus disiapkan untuk kondisi darurat.

Alam sebenarnya bukan masalah. Tetapi, manusia mesti belajar beradaptasi dengan alam. Dalam hal ini, Belanda adalah contoh negara yang gigih menghadapi tantangan alamnya.

Air adalah problem bagi seluruh Belanda. Nama Netherlands pun sejatinya berasal dari kata Belanda ”neder” yang berarti rendah dan ”land” yang berarti tanah. Karena itu, mereka sudah sejak lama berjuang melawan laut yang terus merangsek ke daratan.

Bendungan pertama dibangun Belanda seribu tahun lalu, danau-danau dikeringkan, polder dibuat, dan ketinggian air dikontrol agar daratan Belanda tetap mengapung. Sebagian dana untuk mengapungkan daratan Belanda itu disedot dari sumber daya alam Nusantara yang dibawa VOC (Perhimpunan Dagang Hindia Belanda) pada abad ke-17 sampai ke-19.

Belanda terus berjuang melawan air hingga kini. ”Saat ini kami berjuang melawan kenaikan muka lautan yang terus bertambah akibat pemanasan global. Kami terus beradaptasi,” ungkap Roy Neijland.

Melalui Komisi Delta, yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda, negara ini merancang langkah-langkah teknis guna menghadapi tantangan baru berupa naiknya muka lautan. Program Delta hingga 2050 membutuhkan dana sebesar 1,2 miliar euro sampai 1,6 miliar euro per tahun.

Menurut Roy, salah satu kunci dari penanganan bencana yang diakibatkan air di Belanda adalah konsistensi perencanaan dan keinginan untuk terus mencari solusi terbaik dengan melibatkan semua pihak. Masterplan yang dibuat diaplikasikan. Para ahli dan praktisi diundang untuk mengikuti sayembara guna mencari solusi konstruksi terbaik. Dam Maeslantkering juga dibuat dari desain pemenang sayembara.

Di Indonesia, untuk membuat proyek pengendalian kanal banjir di Jakarta yang sudah dimulai sejak zaman kolonial Belanda pun terseok-seok dan belum selesai hingga sekarang. Sampai kapan kita mau belajar terhadap bencana yang datang bertubi-tubi?

Jumat, 28 November 2008

Foto-Foto Amatir Speedy Tour d'Indonesia

Kegiatan balap sepeda di Indonesia kembali marak, dengan digelarnya Speedy Tour d'Indonesia 2008 dari Jakarta menuju Bali.

Pada etape 2 (stage 2), saya beruntung bisa menyaksikan sekaligus mengabadikan momen tersebut. Ketika tiba di depan Gedung Sate pukul 09.50 tinggal 10 menit lagi waktu start. Maklum saya jalan kaki dari tempat kerja di Jalan buah batu ke Jalan Diponegoro, begitu pula kembali ke kantor jalan kaki.

Saya tidak begitu mengenal para pembalapnya, siapa sajakah pembalap nasional apalagi pembalap asingnya. Saya mulai memaikan kamera digital, meskipun rada kecewa karena kamera digital saya hanya kamera saku, sekali jepret harus nunggu beberapa detik untuk saving-nya ke memori. Lain halnya dengan para wartawan, mereka dengan senangnya membidikkan kameranya tiada henti tanpa harus menunggu hasil jepretan masuk ke memori.

Yah, nasib. Mudah-mudahan bisa membeli kamera digital yang bagus. Inilah hasil jepretan saya meskipun tidak semua dimuat di-blog. Selamat menikmati!!!

Sabtu, 22 November 2008

Michael Jackson Masuk Islam




Bintang pop Michael Jackson telah masuk Islam dan berganti nama menjadi Mikaeel, ungkap Daily Mail, Jumat. Penyanyi berusia 50 tahun itu dilaporkan menjadi Muslim dalam suatu upacara di rumah temannya di Los Angeles.

Michael Jackson yang dibesarkan dalam agama Saksi Jehovah, disebut-sebut duduk di lantai dan mengenakan topi kecil saat sahadat di kediaman Steve Porcaro, komposer musik pada album Thriller.
Dia tertarik dengan Islam setelah berdiskusi dengan penulis lagu asal Kanada, David Wharnsby dan produser Phillip Bubal.

"Mereka berbicara kepada dia tentang keyakinan mereka dan bagaimana mereka menjadi orang yang lebih baik setelah masuk Islam. Michael segera tertarik. Seorang Imam dipanggil dari masjid dan Michael mengucapkan sahadat," kata seorang sumber.

Saudara Jackson, Jermaine Friday, sebelumnya telah memberi sinyal bahwa sang bintang sedang mempertimbangkan untuk memeluk Islam.

"Ketika saya pulang dari Makkah, saya beri dia banyak buku dan dia bertanya tentang banyak hal mengenai agama saya dan saya bilang Islam itu damai dan indah," kata Friday yang masuk Islam sejak 1989. (ANT)JY

Rabu, 19 November 2008

Kesepian di Negeri Sendiri

Perlu Kolaborasi Agar Mampu Bertahan

Musisi tradisional tampaknya harus bekerja keras untuk menjaga eksistensinya. Demikian halnya dengan musik tradisional harus berjuang keras bersaing dengan musik pop yang membanjiri jagat hiburan. Melalui kolaborasi dengan berbagai aliran musik, musik etnik mencoba bertahan. Meski telah ditasbihkan sebagai world musics, musik etnik yang telah bermetamorfosis ini masih sepi peminat di negeri sendiri. Tidak salah kalau mereka memilih pentas di negeri orang dibandingkan dengan di negeri sendiri.

Sudah bukan barang baru kalau alat musik tradisional Sunda berkolaborasi dengan musik progresif rock seperti yang pernah ditampilkan oleh grup band Discuss dalam Festival Bambu Nusantara 2 di Bandung beberapa waktu lalu. Atau kelompok Samba Sunda yang mencampurkan musik Sunda dengan instrumen dari India atau Afrika. Kolaborasi semacam ini yang kemudian populer dengan sebutan world musics.

Musik tradisional Sunda tergolong sering berkolaborasi dengan aliran musik lain. Musik Sunda terbilang fleksibel. Dimainkan dengan alat musik apa pun bisa masuk. Seruling bisa dimainkan dengan gitar. Kendang bisa pula masuk dalam instrumen jazz. Tidak heran kalau kemudian kolaborasi musik Sunda tersebut melahirkan banyak genre baru.

"Musik Sunda mempunyai kekuatan untuk go international. Maka, saya berpikir harus membuat model yang bisa diterima masyarakat luas," kata Ismet Ruchimat, pentolan Samba Sunda di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung Jln. Buahbatu Kota Bandung, Kamis (13/11).

Begitulah awal pemikirannya menciptakan berbagai kolaborasi. "Terciptanya suatu kolaborasi berasal dari keberanian untuk keluar dari tatanan tradisi selama ini. Tidak mudah memang keluar dari pakem," kata Ismet. 

Menurut seniman Sunda Nano Suratno, karakter kerakyatan yang kental dalam musik tradisional Sunda memberi ciri dinamis dan spontan. Sekitar 300 macam kesenian berkembang di masyarakat Sunda. "Jika pintar meramunya, semua kesenian Sunda itu mempunyai potensi yang besar untuk digemari di luar negeri," katanya di kediamannya di Jln. Moh. Toha Bandung, Minggu (16/11).

Dia menjelaskan, tangga nada pelog dan salendro yang dimiliki alat musik Sunda bersifat fleksibel. Itulah yang membuat nada-nada yang dihasilkannya mudah larut dengan nada-nada yang dihasilkan alat musik lain.

Di lain sisi, sifat ini rentan akan kepudaran. "Kolaborasi jangan sekadar embel-embel. Tidak sekadar memberi warna etnik. Alat musik Sunda harus juga diperhitungkan dalam komposisi itu," tutur Nano.

Tidak bisa dimungkiri, musik tradisional sering hanya berperan sebagai pemanis. Dalam banyak situasi, alat musik tradisional hanya bertindak sebagai musik pengiring menyantap hidangan. Artinya, musik tradisional tidak didudukkan sebagai musik yang patut diapresiasi. Ia hanya didengarkan, bukan disimak baik-baik.

Kolaborasi bisa menjadi salah satu cara untuk menempatkan musik tradisional di tempat yang lebih baik dan mendapat perhatian yang seharusnya. Kolaborasi memberikan kemasan baru pada musik tradisional dengan tetap menonjolkan kekhasannya.

Belahan dunia bagian timur dikenal kaya akan musik-musik etnik. India, Jepang, Cina, dan Indonesia merupakan basis eksplorasi musik etnik untuk kemudian dikembangkan dalam berbagai kolaborasi. Selain negara-negara tersebut, Afrika juga dikenal kaya akan musik etnik.

**

KENDATI Indonesia bisa dibilang sebagai salah satu kiblat musik etnik, karena kekayaan musik tradisional yang dimilikinya, aliran musik ini masih sepi peminat. Jumlah penonton pertunjukan musik etnik masih kalah jauh dibandingkan dengan penonton konser band Ungu atau Peterpan, misalnya.

Tidak semua tradisi disukai generasi muda. Untuk itu, kolaborasi merupakan salah satu cara untuk mengonservasi musik Sunda yang mulai kehilangan peminat. Perpaduan alat musik Sunda dengan alat musik lain menghasilkan harmoni baru. Meskipun yang dimainkan tidak melulu lagu Sunda, eksplorasi ritme tetap bisa menghasilkan musik bercita rasa "Sunda". "Tapi cara itu di Indonesia malah nggak laku," ujar Ismet. 

Tampaknya usaha yang ia tempuh bersama kelompoknya tidak mendapat antusiasme sebagaimana yang didapat musik pop. Album rekaman Samba Sunda tidak selaris penjualan kaset Peterpan.

Apresiasi tinggi justru didapat Samba Sunda ketika bermain di luar negeri. "Musik tradisional di luar negeri justru mendapat tempat khusus. Hampir tiap minggu ada pertunjukan musik seperti ini," tutur Ismet.

Nano menilai kondisi ini dengan perumpamaan Sunda. "Dukun tara pernah kasohor di lemburna," ujarnya.

Orang Sunda tidak merasa aneh dengan alat musik tradisionalnya. Tidak aneh melihat kecapi atau kendang. Orang asing justru lebih tertarik.

Pergeseran nilai penerimaan kebudayaan juga menjadi penyebab. "Orang kita lebih bangga kalau musiknya ala Michael Jackson atau Mick Jager. Kalau berbau luar negeri justru merasa ada kebanggaan," tutur Nano.

Ia pun mengakui apresiasi orang asing terhadap musik tradisional lebih tinggi. Penonton tidak hanya mendengarkan, tetapi menyimak setiap nadanya. Musik tradisional benar-benar bisa dinikmati. Penonton bahkan bisa membuat analisis dan perbandingan setelah menonton pertunjukan. "Kalau di sini, habis menonton ya sudah begitu saja," katanya.

Sangat wajar jika kemudian seniman tradisional mempunyai jadwal yang lebih banyak di luar negeri ketimbang di negeri sendiri. Selain faktor apresiasi, di luar negeri lebih banyak mempunyai acara-acara khusus musik tradisional. "Saking banyaknya acara, pernah kita dalam sehari manggung di tiga negara. Siang kita main di Belanda dan Belgia, malamnya main di Inggris," kata Ismet. 

**

Selain lebih diapresiasi, bermain di luar negeri juga lebih dihargai secara profesional. "Kalau bermain di festival di dalam negeri, musisi tradisional sering bermain sukarela. Ya karena acara seperti itu biasanya minim dana. Di luar negeri, musisi tradisional diperlakukan secara profesional," ujar Ismet.

Kurangnya penghargaan kepada musisi tradisional diakui oleh Nano. "Banyak yang bangga bisa bayar jutaan untuk penyanyi yang hanya menyanyi dua atau tiga lagu. Tapi, untuk pemain kecapi yang main seharian penuh, masih menawar," tutur seniman yang juga kenyang menjelajahi dunia melalui berkesenian itu.

