Senin, 29 Agustus 2011

Kentalnya Bubur Ayam Mang Oyo

Kuliner Bandung
Ni Luh Made Pertiwi F | Josephus Primus | Sabtu, 27 Agustus 2011 | 19:25 WIB


YUDI/WWW.DOYANMAKAN.COM
bubur ayam mang oyo

KOMPAS.com - Menu pilihan santap pagi biasanya sangat bervariasi. Tetapi menu bubur adalah salah satu yang paling cocok menurut kami. Nah, mumpung berwisata di kota kembang Bandung, kami langsung ke satu tempat penjual bubur ayam yang sudah sangat terkenal. Namanya Bubur Ayam Mang H. Oyo Tea, Anda pernah dengar?

Menurut informasi yang kami dapatkan, awalnya Bubur Ayam Mang Oyo berada di Jalan H Wasyid depan RS Sartika Asih, dekat Sekolah PGII. Lalu alamat sekarang ada di Jl. Taman Sari 118/56, Bandung. Saat ini Bubur Ayam Mang Oyo sudah lebih mudah dicari di Bandung, karena tersebar di beberapa titik di Bandung. Wah, sampai buka cabang di Yogyakarta lho. Hebat euy!

Nah, di Bubur Ayam Mang Oyo ada yang istimewa dan unik lho. Bubur ayam disajikan di piring plastik lalu kita miringkan, bahkan kita balik buburnya nempel dan tidak jatuh. Memang buburnya cukup kental dan lebih mengenyangkan dibanding bubur lain. Ini menjadi daya tarik tersendiri di tempat ini. Bahkan, keunikan itu sering didemokan oleh para pelayan Bubur Ayam Mang Oyo. Memang informasi ini juga sudah menyebar dari beberapa tahun yang lalu.

Tentang beras yang digunakan di Bubur Ayam Mang Oyo, ternyata beras dari hasil sawah pribadi yang berada di Majalengka. Beliau memiliki sawah seluas 2 hektar. Bila beras bukan dari Majalengka, konon katanya bubur akan menjadi lebih encer.

Bubur Ayam Mang Oyo sudah ada sejak kira-kira 1978. Saat itu, memang sedang ada program dari pemerintah, “memasyarakatkan olahraga, mengolahragakan masyarakat”. Dari situ Mang Oyo mempunyai ide untuk berjualan bubur ayam, karena biasa orang yang habis berolah raga pagi, sangat cocok untuk menyantap bubur.

Nah, saatnya mencoba bubur ayam di Mang Oyo ini, buburnya memang kental dan lebih padat. Lalu untuk pelengkapnya, di sini juga dibuat unik dengan singkatan seperti atel untuk ayam telur, acak untuk ayam cakwe, serta apel untuk ati ampela he-he... Kreatif banget ya.

Tentunya enak, kita cocok banget sama Bubur Ayam Mang H. Oyo Tea. Kami pesan bubur ayam komplet (ati ampela plus telor). Hidangan itu disajikan sangat menarik, bubur dengan topping potongan ati ampela ditambah satu butir telur rebus yang sudah dipotong jadi dua, lalu diberi suwiran ayam dan cakwe. Sementara, kerupuk, kacang, dan daun seledri disajikan di tempat terpisah. Mantap banget deh bubur ayam Mang Oyo ini.

Ini juga salah satu kuliner di Bandung yang harus Anda coba ya. Apalagi untuk sarapan pagi cocok banget. (Yudi)
Sumber : www.doyanmakan.com


Jakarta-Bandung Hanya 80 Menit

Penulis: Haryo Damardono | | Marcus Suprihadi | | Senin, 29 Agustus 2011 | 10:46 WIB


Kompas/RWN
Suasana ruas tol Palimanan -Kanci, Cirebon, Minggu (28/8/2011) lancar, setelah terjadi antrean panjang pada malam hingga dinihari.

BANDUNG, KOMPAS.com- Jalur mudik Jakartra-Bandung, Senin (29/8/2011) pagi ini dalam kondisi sepi. Kompas hanya membutuhkan waktu 1 jam 20 menit (80 menit) dari Jalan Radio Dalam Jakarta Selatan menuju kawasan Pasteur, Bandung.

Berangkat dari Radio Dalam pukul 8.30 dan tiba di Pasteur pukul 9.50, rata-rata kecepatan sekitar 120 kilometer per jam. Di tanjakan tol Purwakarta-Padalarang-Pasteur kecepatan bahkan rata-ratanya 100 kilometer per jam.

Umumnya, lalu lintas di tol didominasi oleh kendaraan pribadi. Sangat sedikit bus yang melintas. Sementara itu, truk yang melintas hanyalah pengangkut bahan pokok, atau tangki premium.

Perjalanan hari Senin ini sebenarnya bisa lebih lancar bila mobil-mobil