Padahal, kesenian menjadi sumber kehidupan bagi seniman, sehingga seniman dituntut untuk terus berkreasi agar bisa sintas (survive) di tengah persaingan yang semakin ketat.(Catur Ratna Wulandari)***

Intel Resmi Perkenalkan Prosesor Baru Core i7


INTEL

JAKARTA, RABU – Sudah dua tahun berlalu sejak Intel memperkenalkan prosesor Core 2 Duo-nya yang hebat itu. Kini Intel secara resmi memperkenalkan mikroprosesor desktop generasi barunya, Core i7 (sebelumnya dikenal dengan nama kode Nehalem). CPU baru ini lebih cepat dibandingkan Core 2 Duo, bahkan ditahbiskan sebagai CPU tercepat yang ada saat ini.


Core i7 diluncurkan dalam tiga versi quad-core untuk menyasar tiga segmen pasar PC desktop yang berbeda. Yang pertama adalah model dasar 920 (2,66GHz) dengan harga resmi US$ 286. Model kedua adalah 940 2,93GHz dengan harga US$ 562, sedangkan model ketiga adalah 965 Extreme Edition 3,2GHz dengan harga US$ 999. 

Ditilik dari harganya, Core i7 memang tidak murah. Namun jika Anda ingin merakit PC dengan sistem Core i7, Anda memang harus membayar mahal. Untuk sistem, pilihan Anda saat ini masih terbatas pada motherboard dengan chipset Intel X58 (dengan ICH10 southbridge) dan memori DDR3. Harga keduanya pun belum murah. 

Namun prosesor baru ini menawarkan beberapa fitur baru, antara lain kendali memori yang terintegrasi dan moda Turbo baru. Hyperthreading juga muncul kembali, menambahkan empat inti virtual ke empat inti fisik yang ada di CPU Core i7. 

Moda Turbo, yang disebut Dynamic Speed Technology, memungkinkan CPU untuk mematikan inti dan meningkatkan clock speed, yang bisa bermanfaat pada aplikasi-aplikasi lama yang membutuhkan megahertz lebih, bukan inti yang lebih banyak. Pada aplikasi muti-threaded, CPU akan menyeimbangkan beban di semua inti. 

CPU baru ini memiliki 731 juta transistor dalam satu die berukuran 263 milimeter persegi. Semua prosesor Core i7 dirancang pada daya desain thermal 130 watt. Antarmuka Quick Path Interconnect menyediakan bandwidth 19,2 gigatransfer pre detik pada model 920 dan 940, dan 25,6 gigatransfer pada model Extreme Edition.

WIEK

Sabtu, 15 November 2008

Hati-hati, Barcode Mudah di-Hack


TPG IMAGES

JAKARTA,SABTU - Barcode yang biasa dipakai sebagai penanda produk berbentuk blok-blok hitam dan bernomor yang selama ini dikenal sebagai pintu gerbang proses transaksi ternyata tak aman dari penyalahgunaan. Mulai dari barcode yang tercantum di daftar harga di toko buku, ID card, kartu ATM sampai smart card.


Menurut pelaku IT Anselmus Ricky atau yang lebih dikenal sebagai ThoR dalam dunia maya, barcode justru paling mudah di-hack. "Tinggal difoto, di-copy, kita bisa pakai di mana saja," ujar Anselmus di sela-sela Indonesia Hacking & Security Conference di Jakarta Convention Center, Sabtu (15/11).

Menurutnya, barcode satu dimensi, seperti Code39, UPC atau EAN13 lebih mudah di-hack. Misalnya barcode yang banyak digunakan pada barang-barang di toko buku, akses masuk gym atau, ID card bahkan kartu mahasiswa.

Anselmus juga mengaku pernah mencoba melakukan hacking pada barcode dua dimensi bertipe PDF417 yang biasanya dipakai pada boarding pass pesawat. Dirinya cukup memotret bagian barcode ID card ataupun apa saja, lalu membacanya dan membuat duplikasinya melalui software khusus di komputer. "Jadi nggak perlu tahu cara kerjanya (benda yang barcode-nya dihack)," tandas Anselmus.

Selain itu, Anselmus mengatakan teknologi terbaru magnetic card juga ternyata bisa di-hack karena ternyata bisa dibaca dan diterjemahkan melalui magnetic reader yang sudah bisa dibeli hanya dengan harga USD 5 saja.

LIN

Obat Kejantanan Malah Bikin Loyo


Getty Images
Illustrasi


JAKARTA, SABTU - Obat penambah kejantanan merek Blue Moon dan 21 merek lainnya ditarik oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena mengandung bahan kimia berbahaya bagi manusia. Salah satu efek samping bahan kimia tersebut justru melemahkan kejantanan.


Pengumuman penarikan 22 merek obat kuat pria tersebut disampaikan Kepala BPOM, Husniah Rubiana Thamrin Akib, Jumat (14/11) siang. Ke-22 merek tersebut terdiri atas obat impor maupun lokal, jamu, dan suplemen.

Penarikan 22 merek obat kuat tersebut dilakukan setelah BPOM menerima hasil pengujian laboratorium dan laporan masyarakat. "Uji laboratorium dilakukan sejak Januari 2008 hingga hari ini," kata Husniah di kantor BPOM di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat.

Hasil uji laboratorium tersebut menunjukkan, ke-22 obat kuat tersebut mengandung bahan kimia berbahaya bagi manusia. Sebagian merek mengandung Slidenafil sitrat sedangkan sisanya mengandung Tadalafil bahkan mengandung kedua bahan kimia itu sekaligus.

Menurut Husniah, bahaya Sildenafil sitrat bagi manusia adalah dapat menyebabkan sakit kepala, mual, gangguan penglihatan, radang hidung, nyeri dada, palpitasi (denyut jantung menjadi lebih cepat), maupun kematian.

Sedangkan Tadalafil dapat menyebabkan nyeri otot, pusing, mual, diare, muka memerah, hidung tersumbat, dan potensi seks hilang secara permanen. Tadalafil bersifat melebarkan pembuluh darah yang menyebabkan penurunan tekanan darah maupun pasokan ke darah.

"Dua zat kimia ini seharusnya dikonsumsi atas petunjuk atau resep dokter," kata Husniah. Dia menambahkan, "Kandungan kimia itu bisa menyebabkan kematian jika dikonsumsi dalam porsi yang banyak." Oleh karena itu, warga masyarakat harus berhati-hati ketika mengonsumi obat kuat tradisional maupun suplemen.

Husniah juga mengatakan, kasus kematian akibat mengonsumsi obat penambah stamina pria jarang terungkap karena kasus-kasus tersebut biasanya tidak dilaporkan dan pihak keluarga keberatan bila korban diotopsi.

"Kadang kita heran, ada pria usia 30-an meninggal mendadak. Orang mengira kematian itu karena serangan jantung. Padahal, pasti ada pemicunya. Lalu, pemicunya itu apa? Ini yang jarang diungkap," katanya. Dalam beberapa kasus, pemicu serangan jantung tersebut adalah pemakaian obat penambah stamina.

Merek-merek obat kuat yang ditarik BPOM di antaranya adalah Blue Moon (produksi PT Pasific Healthcare Indonesia), Caligula Kapsul (produksi Pabrik Jamu Air Madu), dan Sunny Zang Wang Xiong Ying Dan Pil (produksi Tibet Yuthog Healthy Product Co Ltd). "Merek-merek tersebut terdiri atas obat impor, obat kuat lokal, suplemen impor, dan suplemen lokal," kata Husniah.

Husniah menambahkan, para produsen maupun importir obat dan suplemen tersebut akan dipanggil dan BPOM akan melaporkan kasus ini ke polisi. Para produsen maupun importir tersebut dapat dijerat dengan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan maupun UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. (GET)

Daftar Obat Kuat Pria yang Ditarik

1. Blue Moon - PT Pasific Helathcare Indonesia, Jakarta
2. Tripoten - PT Dexa Medica, Palembang
3. Caligula - Pabrik Jamu Air Madu, Magelang
4. Cobra X - Pabrik Jamu PI Ragil Sentosa, Cilacap
5. Kuat Tahan Lama - PD Jamu Moro Sehat, Banjarnegara
6. Lak Gao 69 - Pabrik Jamu Jaya Sakti Mandiri, Semarang
7. Lavaria - PT Rama Farma, Jakarta
8. Maca Gold - PT Paramitra Media Perkasa, Jakarta
9. Okura - PT Herbalindo Sukses Makmur, Tangerang
10. Otot Madu, PT Rama Farma, Jakarta

11. Rama Stamina - PT Rama Farma, Jakarta
12. Sanomale - PT Pyridam Farma, Cianjur
13. Sari Madu - Pabrik Jamu Sari Madu Murni
14. Sunni Jang Wang Xeong Ying (kapsul) - PT Cahaya Pil Teknologi Farmasi, Jakarta
15. Teraza - Produksi PT Rama Farma, Jakarta
16. Top One - Pabrik Jamu Paladiva, Solo
17. Urat Perkasa - Pabrik Jamu SM Jaya, Cilacap
18. Ju-mex - CV Mega Maju Mekar, Jakarta

Obat/jamu Impor
19. Hwang Di Shen Dan - PT Multi Usaha Sentosa
20. Manovel - PT Sari Sehat Q Capung Indah Abadi, Magelan.
21. Stanson - PT Rajawali Sukses, Jakarta.
22. Sunni Jang Wang Xeong Ying Dan (pil) - PT Cahaya Pil Teknologi Farmasi, Jakarta

Sumber: BPOM

Kamis, 13 November 2008

"Di Sini Kami Menghargai Perbedaan"


SUASANA belajar di SMK Balai Perguruan Putri, Jln. Kartini Bandung. SMK BPP merupakan salah satu sekolah inklusif yang menerapkan pola pembelajaran menggabungkan siswa normal dengan siswa ABK (anak berkebutuhan khusus).* NURYANI/"PR"

"TUJUH belas Mei 1982. Hari apa itu?" ujar seorang guru bertanya.


Dengan lantang siswa kelas X SMK Balai Perguruan Putri Kota Bandung bernama Mamo menjawab, "Senin."

Seorang lainnya bertanya kembali. "Hari apakah 6 Mei 1980?" Tak lebih dari 10 detik, Mamo kemudian menjawab, "Selasa."

Ya, Mamo memang bukan anak biasa. Dia memiliki kemampuan lebih dalam hal hitung-menghitung. Namun di balik kelebihannya ini, ada hal lain yang membuatnya berbeda dengan siswa lain di SMK yang terletak di Jln. Kartini Kota Bandung tersebut. Mamo adalah salah satu dari sekian anak berkebutuhan khusus (ABK) yang bersekolah di satu-satunya SMK yang membuka layanan inklusif di Kota Bandung.

Bersama kurang lebih 30 ABK lainnya, Mamo bergabung dengan siswa normal lainnya yang juga bersekolah di SMK dengan keahlian tata boga dan tata busana tersebut. "Saya bisa masak. Semua bisa, ayam goreng, nasi goreng, apa pun. Rasanya juga enak lho," ucapnya memamerkan kemampuan memasaknya.

Lain Mamo, lain pula dengan Jakaria. Siswa kelas XI SMK BPP ini lebih suka berbincang berbagai hal dengan siapa pun, termasuk gurunya. Pada waktu belajar di kelas, terkadang kegiatan belajar harus terhenti sejenak manakala Jaka, begitu dia biasa disapa, ingin ngobrol dengan gurunya. "Saya ini autis. Autis asperger," ujar Jaka yang menginjak usia 17 tahun. Menurut situs wikipedia, asperger adalah satu gejala autisme di mana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya sehingga kurang begitu diterima.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Uus Rusmansyah mengatakan, di SMK BPP, bukan hanya siswa autis seperti Jaka dan Mamo yang terdaftar, melainkan ABK lainnya seperti siswa tunagrahita, tunadaksa, tunarungu, atau tunawicara juga ada yang bersekolah di SMK BPP. "Kelasnya kita satukan dengan siswa normal walaupun terkadang sulit untuk mengatur siswa ABK ini. Apalagi, guru-guru di sini adalah guru-guru umum dan tidak ada pendamping khusus untuk anak-anak ini. Akan tetapi, kami ingin anak-anak ini bisa bersosialisasi dengan siswa lainnya," katanya.

Uus menjelaskan, kesulitan terutama ketika menghadapi siswa ABK yang sulit untuk diperintah dan mengikuti proses pembelajaran dengan tenang. Bahkan tidak jarang, terjadi sedikit kekacauan terutama ketika pelajaran praktik diberikan.

"Di kelas misalnya, kalau si anak ingin pulang atau keluar, ya dia akan keluar. Bahkan, ketika praktik memasak, pernah ada anak yang terluka karena siswa ABK ini menodong-nodongkan pisau kepada temannya. Sekarang khusus untuk praktik kita pisahkan. Selain itu, mereka juga terus diawasi oleh gurunya," ucapnya.

Meski punya kelemahan, Uus mengatakan, tidak sedikit dari para lulusannya yang berkategori ABK berhasil meraih kesuksesan dan mampu melanjutkan studinya sampai ke perguruan tinggi. Salah satu siswanya bahkan pernah dikirim ke Paris Prancis karena keahliannya dalam mendesain pakaian. "Jaka misalnya, dia lihai sekali soal komputer, membuat program atau mendesain blog. Terkadang untuk ujian atau ulangan, dia selalu minta dikirim via e-mail. Kalau disuruh untuk menulis lebih sulit karena dia tidak suka menulis," tuturnya. (Nuryani/"PR")***

Piramid Baru Ditemukan di Mesir


Egyptian Supreme Council of Antiquities
Setelah ribuan tahun terkubur di bawah pasir, piramid yang merupakan makam Ratu Shesheshet ditemukan di kawasan Saqqara, Mesir.


KAIRO, RABU - Sebuah piramid baru yang diperkirakan berusia 4300 tahun ditemukan dalam penggalian di gurun pasir Mesir. Piramid tersebut diduga makam Ratu Sesheshet, ibunda Raja Firaun Teti yang merupakan peletak dinasti keenam Mesir. 


"Ini mungkin piramid sekunder paling lengkap yang ditemukan di Saqqara," ujar Zahi Hawass, Kepala Dewan Purbakala Mesir (SCA). Temuan tersebut merupakan piramod ketiga yang ditemukan di sekitar piramid utama Teti dan piramid kedua yang ditemukan di Saqqara sepanjang tahun ini.

Para arkeolog menemukan reruntuhan piramid tersebut di bawah pasir pada kedlama 7 meter. Mereka berhasil mengidentifikasi struktur pondasinya dan mengukur bahwa kemiringan sudut dinding penutupnya sebesar 51 derajat. Dengan perkiraan tersebut, para arkeolog Mesir dapat memperkirakan bahwa tinggi piramid sekitar 14 meter. Sementara luas pondasinya sekitar 22 meter persegi.

Kawasan tempat ditemukannya piramid tersebut belum pernah digali sebelumnya. Para arkeolog yang telah melakukan penggalian di kawasan tersebut selama 20 tahun tidak menyangka daerah yang dikira hanya hamparan pasir ternyata merupakan kuburan sebuah piramid.

Meski demikian, para pencuri sepertinya sudah lebih dulu mengatahui keberadaan piramid tersebut. Sebab, saat ditemukan, sudah ada lubang yang mungkin dibuat para pencuri untuk masuk ke ruang makam Ratu Sesheshet untuk menguras hartanya.

WAH 
Sumber : National Geographic News

Pusat Studi Islam Terbaik Eropa Ada di London


By Republika Contributor
Kamis, 13 November 2008 pukul 10:40:00 

 
IOL
TERBAIK : Masjid sekaligus pusat studi Islam di London Utara menang penghargaan Islamic Center Terbaik Eropa.



LONDON — Setelah kompetisi selama dua bulan berdasar nominasi dan pandangan para audiens, Masjid Agung di London Utara akhirnya memenangkan Islamic Center Terbaik di Eropa. Kompetisi dan penghargaan ini sendiri merupakan gagasan komunitas maya dari situs berita islam online IslamOnline.net (IOL)

"Sangat menyenangkan mendengar kita meraih sesuatu. Terimakasih ya Allah," ujar Ahmed Saad, Imam di Masjid Pusat London Utara.

Kompetisi ini mulai di gelar pada tanggal 15 September lalu di halaman European Muslims, yakni dengan menanyakan para komunitas Muslim Eropa untuk menominasikan pusat studi Islam favorit mereka.

Kriteria untuk nominasi termsuk layanan berbasis komunitas, program pendidikan dan kebudayaan, proyek-proyek bantuan pendanaan, juga fasilitas lain khususnya pemberdayaan bagi perempuan dan remaja.

Dalam 45 hari sesuah itu, email pun membanjir. Skor tertinggi untuk nominasi pun jatuh pada Masjid Agung London Utara, menjadikan tempat ibadah sekaligus pusat studi islam itu meraih penghargaan Pusat Studi Islam Terbaik Eropa.

Kemudian, Masjid Agung London, dan Masjid London Timur menyusul di tempat kedua dan ketiga. Ketiga pemenang ini akan menjadi percontohan, juga dalam pemberitaan IOL, bagi pusat Islam yang lain.

Ahmedd, sang imam akan menjadi didapuk mengadakan dialog secara langsung (live) dengan anggota komunitas situs tersebut. Perwakilan kedua pusat di posisi kedua dan ketiga tadi juga akan diundang dalam Dialog Langsung serupa dalam beberapa hari mendatang.

Komunitas Adalah yang Utama

Ahmed meyakini jika masjidnya memenangkan puncak kompetisi berkat contoh dalam memberikan layanan berbasis komunitas. "Kami melayani seluruh jamaah, perempuan, remaja, orang tuan," ujar Imam kelahiran Mesir itu.

"Orang secara umu menyukai aktivitas murni, dan ini yang coba kita hadirkan," kata Ahmed. Ia mengatakan prioritas utama di dalam masjidnya yakni pemuda, dan ia menambahkan fasilitas kebugaran dan club pemuda menjadi beberapa fasilitas untuk komunitas.

"Remaja masjid kita menciptakan program yang dapat menarik para pemuda datang ke masjid,"

Pusat Islami yang dulu dikenal bernama Masjid Finsbury Park juga menawarkan pendidikan dalam rentang cukup lebar dan program-program kebudayaan yang mengusung berbagi aspek dalam komunitas.

"Kami berupaya meliputi aspek dalam komunitas yang tidak dipedulikan orang lain. Ini membuat masjid menjadi tempat yang menarik bagi mereka," ujar imam Ahmed.

"Saat ini kami menjalankan aktivitas dalam masjid dengan menggunakan bahasa Arab, Inggris, Somalia, Kurdistan, Albania, Urdu, dan Bengali," tutur Ahmed.

"Juga berbagai macam kursus, program ketrampilan untuk penghidupan, pertemuan antar keluarga, kelas-kelas pendidikan, kelas baca dan pemahaman Al Qur'an untuk wanita dan anak-anak. Itu semua dilakukan di bermacam bahasa," ungkap Ahmed panjang lebar.

Imam muda itu juga menyatakan selain itu, mereka juga masih memiliki banyak rencana yang masih tersimpan. "Kami ingin membawa keterlibatan remaja lebih banyak dan meminta lebih banyak komunitas untuk terlibat," ujar Ahmed.

"Memang bukan pekerjaan mudah, namun itu mungkin diraih selama ada kesungguhan dan dedikasi," ujar Ahmed penuh keyakinan./it

Kuda-kuda di Jalan Gajah

Hindari Konflik, Kawasan Tamansari dan Ganeca Perlu Ditata

PEMILIK kuda tunggang berlari mendampingi seorang anak yang berkuda berkeliling Jln. Ganeca dan Jln. Gelapnyawang, Kota Bandung, beberapa waktu lalu. Diperkirakan lebih dari setengah abad kuda tunggang hadir di kota Bandung.* HARRY SURJANA/"PR"

Ganesha atau Ganeca dalam kebudayaan Hindu adalah putra Dewa Syiwa Parwati yang berkepala gajah. Ia merupakan dewa kecerdasan, kebijaksanaan, serta pelindung seni dan ilmu pengetahuan. Namanya sering kali digunakan untuk menandakan tempat atau jalan, termasuk di Kota Bandung.

Jalan sepanjang kurang lebih satu kilometer ini tepat berada di depan kampus ITB dengan ujung barat berada di Jln. Tamansari (Kebun Binatang) dan ujung timur berada di Jln. Ir. H. Djuanda (Dago). ITB juga menggunakan Dewa Ganesha sebagai lambang civitas-nya.

Akan tetapi, gajah sama sekali tidak terdapat di Jln. Ganeca. Binatang yang banyak dijumpai di sana justru kuda yang keberadaannya dijadikan sarana rekreasi alami andalan Kota Bandung. Setiap akhir pekan, banyak pengunjung terutama dari luar kota yang datang ke kawasan itu untuk merasakan sensasi berkuda atau naik delman.

Lokasinya yang berdekatan dengan kebun binatang dianggap sangat strategis untuk dijadikan lokasi usaha penyewaan kuda. Pertumbuhan aktivitas masyarakat pun terus meningkat di sekitar jalan ini, seperti penjualan makanan dan minuman.

Diperkirakan, lebih dari setengah abad kuda tunggang hadir di Kota Bandung. Menurut Ginda, salah seorang pengurus perkumpulan Kuda Tunggang dan Keretek Jalan Ganesha, hingga kini, sekitar 120 tukang kuda "beroperasi" dengan rute Jln. Ganeca-Tamansari-Gelapnyawang. Meski begitu, tidak semua tukang kuda datang setiap hari karena kebanyakan berdomisili di Lembang, Kab. Bandung Barat.

"Senin hingga Jumat hanya sekitar 50-60 tukang kuda yang datang. Sabtu dan Minggu jumlahnya meningkat. Saat musim liburan, tukang kuda yang datang lebih banyak lagi karena pengunjungnya pun ramai," kata Ginda.

Bisnis wisata kuda di Jln. Ganeca terdiri atas enam bendi (delman beroda empat) dan tujuh keretek (delman beroda dua yang terbuat atas ban mobil) serta sisanya adalah kuda tunggang. 

Namun, sejak dekade ’90-an, wisata kuda tidak lagi terpusat di Jln. Ganeca. Di beberapa tempat lain juga mulai bermunculan, seperti di Jln. Cilaki dan sekitar Jln. Dipati Ukur (Monumen Perjuangan Jawa Barat). Akibatnya, sejak 2004, wisata kuda di Jln. Ganeca mengalami penurunan pengunjung.

**

Selain menjadi alternatif kegiatan wisata, keberadaan kuda yang bersinggungan langsung dengan pengguna jalan raya kerap kali membawa masalah. Masih segar dalam ingatan ketika beberapa waktu lalu seorang bocah berusia tiga tahun tewas terseret kuda yang ditungganginya setelah kuda itu ditabrak mobil.

Menurut planolog ITB, Hetifah Sjaifudian Siswanda, adanya wisata kuda menjadi salah satu penyebab semakin semrawutnya lalu lintas di sekitar Jln. Ganeca. "Keberadaan kuda-kuda itu sebenarnya dapat menjadi sarana rekreasi ruang terbuka yang sudah sulit ditemukan di Bandung. Tak hanya itu, dengan bersentuhan dengan binatang (kuda), bisa menjadi sarana edukasi yang baik bagi tumbuh kembang anak," ujarnya.

Akan tetapi, kini kondisinya tidak lagi kondusif. Saat ini, hak pejalan kaki, pengguna sepeda, dan kuda wisata di Jln. Ganeca dan Jln. Tamansari terampas oleh kepentingan pengendara mobil dan motor. Bahkan, aturan dan rambu lalu lintas pun banyak yang dibuat agar meleluasakan para pengemudi kendaraan bermotor.

Jln. Tamansari memang merupakan akses utama bagi sebagian besar masyarakat, mahasiswa, anak sekolah, dan pegawai pemerintahan. Untuk itu, Hetifah menyatakan perlunya dibuat satu aturan mengenai lalu lintas di sekitar Jln. Tamansari agar terhindar dari kemacetan yang parah dan lebih jauh lagi dari kecelakaan yang dialami pengguna jalan lainnya.

"Bukan tidak mungkin jika nanti jalur jalan itu dibebaskan dari angkutan umum ataupun kendaraan bermotor lainnya, khususnya pada akhir pekan. Dengan begitu, pada saat itu, orang tua akan lebih leluasa untuk meng-izinkan anaknya menunggangi kuda karena tak khawatir terserempet mobil. Memang, perlu kerja sama banyak pihak seperti, pemda, komunitas masyarakat (karang taruna), pihak kampus, pihak yang mewakili pengemudi angkot, hingga orang tua dan masyarakat sekitar," katanya.

Selain kecenderungan menambah keruwetan dan konflik kepentingan di jalan raya, keberadaan kuda-kuda di Jln. Ganeca juga sedikit memprihatinkan apabila dilihat dari kacamata kesehatan. Kotoran kuda yang merupakan endemik dari bakteri tetanus (Clostridium tetani) banyak berserakan di kawasan itu. Padahal, di sekitarnya banyak penjual makanan, terutama kaki lima. 

Kepala UGD RSHS dr. Tri Wahyu Murni mengatakan, kotoran kuda tidak akan bermasalah bagi manusia selama tidak terdapat infeksi (luka). "Pemakaian celana untuk kotoran kuda pun dapat membantu untuk mengurangi jumlah kotoran di jalanan sehingga memperkecil terjadi penularan bakteri tetanus ke manusia," katanya.

Selain berbahaya bagi manusia, kotoran kuda ternyata juga dapat membahayakan kuda itu sendiri. Menurut Kabag Perawatan Hewan Kebun Binatang Bandung drh. Fathul Bari, jika terisap, kotoran kuda dapat mengiritasi paru-paru karena kandungan amoniaknya yang sangat tinggi. "Memang gejalanya sukar diketahui secara pasti, namun jika mulai parah akan terjadi beberapa gejala, seperti nafsu makan berkurang dan kuda menjadi kurang lincah," ujarnya.

Sementara itu, kuda yang sering bersinggungan dengan kendaraan bermotor berpotensi keracunan timah hitam. Tingginya kadar karbon dioksida di udara serta adanya hujan asam yang sering terjadi belakangan ini juga memberikan dampak negatif terhadap kesehatan kuda. Tidak heran jika dalam jangka lima tahun terakhir banyak kuda yang mati. (Eva Fahas)***

Menyikapi Lahirnya Era Penyiaran TV Digital


Dok Depkominfo / Kompas Images
Seorang tenaga ahli dari Jepang sedang menunjukkan beberapa fitur dan aplikasi dalam siaran TV digital di negeri itu kepada delegasi Indonesia yang sedang melakukan studi banding berkait dengan rencana migrasi TV analog ke digital di Indonesia.


MESKI tak diwarnai dengan perayaan yang gegap-gempita, pada 13 Agustus 2008 Indonesia telah menapak ke pintu teknologi penyiaran televisi digital. Peristiwa itu berupa soft launching siaran TV digital oleh TVRI. Langkah ini jelas akan menjadi lokomotif bagi perubahan yang bakal cukup radikal di bidang penyiaran televisi nasional.

Perubahan atau penyesuaian itu tak hanya di sisi penyedia konten dan infrastruktur penyiaran, tetapi juga di masyarakat. Sudah jamak diketahui bahwa masyarakat makin mengandalkan televisi sebagai media informasi sekaligus hiburan, yang ditandai kian tahun kian meningkat peredaran jumlah pesawat televisi. Saat ini ada sekitar 40 juta unit televisi yang ditonton lebih dari 200 juta orang.

Langkah awal perubahan ini bakal menjadi era baru bagi dunia industri televisi nasional, menggantikan era penyiaran televisi analog yang dimulai pada 17 Agustus 1962 berupa siaran percobaan TVRI dalam acara HUT Proklamasi Kemerdekaan XVII Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta. Pada 24 Agustus 1962, TVRI mengudara pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Teknologi TV digital dipilih karena punya banyak kelebihan dibandingkan dengan analog. Teknologi ini punya ketahanan terhadap efek interferensi, derau dan fading, serta kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan (recovery) terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman/transmisi sinyal. Perbaikan akan dilakukan di bagian penerima dengan suatu kode koreksi error (error correction code) tertentu. Kelebihan lainnya adalah efisiensi di banyak hal, antara lain pada spektrum frekuensi (efisiensi bandwidth), efisiensi dalam network transmission, transmission power, maupun consumption power.

Di samping itu, TV digital menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih stabil dan resolusi lebih tajam ketimbang analog. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak (multipath). Pada sistem analog, efek lintasan jamak menimbulkan echo yang berakibat munculnya gambar ganda (seakan ada bayangan).

Kelebihan lainnya adalah ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi karena pergerakan pesawat penerima (untuk penerimaan mobile), misalnya di kendaraan yang bergerak, sehingga tidak terjadi gambar bergoyang atau berubah-ubah kualitasnya seperti pada TV analog saat ini.

Standar DVB-T dan DAB

Pemerintah telah memutuskan sistem Digital Video Broadcasting-Terrestrial (DVB-T) sebagai standar nasional Indonesia karena dari hasil uji coba yang dilakukan oleh Tim Nasional Migrasi TV dan Radio dari Analog ke Digital, teknologi DVB-T lebih unggul dan memiliki manfaat lebih dibandingkan dengan teknologi penyiaran digital lainnya.

Teknologi ini mampu memultipleks beberapa program sekaligus, di mana enam program siaran dapat ”dimasukkan” ke dalam satu kanal TV berlebar pita 8 MHz, dengan kualitas jauh lebih baik. Ibarat satu lahan, yang semula hanya dapat dimanfaatkan untuk satu rumah, dengan teknologi ini mampu dibangun enam rumah dengan kualitas bangunan jauh lebih baik dan kapasitas ruangan lebih banyak. Di samping itu, penambahan varian DVB-H (handheld) mampu menyediakan tambahan sampai enam program siaran lagi untuk penerimaan bergerak (mobile). Hal ini sangat memungkinkan bagi penambahan siaran-siaran TV baru.

Bagi industri radio, secara logis akan ditentukan penggunaan teknologi DAB (Digital Audio Broadcasting) yang dikembangkan sebagai penyeimbang teknologi DVB-T sebagaimana sudah diimplementasikan di lebih dari 40 negara, khususnya negara-negara Eropa. Teknologi DAB bila dikembangkan menggunakan teknologi Digital Multimedia Broadcasting (DMB), yaitu dengan menambahkan DMB multimedia prosesor, akan mampu menyiarkan konten gambar bergerak sebagaimana siaran TV. Hal ini telah menstimulasi para pelaku industri radio untuk mengembangkan bisnisnya dengan menambah konten berupa gambar bergerak, seperti informasi cuaca, peta jalan, video clip, dan film, sebagaimana yang terjadi di industri televisi.

Berbeda dengan industri TV yang harus secara total bermigrasi ke digital karena tuntutan perkembangan teknologi, migrasi digital dalam industri radio hanya sebuah pilihan karena teknologi radio FM dianggap sudah cukup memiliki kualitas dan efisiensi yang baik. Apalagi belum lama ini pemerintah baru selesai menata ulang alokasi frekuensi radio FM yang berkonsekuensi pada perpindahan frekuensi bagi sebagian besar operator radio dan timbulnya biaya investasi tambahan bagi operator radio tersebut. Teknologi radio FM tetap akan bertahan sampai belasan tahun ke depan.

Pertimbangan migrasi

Implementasi sistem TV digital di Eropa, Amerika, dan Jepang sudah dimulai beberapa tahun lalu. Di Jerman, proyek ini telah dimulai sejak tahun 2003 untuk kota Berlin dan tahun 2005 untuk Muenchen dan saat ini hampir semua kota besar di Jerman sudah bersiaran TV digital. Belanda telah memutuskan untuk melakukan switch off (penghentian total) siaran TV analognya sejak akhir 2007. Perancis akan menerapkan hal sama pada tahun 2010. Inggris sejak akhir 2005 telah melakukan uji coba mematikan beberapa siaran analog untuk menguji penghentian total sistem analog bisa dilakukan pada tahun 2012. Kongres Amerika Serikat telah memberikan mandat untuk menghentikan siaran TV analog secara total pada 2009, begitu pula Jepang pada 2011.

Negara-negara di kawasan Asia juga sudah mulai melakukan migrasi total. Di Singapura, TV digital diluncurkan sejak Agustus 2004 dan saat ini telah dinikmati lebih kurang 250.000 rumah. Di Malaysia, uji coba siaran TV digital juga sudah dirintis sejak 1998 dengan dukungan dana sangat besar dari pemerintah dan saat ini siarannya sudah bisa dinikmati lebih dari 2 juta rumah.

Keputusan pemerintah atas penggunaan DVB-T sebagai standar TV digital terestrial akan menjadi lokomotif terjadinya migrasi dari era penyiaran analog menuju era penyiaran digital di Indonesia. Pilihan ini membuka peluang ketersediaan saluran siaran yang lebih banyak, yang berimplikasi dalam banyak aspek. Untuk itu, peran pemerintah menjadi sangat strategis dalam mempersiapkan pengembangan sumber daya manusia yang mampu mengisi dan menjadi pelaku industri penyiaran digital. Momentum penyiaran digital ini diharapkan dapat menjadi pemicu tumbuh dan berkembangnya kemandirian bangsa.

Peran pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika memang terlihat cukup besar. Banyak hal yang telah dilakukan, antara lain pembentukan tiga working group (WG), yaitu WG Regulasi TV Digital, WG Master Plan Frequency, dan WG Teknologi Peralatan untuk Persiapan Implementasi TV Digital. Selain itu, telah dilakukan pembentukan konsorsium uji coba TV digital, pembagian set-top box (STB) kepada perwakilan masyarakat, sampai dengan kegiatan sosialisasi ke berbagai daerah yang melibatkan beragam unsur masyarakat.

Partisipasi aktif pemerintah dalam implementasi teknologi TV digital ini menjadi penting karena migrasi ini akan menimbulkan revolusi di bidang penyiaran. Tulisan Bambang Heru Tjahjono, ketua WG Teknologi Peralatan Depkominfo di Kompas (12/9), dengan jelas mengajak pentingnya keberpihakan pemerintah dalam pengembangan industri nasional dalam implementasi TV digital ini.

Potensi

Banyak potensi industri nasional yang perlu dikembangkan dan dilibatkan untuk berpartisipasi dalam implementasi TV digital ini, seperti PT INTI, Polytron, Panggung, dan Xirka Chipset yang sudah siap dalam industri STB nasional. Begitu pula PT LEN yang telah memfokuskan diri dalam produksi perangkat transmisi. Di samping itu, ada beberapa production house (PH) yang telah siap dalam memproduksi konten berteknologi digital. Peran aktif mereka perlu disambut dan bahkan dipacu agar dapat memberikan kontribusi yang semakin konvergen menuju implementasi teknologi TV digital ini.

Pemerintah perlu memberikan semacam insentif bagi industri nasional yang ingin berpartisipasi dalam produksi perangkat TV digital agar tidak kalah bersaing dengan pelaku industri dari negara lain yang secara agresif telah masuk ke Indonesia, seperti China dan Korea. Apalagi beberapa industri nasional kita sudah siap untuk melakukan customized produknya agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia, seperti penambahan fitur Electronic Program Guide (EPG) versi Indonesia, Early Warning System (EWS), fitur Interactivity yang lebih baik, dan tidak kalah penting fitur Peoples Meter yang dapat memberikan fungsi viewer rating dan Polling System yang merupakan komponen penting dalam industri siaran TV.

Fitur terakhir ini sangat penting agar industri TV kita tidak berada dalam kondisi ”terjajah” dan sangat bergantung kepada lembaga survei asing, yang akurasi hasil rating-nya belum tentu dapat dipertanggungjawabkan.

Bernardus Satriyo Dharmanto Pemerhati Konvergensi Teknologi

Antivirus AVG Bikin Crash


AVG

JAKARTA, KAMIS – Serba salah deh. Jika tidak pasang antivirus, komputer kita rentan serangan virus. Namun pasang antivirus pun belum tentu aman, sementara kinerja komputer sudah pasti melambat saat antivirus bekerja. 


Akan tetapi karena mencegah lebih baik daripada mengobati, memang sebaiknya kita memasang program antivirus. Dan biasanya antivirus – khususnya yang ternama - bekerja dengan baik. Sayangnya sebuah scanner antivirus gratis yang cukup terkenal, AVG, baru-baru ini justru menciptakan masalah bagi penggunanya. 

Program antivirus itu keliru mendeteksi user32.dll – sebuah komponen vital dalam Windows – sebagai penampung (container) bagi trojan horses PSW.Banker4.APSA atau Generic9TBN. Ketika scanner diaktifkan, AVG mengamsumsikan bahwa file kritikal tersebut adalah virus dan langsung menghapusnya, yang mengakibatkan sistem penggunanya crash. 

Masalah ini muncul gara-gara file definisi virus baru. Karena itu AVG merekomendasikan para pengguna antivirusnya yang menerima definisi update secara otomatis untuk mematikan fitur Auto Update dan membatalkan proses scan yang sedang dijalankannya. 

Awalnya masalah ini terisolir pada sistem Windows XP, tetapi ada juga pengguna Vista yang melaporkannya. Komputer yang terpengaruh sama sekali tidak bisa booting atau akan melakukan rebooting berulang tanpa berhenti. 

Untuk mengatasinya, Anda harus melakukan proses perbaikan yang menyebalkan, yang mencakup instalasi ulang Windows, memperbaiki sistem operasi dengan disk Windows, atau menggunakan disc boot untuk mengambil file-file yang Anda perlukan dari direktori C:-Windows-System32-dllcache. 

AVG 7.5 dan AVG 8.0 terpengaruh oleh definisi file yang kacau ini. Namun ada berita baik: saat ini file tersebut sudah diperbarui.

WIEK

Bubuhkan Nomor Halaman pada Notepad


PCPLUS

Ada cara untuk memberikan nomor halaman pada dokumen yang dibuat dengan si penyunting teks yang amat sederhana bernama Notepad. Caranya seperti ini.


1. Setelah dokumen dibuka dengan Notepad, klik menu [File] > [Page Setup].

2. Setelah mengisi “Paper Size”, “Paper Source”, “Orientation”, dan “Margins”, sekarang lihatlah pada ”Header” dan “Footer”.

3. Jika Anda ingin membubuhkan halaman pada bagian atas halaman, isilah bagian Header. Tapi, kalau Anda ingin nomor halaman muncul di bawah, isikan “Footer”. Isikan salah satu (atau keduanya) dengan “&p”. Anda bisa juga mengisikannya dengan “Halaman &p” agar ketika dokumen dicetak, muncul “Halaman 1”, “Halaman 2”, “Halaman 3” dan seterusnya.

4. Nomor halaman biasanya muncul di tengah. Bila Anda ingin menampilkan halaman tersebut di bagian kiri, maka bubuhkan lagi “&l”. Kalau mau di tengah bubuhkan “&c” atau “&r) untuk membubuhkan nomor halaman di kanan. Contoh penulisannya jadi begini: “&l Halaman &p”.

5. Bukan hanya nomor halaman yang bisa dimunculkan. Anda juga bisa membubuhkan nama file. Bubuhkan “&f” untuk menampilkan nama file. Tambahkan “&t” untuk membubuhkan waktu pembuatan file.

Sumber: PCplus

Rabu, 12 November 2008

Mengatasi Proses Defrag yang Bermasalah


SEAGATEh

Kadang-kadang, ketika kita sedang melakukan defrag harddisk, muncul pesan “Error Defragmenting Drive C, Windows cannot finish defragmentting this drive because it has encountered a problem. Click Help and carry out the instructions for running Scan Disk, and then try defragmenting again”. Setelah itu, proses defrag berhenti.


Jangan langsung panik! Ikuti dulu saran yang diberikan Windows pada pesan kesalahan tadi, yakni menjalankan Scan disk untuk memeriksa kondisi harddisk. Begitu Scan disk selesai, coba defrag lagi. 

Nah, kalau saran Windows sudah dijalankan, tetapi harddisk masih emoh di-defrag, ikuti trik ini.
1. Klik [Start] > [Settings] > [Folder Options…].
2. Pilih tab [View], kemudian klik opsi [Show all files].
3. Tekan [OK] untuk keluar dari jendela “Folder Options”.
4. Klik [Start] > [Find] > [Files or Folders].
5. Ketik “applog” pada kolom “Name:”, dan pada combo box “Look in:” pilih drive [C].
6. Beri tanda centang pada kotak [Include subfolders].
7. Lakukan pencarian dengan mengklik [Find now].
8. Setelah pencarian berakhir, hapuslah semua file yang ditemukan (kecuali folder C:-WINDOWS-applog) kemudian klik ganda folder applog dan hapus seluruh isi folder yang ada di dalamnya.
9. Tutup jendela pencarian dan jalankan kembali Disk Defragmenter.

Sumber: PCplus

Cermati Razia Yang Dilakukan Polisi


TRIBUN BATAM/IMAN

JAKARTA, RABU - Jika pengendara mobil atau motor diberhentikan petugas polantas dan kemudian mengatakan sedang dilakukan razia, jangnan buru-buru menyerahkan surat-surat motor. Terlebih jika Anda tidak melakukan kesalahan, kemudian petugas itu hanya beberapa orang dan tidak dilengkapi plang menandakan razia. 


Operasi atau razia lalu lintas (lalin) yang digelar polisi di jalan-jalan harus dilengkapi surat perintah—biasa disingkat sprint— dari pejabat yang berwenang. Jika tidak dilengkapi surat perintah, patut diduga operasi tersebut liar.

Koordinator Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya, Kompol Sambodo Purnomo, mengatakan operasi lalu lintas yang digelar polisi juga harus dipimpin seorang perwira (minimal berpangkat inspektur dua=Ipda). ”Kalau operasi lalin resmi harus dipasang plang pemberitahuan bahwa ada operasi dan petugas dilengkapi surat perintah dari pejabat berwenang, Jika di wilayah bisa dari kapolsek,” ujar Sambodo di Jakarta, Selasa (11/10).

Ada beberapa aturan yang harus ditaati, lanjut Sambodo jika akan menggelar operasi, baik oleh polisi lalu lintas maupun polisi samapta. Misalnya, harus dipasang plang pemberitahuan kepada pengendara bahwa sedang digelar operasi lalu lintas. ”Target operasinya juga harus jelas, apakah operasi pekat, senjata tajam, narkoba, atau operasi lalu lintas,” ujarnya.

Pengendara yang diperiksa juga berhak menanyakan kepada petugas surat perintah operasi atau menanyakan maksud dari operasi tersebut. ”Kalau tidak ada surat perintah, bisa jadi operasi tersebut liar. Tapi, terkadang plang yang dipasang ketabrak kendaraan yang melintas,” katanya. Operasi resmi, katanya, minimal melibatkan 10 petugas. ”Kalau hanya dua petugas, operasi itu tidak resmi,” ujarnya. 

Operasi yang dinilai tidak resmi sering ditemui di sejumlah ruas jalan di Jakarta. Warta Kota beberapa kali menemui adanya operasi ‘liar’ yang dilakukan polisi di Jalan Manggabesar Raya, Jakarta Barat; Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat; dan Jalan KH Hasyim Asyari, Jakarta Pusat. 

Biasanya dua petugas berdiri di pinggir jalan yang penerangannya minim. Sasarannya adalah pengendara sepeda motor yang tidak memakai helm, ngebut, atau menyerobot lampu lalu lintas. Tapi, sering kali pengendara yang distop karena melanggar aturan lalu lintas tidak pernah dikenai tilang. Penyelesaian dilakukan melalui jalan ‘damai’.

wid

Selasa, 11 November 2008

Tim Indonesia Juara Pertama Overclock Dunia


OC-ARENA.COM
Wajah jawara overclock Master Overclock Arena. Keduanya berhasil mencatatkan rekor 7,5 detik untuk lomba SuperPI 1M.


TAIPEI, SENIN – Akhirnya terbukti juga bahwa overclocker Indonesia memang nomor satu. Dalam MOA (Master Overclock Arena) 2008 yang berakhir pada 9 November lalu di Taipei, pasangan Alva Jonathan dan Rekky dari Indonesia berhasil keluar sebagai juara pertama. 


Alva dan Rekky mencatatkan skor SuperPI 1M 7,5 detik, terbaik di antara 13 tim yang berlaga. Maka pasangan ini pun berhak membawa pulang hadiah pertama berupa uang tunai US$ 3000 dan satu set motherboard MSI Eclipse SLI (chipset Intel X58). 

Juara kedua dan ketiga masing-masing diraih oleh Hipro5 dan Grahellas dari Yunani (7,687 detik), dan Lin Yuan Ming dan Suen Jheng Dong dari Taiwan (7,781 detik). Acara final lomba juga dimeriahkan oleh kehadiran pakar overclocking Taiwan Coolaler dan Janet Hsieh, pembawa acara Discovery Taiwan pada program TV Discovery Channel.

Pada lomba SuperPI 1M di MOA, rekor SuperPI 1M yang dicatatkan oleh lomba serupa oleh merek lain (dan prosesor Intel Quad-Core) juga berhasil dipecahkan oleh 10 tim peserta. Ke-10 tim tersebut menggunakan motherboard MSI P45D3 Platinum dengan prosesor Intel Core 2 Duo E8600 dual-core. 

Total ada 24 peserta yang tergabung dalam 13 tim dari seluruh dunia yang berpartisipasi dalam final kejuaraan overclock MOA yang digelar di ibukota Taiwan ini. Sebelumnya perlombaan penyisihan telah digelar di lebih dari 30 negara. Untuk kawasan Asia Tenggara, tahap penyisihan lomba overclock ini dijuluki IronTech dan dilakukan di Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. 

Sekadar informasi, perlombaan overclock biasanya diselenggarakan oleh produsen motherboard (seperti Asus, Gigabyte, MSI) dengan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait. MOA misalnya, diselenggarakan oleh MSI, Intel dengan dukungan delapan perusahaan lain. Tujuan dari MOA tak lain adalah menciptakan sejarah baru dalam overclocking.

Sebagai kelanjutan dari MOA dan untuk memenuhi tuntutan para peserta lomba, MSI akan meluncurkan paket motherboard/kartu video MOA Commemorative Limit Edition.

WIEK

Senin, 10 November 2008

Bahasa Pejabat dan Media Disorot

Penggunaan Akronim Sudah Kebablasan

MENTERI Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo (kiri) menyerahkan penghargaan kepada para pemenang berbagai lomba dalam menyambut Tahun Bahasa. Penyerahan itu dilakukan pada pembukaan Kongres IX Bahasa Indonesia di Hotel Bumi Karsa, Jakarta, Selasa (28/10) lalu.* MUHAMMAD KADAPI

BERBAGAI persoalan kebahasaan dan kesastraan dibahas pada Kongres IX Bahasa Indonesia di Hotel Bumi Karsa, Jakarta, 28 Oktober - 1 November 2008 lalu. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional sebagai penyelenggara, tidak hanya menerima masukan dari para ahli bahasa, tetapi juga dari berbagai kalangan, karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional milik semua warga negara Indonesia dan pihak-pihak lain yang mencintai bahasa persatuan ini.

Persoalan yang muncul antara lain, perlunya peningkatan metode pengajaran bahasa Indonesia, pelestarian bahasa daerah, perlunya keseragaman dalam penyerapan kata-kata bahasa asing (terutama di media massa), perbaikan bahasa para pejabat, pengutamaan kata-kata bahasa daerah sebagai lema baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penertiban akronim, dan lain-lain. 

Tak tertib berbahasa

Salah satu hal yang menjadi sorotan pada Kongres IX Bahasa Indonesia ini adalah tidak tertibnya bahasa yang digunakan para pejabat dan media massa. Kritikan-kritikan pedas terhadap bahasa para pejabat muncul pada pleno hari pertama, seusai acara pembukaan. Sementara kritikan terhadap media massa, khususnya televisi, muncul pada salah satu sesi khusus untuk bahasa yang digunakan media massa.

Seorang peserta yang berprofesi sebagai guru bahasa Indonesia mengkritik betapa tidak teraturnya bahasa sebagian pejabat di negeri ini. "Ada pejabat yang bicara panjang sekali, tetapi dalam kalimat yang panjang itu, tidak jelas mana predikatnya. Padahal dalam masyarakat yang paternalistik, pejabat adalah panutan masyarakat," kata guru itu.

Disebutkannya pula, beberapa pejabat sering menyebut kata "merubah". Padahal, kata yang benar adalah "mengubah" karena kata dasarnya ubah. Tidak hanya dalam pengucapan, dalam bahasa surat dinas pun kerancuan berbahasa masih terjadi. 

Dengan kesalahan-kesalahan berbahasa yang tergolong mendasar itu, ada yang mengusulkan agar para pejabat itu harus terlebih dahulu mengikuti kursus bahasa Indonesia yang baik dan benar. Konkretnya, muncul pula usulan agar para pejabat di negeri ini harus lulus UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia).

Dalam kongres tersebut, pihak Kementerian Sekretaris Negara sepakat agar para pejabat bisa berbahasa dengan baik. Selain itu, dalam penyusunan undang-undang, ahli bahasa akan dilibatkan. 

Sementara itu, bahasa media massa disorot karena belum seragam dalam menggunakan kata-kata serapan dari bahasa asing. Boleh jadi, ketidakseragaman ini karena lambannya Pusat Bahasa meluncurkan kata-kata serapan resmi dari bahasa asing, apalagi KBBI hanya terbit lima tahun sekali, berbarengan dengan pelaksanaan kongres.

Apabila dikaitkan dengan kendala ini, muncul gagasan menarik, bahwa untuk mengimbangi pesatnya perkembangan bahasa, sebaiknya Pusat Bahasa menggunakan KBBI daring (dalam jaringan/online) untuk menyosialisasikan kata-kata serapan baru dari bahasa asing yang memang datang begitu deras.

Kepala Pusat Bahasa Dendy Sugono menyanggah anggapan bahwa lembaganya lamban dalam meluncurkan kata-kata serapan dari bahasa asing. Menurut dia, sudah ada 405.000 ungkapan asing dan kata serapan dalam berbagai bidang ilmu yang sudah dibakukan. Sementara itu, ada 182.000 kata yang masih dalam proses penyelarasan. Namun, menurut dia, kalangan pers jarang menggunakannya.

Akronim kebablasan

Media massa juga dikritik karena terlalu sering menggunakan akronim sehingga sering kali menyulitkan pembaca atau pemirsa. Hal ini antara lain dikeluhkan Ny. Manoppo, seorang dosen senior Universitas Sam Ratulangi Manado. 

"Saya selalu membaca koran. Akan tetapi, belakangan ini saya sering tidak bisa menangkap makna karena bahasa koran terlalu banyak akronimnya. Saya pikir ini merusak kebudayaan bangsa. Apakah nantinya kepribadian kita juga dipendek-pendekkan?" katanya menyindir.

Jumlah akronim belakangan ini dinilai sudah kebablasan. Segala sesuatu dibuat akronimnya, tak peduli hal itu akan memusingkan publik atau tidak. Bahkan ada perkiraan, jumlah akronim itu menyamai atau bahkan melebihi jumlah kata-kata baku bahasa Indonesia.

Ada baiknya kalangan pers memerhatikan keluhan publik ini dengan cara membatasi penggunaan akronim dalam pemberitaan atau artikel. Setidaknya, bila akronim itu terpaksa harus dimuat, pada pemunculan pertama hendaknya dicantumkan kalimat atau arti lengkapnya.

Keprihatinan soal membeludaknya penyingkatan-penyingkatan kata juga dikemukakan pakar telematika Roy Suryo yang membahas topik Peran Media Siber dalam Bahasa Indonesia. Dengan kemampuannya, dia menjadi salah seorang pembicara favorit pada kongres tersebut. 

Selain mengungkap kemajuan teknologi media dalam kontribusinya terhadap kecerdasan berbahasa Indonesia, pria bernama lengkap K.R.M.T. Roy Suryo Notodiprojo itu juga membahas menyeruaknya bahasa SMS yang diwarnai penyingkatan-penyingkatan ekstrem, misalnya huruf "g" bisa berarti gue (saya) atau gak (enggak/tidak), maksi (makan siang), ataupun samsi (sama siapa). Gejala-gejala seperti ini tentu akan merusak bahasa Indonesia. Roy berjanji, dia akan selalu menulis kata-kata dalam SMS dengan bahasa yang baik. 

"Kalau Bapak/Ibu tak sempat bertanya kepada saya dalam forum yang singkat ini, silakan bertanya lewat SMS kepada saya, dan saya akan menjawabnya dengan bahasa yang baik, lengkap, tanpa menyingkat-nyingkat kata seperti itu," kata Roy. (Imam Jahrudin Priyanto/"PR")***

Sabtu, 08 November 2008

Tiga Pahlawan Nasional

Natsir, Bung Tomo, dan Abdul Halim
KOMPAS/ALIF ICHWAN / Kompas Images Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan ucapan selamat kepada Ny Sulistina Soetomo (kiri), istri almarhum Bung Tomo atau Soetomo, saat menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputra Adipradana di Istana Negara, Jakarta, Jumat (7/11). Presiden juga menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputra Adipradana kepada keluarga almarhum Dr Mohammad Natsir dan keluarga almarhum KH Abdul Halim.



Sabtu, 8 November 2008 03:00 WIB
Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan dan menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Dr Mohammad Natsir, Mayor Jenderal (Purn) Soetomo atau Bung Tomo, dan KH Abdul Halim. Ketiganya telah mengabdi dan berjasa secara luar biasa kepada negara dan bangsa.
Penetapan Presiden yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 041/TK/Tahun 2008 tertanggal 6 November 2008 itu didasarkan pada hasil sidang Badan Pembina Pahlawan Pusat Tahun 2008 dan sidang Dewan Tanda-tanda Kehormatan RI.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional dalam rangkaian peringatan Hari Pahlawan 10 November 2008 itu dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (7/11).
Natsir, Bung Tomo, dan Abdul Halim dianugerahi gelar Pahlawan Nasional setelah mereka lama meninggal dunia.
Natsir, mantan Perdana Menteri RI (1950-1951) pertama, meninggal dunia 7 Februari 1993. Sutomo, mantan anggota DPR (1956-1959), meninggal pada 7 Oktober 1981.
Abdul Halim, mantan Ketua Umum Persatuan Umat Islam, meninggal pada 7 Mei 1962.
Dalam sejarah Indonesia, Natsir berperan besar ketika menyatakan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dinyatakan pada 17 Agustus 1950 di tengah krisis kredibilitas Republik Indonesia Serikat.
”Mosi Integral” Natsir merupakan salah satu mosi paling bernilai dalam sejarah parlemen dan sejarah kontemporer Indonesia.
Natsir juga salah satu penandatangan ”Petisi 50” untuk mengoreksi kebijakan Presiden Soeharto.
Bung Tomo adalah salah satu tokoh dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya saat melawan Belanda. Ia adalah sedikit dari tokoh pejuang kemerdekaan yang mendapat panggilan kehormatan ”Bung” bersama Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Sjahrir.
Sementara itu, Abdul Halim berperan sejak perjuangan pembentukan dan kemerdekaan Indonesia hingga upaya mempertahankannya dari agresi Belanda.
Abdul Halim juga ikut bergerilya bersama pejuang mempertahankan kemerdekaan dengan basis di sekitar kaki Gunung Ciremai pada Agresi Belanda II.
Ia memimpin penghadangan pergerakan militer Belanda di wilayah Karesidenan Cirebon.
Pengusulan Abdul Halim sebagai Pahlawan Nasional diajukan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat dan organisasi massa Persatuan Umat Islam Jabar. Abdul Halim adalah pahlawan ke-12 yang berasal dari Jabar.

Bintang Mahaputra
Selain tiga gelar Pahlawan Nasional, Presiden juga menganugerahkan Bintang Mahaputra Utama kepada Petta Lolo La Sinrang (almarhum), tokok pejuang Kerajaan Sawitto. Diberikan Bintang Budaya Parama Dharma kepada Wahyu Sihombing (almarhum) dan Marah Roesli (almarhum). (CHE/INU)

Sabtu, 01 November 2008

"Pancakaki", Silaturahim Urang Sunda

Oleh Sukron Abdilah

Hari Lebaran lalu, saya kedatangan tamu dari desa lain. Kakak saya yang paling besar (cikal) memperkenalkannya dan melontarkan kata-kata, "Sok, pancakaki heula maneh teh (Silakan berkenalan dulu kamu ini)". Ternyata, setelah mengobrol panjang lebar, tamu itu adalah keponakan (alo) dari ayah saya (alm), yang telah sekian lama tidak bersilaturahim. Sejak kecil, baru sekarang ia ber-pancakaki dengan keluarga saya karena kebetulan bertemu dengan kakak saya di Jakarta. Ternyata tamu itu satu garis keturunan dengan saya.

Penelusuran garis keturunan (sakeseler) dalam khazanah kesundaan diistilahkan dengan pancakaki. Dalam Kamus Umum Basa Sunda (1993), pancakaki diartikan dengan dua pengertian. Pertama, pancakaki menunjukkan hubungan seseorang dalam garis keluarga (perenahna jelema ka jelema deui anu sakulawarga atawa kaasup baraya keneh). Kita pasti mengenal istilah kekerabatan, seperti indung, bapa, aki, nini, emang, bibi, euceu, anak, incu, buyut, alo, suan, kapiadi, kapilanceuk, aki ti gigir, dan nini ti gigir.

Istilah tersebut merupakan sistem kekerabatan masyarakat Sunda yang didasarkan pada hubungan seseorang dalam sebuah komunitas keluarga. Dalam sistem kekerabatan urang Sunda diakui juga garis saudara (nasab) dari bapak dan ibu, seperti bibi, emang, kapiadi, kapilanceuk, nini ti gigir, dan aki ti gigir.

Kedua, pancakaki juga bisa diartikan sebagai proses penelusuran hubungan seseorang dalam jalur kekerabatan (mapay perenahna kabarayaan). Secara empiris, ketika kita mengunjungi suatu daerah, pihak yang dikunjungi akan membuka percakapan, "Ujang teh ti mana jeung putra saha (Adik itu dari mana dan anak siapa)?" Ini dilakukan untuk mengetahui asal-usul keturunan tamu sehingga sohibulbet atau pribumi akan lebih akrab atau wanoh dengan semah guna mendobrak kekikukan dalam berinteraksi dan berkomunikasi.

Maka, pancakaki pada pengertian ini adalah proses pengorekan informasi keturunan untuk menemukan garis kekerabatan yang sempat putus. Biasanya hal ini terjadi ketika seseorang nganjang ke suatu daerah dan di sana ia menemukan bahwa antara si pemilik rumah dan dirinya ada ikatan persaudaraan. Maka, ada peribahasa bahwa dunia itu tidak selebar daun kelor. Antara saya dan Anda, mungkin kalau ber-pancakaki, ternyata dulur. Minimal sadulur jauh.

Asal-usul keturunan

Menurut Edi S Ekadjati (Kebudayaan Sunda, 2005), urang Sunda memperhitungkan dan mengakui kekerabatan bilateral, baik dari garis bapak maupun ibu. Ini berbeda dengan sistem kekerabatan orang Minang dan Batak yang menganut sistem kekerabatan matriarkal dan patriarkal, yaitu hanya memperhitungkan garis ibu dan garis keturunan bapak.

Pancakaki dalam bahasa Indonesia mungkin agak sepadan dengan silsilah, yakni kata yang digunakan untuk menunjukkan asal-usul nenek moyang beserta keturunannya. Akan tetapi, ada perbedaannya. Menurut Ajip Rosidi (1996), pancakaki memiliki pengertian hubungan seseorang dengan seseorang yang memastikan adanya tali keturunan atau persaudaraan. Namun, menjadi adat istiadat dan kebiasaan yang penting dalam hidup urang Sunda, karena selain menggambarkan sifat-sifat urang Sunda yang ingin selalu bersilaturahim, itu juga merupakan kebutuhan untuk menentukan sebutan masing-masing pihak dalam menggunakan bahasa Sunda.

Mengapa? Sebab, pancakaki sebagai produk kebudayaan Sunda diproduksi karuhun Ki Sunda untuk menciptakan relasi sosial dan komunikasi interpersonal yang harmonis dalam komunitas, salah satunya ajen-inajen berbahasa. Tidak mungkin, jika kita tahu si A atau si B memiliki hubungan kekerabatan dengan kita, dan lebih tua, kita mencla-mencle berbicara tak sopan. Jadi, dengan ber-pancakaki sebetulnya kita (urang Sunda) tengah membina silaturahim dengan setiap orang.

Komponen kebudayaan

Kuntowijoyo dalam buku berjudul Budaya dan Masyarakat (2006:6), menulis bahwa dalam budaya kita akan ditemukan adanya tiga komponen pokok, yaitu lembaga budaya, isi budaya, dan efek budaya (norma-norma). Lembaga budaya menanyakan siapa penghasil produk budaya, pengontrol, dan bagaimana kontrol itu dilakukan. Isi (substansi) budaya menanyakan apa yang dihasilkan atau simbol-simbol apa saja yang diusahakan. Adapun efek budaya menanyakan konsekuensi apa yang diharapkan.

Maka, anomali budaya (kebudayaan disfungsional) akan terjadi jika simbol dan normanya tidak lagi diejawantahkan masyarakat. Akibatnya, muncul kontradiksi sehingga memicu lahirnya kelumpuhan dasar-dasar relasi secara sosiologis. Ini akan terjadi juga dalam ruang lingkup relasi sosial kemasyarakatan urang Sunda jika pancakaki sebagai isi kebudayaan lokal tidak mendapatkan porsi pengamalan dan pelestarian. Efek kebudayaan pun tidak akan dirasakan, seperti menggejalanya keterputusan komunikasi dan relasi antar-dulur (kerabat) yang satu dengan yang lain.

Ketika tidak memiliki efek budaya, hal itu akan memicu lahirnya anomali akibat minimnya keinginan kita untuk mengaktifkan simbol kebudayaan, salah satunya pancakaki, dalam hidup keseharian. Tradisi silaturahim atau silaturahim khas Sunda (baca: pancakaki) ini sesuai dengan ajaran agama yang mengajarkan umatnya untuk menyebarkan keselamatan. Silaturahim juga merupakan salah satu penentu masuk surga dan terciptanya keharmonisan interaksi.

Namun, bagi urang Sunda kiwari, ber-pancakaki tidak hanya dilakukan untuk menelusuri garis keturunan, tetapi juga menelusuri dari mana asal diri kita. Karena itu, seorang pengusaha dan pejabat, umpamanya, sadar bahwa sebetulnya mereka berasal dari rakyat.

Karena itu, saatnya kita ber-pancakaki. Lirik kiri-kanan, jangan-jangan ada keluarga dekat atau jauh, bahkan rakyat miskin yang tak bisa makan. Sebab, dalam ajaran agama, semua manusia bersaudara. Semua berasal dari Nabi Adam AS. Jadi, dulur sadayana oge manusa mah! Wallahualam.

SUKRON ABDILAH Pegiat Studi Agama dan Kearifan Lokal Sunda 
Kompas Cetak

Sulitnya Mencitrakan Kota Bandung

Oleh Wientor Rah Mada


Tidak banyak yang tahu, betapa stresnya Riyo Mori, Miss Universe 2007, ketika berkunjung ke Bandung. Setelah melihat sendiri aksi demo menentang kunjungan dirinya di Bandung, gadis cantik asal Jepang itu langsung kumat magnya. Hal itu membuat panik traveling manager-nya yang kemudian menelefon Donald Trump, sang miliuner pemegang lisensi Miss Universe. Trump mengonfirmasikan keadaan dengan Dubes Amerika dan meminta Riyo Mori dan rombongannya untuk sesegera mungkin meninggalkan Bandung. 

Setelah evakuasi selesai, Kedubes AS langsung mengeluarkan travel warning bagi warga negaranya untuk mengunjungi Indonesia, terutama Bandung. Walaupun wisatawan AS yang masuk ke Bandung secara kuantitas tidak begitu banyak, tetapi hilang sudah potensi penerimaan devisa negara sebesar 292,7 juta dolar dari sekitar 200 ribu wisatawan asal AS. 

Keluar kotak

Sebetulnya siapa yang bertanggung jawab terhadap citra Kota Bandung? Sejak dua tahun lalu, Wali Kota Bandung membentuk Badan Pembinaan dan Promosi Pariwisata Kota Bandung (BP3KB) yang bekerja di atas pemasukan biaya retribusi pariwisata. Selain membina pelaku pariwisata, sudah jelas bahwa tujuannya adalah untuk mempromosikan Bandung. Badan ini sangat luar biasa karena diisi orang-orang yang sangat mengerti karakteristik dan kekhasan Kota Bandung, kebanyakan praktisi yang kompeten. Handycap-nya hanya satu, orang-orang yang mengisi organisasi ini semuanya sibuk. 

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung juga mempunyai bagian promosi pariwisata. Tahun 2007, Disbudpar Kota Bandung membuat banyak terobosan dengan menganalisis pasar wisatawan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Paling tidak, pendekatan market-oriented ini akan dapat menjawab beberapa pertanyaan yang selama ini jamak dan tidak terukur. 

Yang berkepentingan terhadap citra Kota Bandung tidak hanya pemkot, tetapi juga Pemprov Jabar. Disbudpar Jabar berusaha keras memeriahkan dengan konsep city branding : Enchanting Bandung. Konsep branding ini menjadi menarik karena Disparda Kota Bandung juga mempunyai sendiri slogannya, yaitu Explore Bandung. Secara resmi memang belum ada pernyataan, baik dari pemprov ataupun pemkot, mengenai slogan yang akan dipakai. Hal penting lainnya adalah sebelum mem-branding, seharusnya ada langkah-langkah panjang yang dilakukan, seperti menganalisis pasar dan kapasitas Bandung itu sendiri. 

Jadi siapa yang bertanggung jawab terhadap citra Kota Bandung? Susah sekali menjawab pertanyaan ini. Mari coba kita telusuri sebabnya.

Dalam sebuah organisasi, semua individu di dalamnya harus mempunyai tujuan yang sama. Mimpi akan tujuan ini dituangkan dalam visi. Kota Bandung, secara resmi mempunyai visi untuk menjadi kota jasa yang bermartabat. Skema pencapaian visi ini rupanya sedikit bercampur aduk. Seringkali kita dengar, beberapa pejabat juga menginginkan Kota Bandung menjadi kota seni dan budaya pada 2008, atau menjadi kota yang agamis pada tahun yang sama. Belum lagi sebutan kota pendidikan, kota perdagangan, sampai dengan kota industri kreatif. Sangat membingungkan.

Dalam pandangan berbagai sudut ilmu manajemen, apabila ada dua keinginan dalam satu organisasi akan membahayakan organisasi itu sendiri. Mohon maaf, apabila visi kota Bandung menjadi kota jasa, maka keinginan menjadi kota agamis akan tidak berjalan sejajar. Bukan dalam konteks sebab dan akibat, tetapi lebih kepada upaya pencapaian kota jasa yang dimaksud. Jadi, strategic statement semacam visi dan misi memang harus dipahami betul pembuat keputusan teknis pelaksana di tingkat kedinasan. Konsep pencitraan memang berorientasi jangka panjang. Penciptaannya dapat secara alamiah, atau dengan skenario terencana. 

Kondisi saat ini memaksa Kota Bandung harus segera mereposisi dirinya. Berbagai kota di Indonesia telah mendeklarasikan posisinya. Yogjakarta dikenal sebagai kota budaya dengan slogan never ending Asia. Manado berupaya keras menjadi ibu kota wisata bahari dunia. Palembang sudah bergaung dengan Visit Musi 2008, bahkan Solo sudah berbenah merevitaliasi objek wisata dalam kotanya.

Terlepas dari varietas produk di Kota Bandung yang tidak lagi homogen, penanganan citra kota seharusnya menjadi hal yang serius. Produk jasa yang ditawarkan Kota Bandung, termasuk di dalamnya industri kreatif, pariwisata, dan kuliner membutuhkan pencitraan yang baik. Citra ini yang membuat customer, datang untuk membeli produk jasa. Menurut Lovelock (2000), citra ini pulalah yang meminimalkan risiko beli produk jasa. 

Hasil penelitian Costra (2008) menunjukkan, awareness pasar wisatawan lokal yang datang ke Kota Bandung sangat mengarah kepada wisata belanja. Wisata ini selama tahun 2007dan 2008, menduduki top of mind wisatawan lokal yang datang ke Kota Bandung. Wisatawan yang datang berasal dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang, yang relatif membutuhkan perjalanan kurang dari 5 jam. Setelah belanja, mayoritas wisatawan baru mencoba aktivitas lain seperti kuliner, budaya, dan alam.

Jadi, sebetulnya keunggulan Kota Bandung sudah terdeteksi sejak lama. Insan pariwisata di kota ini pun sudah mengerti dan paham betul identifikasi keunggulan kompetitif yang dipunyai. Hanya, integrasi proses pencitraan berjalan dengan alot karena berbagai pihak mempunyai kepentingan masing-masing. 

Solusinya, mesti ada lembaga yang menjadi leader. Paling tidak mempunyai fungsi koordinasi untuk memunculkan citra Kota Bandung di mata dunia, bukan hanya di wisatawan lokal. Karena citra membutuhkan proses yang lama, lembaga ini harus bergerak bebas dengan semangat kreativitas yang tinggi. Aktivitas yang dilakukan bukan hanya promosi, tetapi pemasaran yang berorientasi jangka panjang.

Terakhir, dibutuhkan komitmen dari pemimpin (baca: wali kota) untuk mewujudkan citra yang apik untuk Kota Bandung. Kalau pemimpin hanya dipenuhi pemikiran meningkatkan PAD dalam waktu singkat, segala upaya yang dibangun tidak akan berjalan mulus. Sejujurnya, kita harus khawatir. Takut apabila pemimpin Kota Bandung selalu berorientasi jangka pendek. Punclut dan Babakan Siliwangi adalah korban nyata. What next?***

Penulis, Direktur Eksekutif Centre of Hospitality & Tourism Strategy (Costra), Bandung.

Bahaya Laten Sepotong Sosis


TPG IMAGES

SOSIS merupakan makanan asing yang sudah akrab dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena rasanya enak. Namun, di balik kenikmatan makanan yang kaya akan zat gizi ini, terkandung lemak dan kolesterol tinggi yang bisa mengganggu kesehatan. Untuk itu, hati-hati mengonsumsi sosis.


Makanan ini dibuat dari daging atau ikan yang telah dicincang kemudian dihaluskan, diberi bumbu, dimasukkan ke dalam selonsong berbentuk bulat panjang simetris, baik yang terbuat dari usus hewan maupun pembungkus buatan (casing). Sosis juga dikenal berdasarkan nama kota atau daerah yang memproduksi, seperti berliner (Berlin), braunscheiger (Braunshweig), genoa salami (Genoa), dan lain-lain.  

Sosis merupakan salah satu produk olahan daging yang sangat digemari masyarakat Indonesia sejak tahun 1980-an. Istilah sosis berasal dari bahasa Latin, yaitu salsus, yang artinya garam. Hal ini merujuk pada artian potongan atau hancuran daging yang diawetkan dengan penggaraman. 

Jenis Sosis  
Kramlich (1971) membagi sosis menjadi enam kelas. Sementara itu, Forrest et al (1975) membagi sosis menjadi enam kategori berdasarkan metode pembuatan yang digunakan oleh pabrik, yaitu: sosis segar, sosis asap-tidak dimasak, sosis asap-dimasak, sosis masak, sosis fermentasi, dan daging giling masak. 

Sosis segar dibuat dari daging segar yang tidak dikuring. Penguringan adalah suatu cara pengolahan daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti garam natrium klorida (NaCl), natrium-nitrit, natrium-nitrat, gula, serta bumbu-bumbu. Sosis segar tidak dimasak sebelumnya dan biasanya tak diasapi, sehingga sebelum dikonsumsi, sosis segar harus dimasak  
Sosis masak dibuat dari daging yang telah dikuring sebelum digiling. Sosis jenis ini dimasak dan biasanya diasapi. Daya simpannya lebih lama daripada sosis segar. Contohnya, frankfurter dan hot dog. 

Dilihat dari jenis dagingnya, sosis dapat terdiri dari beberapa macam, yaitu sosis sapi, sosis ayam, dan sosis babi. Akhir-akhir ini daging kambing juga telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan sosis. Di Bali, terkenal sosis yang dibungkus dengan casing usus babi. Sosis itu dinamakan urutan

Komponen Penyusun  
Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu, pada sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat. 

Lemak sering ditambahkan pada pembuatan sosis sebagai pembentuk permukaan aktif, mencegah pengerutan protein, mengatur konsistensi produk, meningkatkan cita rasa, dan mencegah denaturasi protein.

Penambahan garam pada pembuatan sosis bertujuan untuk meningkatkan cita rasa, pengembang protein daging, pelarut protein daging, meningkatkan kapasitas pengikatan air (water holding capacity = WHC), serta sebagai pengawet. Penambahan fosfat akan bersinergi dengan garam untuk meningkatkan WHC pada sosis. 

Tanpa garam dan fosfat, sosis akan sulit untuk dibuat. Asam askorbat sering ditambahkan dalam bentuk asam askorbat maupun natrium askorbat untuk membantu pemerahan daging. Selain itu, asam askorbat juga berfungsi sebagai antioksidan agar produk tidak mudah tengik.  
Untuk mensubtitusi daging, pada pembuatan sosis sering juga ditambahkan isolat protein. Selain itu, pada pembuatan sosis juga ditambahkan karbohidrat sebagai bahan pengisi sosis. 

Pengawet dan Pewarna 
Pada pembuatan sosis, bahan pengawet yang sering digunakan adalah nitrit. Aktivitas antibakteri nitrit telah diuji dan ternyata efektif untuk mencegah pertumbuhan bakteri Clostiridium botulinum, yang dikenal sebagai bakteri patogen penyebab keracunan makanan. Nitrit dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan spora Clostiridium botulinum, Clostiridium perfringens, dan Stapylococcus aureus pada daging yang diproses. 

Selain sebagai pengawet, fungsi penambahan nitrit pada proses kuring daging adalah untuk memperoleh warna merah yang stabil. Nitrit akan terurai menjadi nitrit oksida, yang selanjutnya bakal bereaksi dengan mioglobin membentuk nitrosomioglobin.

Meskipun nitrit sebagai salah satu bahan tambahan pangan memberikan banyak keuntungan, ternyata dari berbagai penelitian telah dibuktikan bahwa nitrit dapat membentuk nitrosamin yang bersifat toksik dan karsinogenik. Nitrosodimetilamin hasil reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan bersifat karsinogen kuat yang bisa memicu penyakit tumor pada beberapa organ tikus percobaan. 

Jenis bahan pengawet dan dosis maksimum yang diizinkan pada sosis berdasarkan SNI 01-0222-1995 adalah belerang dioksida (450 mg/kg), kalium nitrat (500 mg/kg), kalium nitrit (125 mg/kg), natrium nitrat (500 mg/kg), serta natrium nitrit (125 mg/kg). Jenis pewarna yang biasa digunakan pada sosis adalah eritrosin dan merah allura, masing-masing dengan kadar maksimal 300 mg/kg.  

Jenis Casing 
Terdapat tiga jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis, yaitu alami, kolagen, serta selulosa. Casing alami biasanya terbuat dari usus alami hewan. Casing ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi, dan melekat pada produk. Kerugian penggunaan casing ini adalah produk tidak awet. 

Casing kolagen biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar. Keuntungan dari penggunaan casing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk. Casing selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan casing selulosa adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Casing selulosa sangat keras dan dianjurkan untuk tidak dimakan. 

Saat ini telah dikembangkan poly amid casing, yaitu casing yang terbuat dari plastik. Casing jenis ini tidak bisa dimakan, dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan ukurannya dapat diatur, tahan terhadap panas, dan dapat dicetak. 

Nilai Gizi  
Sosis merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi. Komposisi gizi sosis berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan dan proses pengolahannya. 
Produk olahan sosis kaya energi dan dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol dan sodium yang cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi berlebihan. 

Ketentuan mutu sosis berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01–3820-1995) adalah: kadar air maksimal 67 persen, abu maksimal 3 persen, protein minimal 13 persen, lemak maksimal 25 persen, serta karbohidrat maksimal 8 persen.  

Kenyataannya, banyak sosis di pasaran yang memiliki komposisi gizi jauh di bawah standar yang telah ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan pemakaian jumlah daging kurang atau penggunaan bahan tidak sesuai komposisi standar sosis.

Penulis : Prof. DR. Made Astawan, Departemen Teknologi Pangan Dan Gizi IPB.

Merajut Penggunaan Bahasa Sunda

Oleh Cornelius Helmy dan Yulvianus Harjono

Eksistensi bahasa Sunda di kalangan generasi muda kembali dipertanyakan. Bahasa Sunda sering dikatakan kalah populer dibandingkan dengan dialek Betawi yang sering diucapkan artis di televisi. Ada yang mengatakan tidak menggunakan bahasa Sunda karena menghargai teman yang bukan orang Sunda, merasa sulit mengucapkan, atau bahkan malu mengucapkannya.


Mesa Wiguna (18), siswi SMA Yayasan Atikan Sunda, mengaku beruntung bersekolah di tempat yang mayoritas siswa dan metode pengajarannya membiasakan berbahasa Sunda. Dalam percakapan keseharian di kompleks sekolah, ia lebih sering menggunakan bahasa Sunda.

Namun, itu tidak terjadi bila ia sudah berada di luar kompleks sekolah. Ia menggunakan bahasa gaul. Alasannya, menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Putri (16), siswi SMAN 2 Kota Bandung, beralasan, bahasa Sunda relatif sulit dipelajari dan dipraktikkan karena memiliki ragam undak usuk.

"Takut-takutnya, nanti malah bicara kasar," ungkapnya. Ada lagi pengalaman Nandi Maulana, mantan wartawan koran berbahasa Sunda di Bandung. Ia mengatakan, di luar kewajiban menulis dalam bahasa Sunda, ketika menulis ada perasaan nyaman karena harus menggunakan bahasa Sunda yang sehari-hari ia gunakan. Ia merasa bangga ikut melestarikan bahasa Sunda.

Dimulai dari rumah

Ruhaliah, Sekretaris Jurusan Bahasa Daerah Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia, menuturkan, berkurangnya penggunaan bahasa Sunda disebabkan adanya pergeseran paradigma di kalangan generasi penutur asli saat ini. Masyarakat sering kali merasa gengsi berbahasa ibu (Sunda), dan sebaliknya lebih nyaman jika menggunakan bahasa asing atau serapannya.

"Harusnya, pelestarian bahasa ibu dimulai dari rumah. Sebab, inilah lingkungan yang terdekat. Yang menjadi soal, sering kali si ibu justru enggan atau tidak membiasakan diri mengobrol dengan anak menggunakan bahasa daerahnya," ungkap pengajar bahasa Sunda di UPI ini.

Ironisnya, masyarakat dari negara lain justru tertarik mendalami bahasa ini. Ini terbukti dari banyaknya disertasi atau penelitian mahasiswa asing yang bertopik bahasa dan sastra Sunda. Misalnya, Mikihiro Moriyama dari Jepang yang meneliti bahasa dan kesusastraan Sunda abad ke-19. Kuatnya pengaruh budaya pop yang terfragmen di dalam siaran televisi dan radio kian memperburuk kondisi.

Pupuhu Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda Etty RS menjelaskan, dewasa ini peran keluarga mengajarkan bahasa Sunda mulai jarang dilakukan. Meskipun dalam satu keluarga dan orangtuanya asli Sunda, kebiasaan menuturkan bahasa Sunda semakin jarang dilakukan. Alasan yang paling banyak dilontarkan, mereka takut anaknya kesulitan bergaul di sekolah.

Selain keluarga, pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Jawa Barat, harus bekerja keras. Etty merasa, metode pembelajaran bahasa Sunda jauh dari harapan. Salah satunya, perhatian terhadap sumber daya manusia. Mayoritas guru bahasa Sunda di banyak sekolah bukan berasal dari pendidikan bahasa Sunda. Bahkan, karena dianggap tidak penting, guru Olahraga pun sering kali merangkap guru Bahasa Sunda karena bisa berbicara Sunda.

Selalu ada jalan

Hal lain dikatakan Dadan Sutisna, Redaktur Pelaksana Cupumanik, majalah berbahasa Sunda. Menurut dia, masih banyak perdebatan terhadap minimnya eksistensi bahasa Sunda di kalangan anak-anak muda.

Alasannya, selama ini survei atau metodologi yang dilakukan kebanyakan dilakukan di kota besar, seperti Bandung yang konsentrasi anak muda dalam pengertian duduk di bangku sekolah atau perguruan tinggi hanya sekitar 30 persen. Padahal, bila mau melihat lebih jauh di berbagai daerah pelosok Jabar, bahasa Sunda masih sering digunakan dalam keseharian.

"Jangan sampai terjebak dalam ketakutan. Selalu ada jalan dan kreativitas melestarikan bahasa Sunda. Mengutip Rektor Universitas Padjadjaran Bandung Ganjar Kurnia, bahasa Sunda pernah dikhawatirkan hilang sejak 1920-an, tetapi hingga sekarang tetap langgeng," katanya.  

Anak Muda Jarang "Ngomong" Sunda
Sabtu, 1 November 2008 | 03:00 WIB 

Oleh Indah Surya Wardhani


Provinsi Jawa Barat dihuni hampir 75 persen orang Sunda. Bahasa Sunda masih digunakan dalam percakapan sehari-hari, dari keluarga hingga lingkungan sekolah dan kantor. Namun, kini kaum muda perlahan melupakan bahasa ibunya.

Demikian kesimpulan hasil jajak pendapat Kompas yang menjaring 403 responden di empat kota di Jabar. Sebanyak 79,7 persen responden bisa bertutur menggunakan bahasa Sunda, sedangkan 20,3 persen lainnya tidak bisa berbahasa Sunda.

Menurut lebih dari separuh responden yang bisa bertutur bahasa Sunda, bahasa ibu ini sering mereka pakai dalam pergaulan sehari-hari yang sifatnya informal. Sebanyak 34,6 persen responden lainnya mengaku jarang.

Di lingkungan yang lebih formal, seperti lingkungan kantor dan sekolah, bahasa Sunda masih dipakai oleh 43,6 persen responden. Adapun 43 persen responden mengaku jarang menggunakan bahasa itu di lingkungan formal.

Jika dicermati, mereka yang menggunakan bahasa Sunda di lingkungan formal terutama responden berusia produktif, yakni 29-38 tahun. Di lingkungan kantor atau sekolah, misalnya, 37,5 persen responden di kelompok usia ini mengaku sering ngomong dalam bahasa Sunda. Bahkan, 10 persen lainnya mengaku selalu berbicara dalam bahasa Sunda.

Meski masih menjadi bahasa percakapan sehari-hari, penggunaan bahasa Sunda dinilai berkurang terutama di kalangan remaja. Berkembangnya budaya pop dan merebaknya bahasa gaul di kalangan remaja agaknya memengaruhi kondisi ini.

Menurut sebagian besar responden yang bisa bertutur bahasa Sunda, penggunaan bahasa Sunda di kalangan remaja semakin berkurang dibandingkan dengan lima tahun lalu. Hanya 8,7 persen responden berpendapat, pengguna bahasa Sunda semakin meningkat.

Bandung paling minim

Berkurangnya penggunaan bahasa Sunda di kalangan remaja paling terlihat di Kota Bandung. Sebanyak 74 persen responden di kota itu menilai, penggunaan bahasa Sunda di kalangan remaja semakin berkurang dibandingkan dengan lima tahun lalu.

Penilaian serupa disuarakan responden di Kota Tasikmalaya dan Sukabumi. Menurut lebih dari 70 persen responden di dua kota itu, penggunaan bahasa Sunda semakin berkurang di kalangan remaja. Padahal, di dua kota itu lebih dari 90 persen warganya merupakan suku Sunda. Selain di kalangan remaja, penggunaan bahasa Sunda di masyarakat Jabar juga semakin berkurang. Hal itu setidaknya diakui 62 persen responden yang menilai penggunaan bahasa Sunda semakin berkurang dibandingkan dengan lima tahun lalu. Sementara yang menjawab sebaliknya hanya 15 persen.

Kurikulum

Semakin berkurangnya penggunaan bahasa Sunda di kalangan anak muda dan masyarakat Jabar bukan tidak mungkin bahasa itu kehilangan penuturnya.

Melihat hal itu, pelajaran Bahasa Sunda sebagai muatan lokal perlu dimasukkan dalam kurikum pendidikan sekolah menengah atas dan kejuruan. Hal ini setidaknya diamini mayoritas responden jajak pendapat ini, sementara yang menolak hanya 11,2 persen.

Jika dicermati, persentase tertinggi terhadap bahasa Sunda dimasukkan dalam kurikulum SLTA disuarakan responden yang tinggal di Kota Sukabumi dan Tasikmalaya. Di dua kota itu, lebih dari 90 persen responden setuju jika bahasa Sunda dimasukkan dalam kurikum. (Litbang Kompas)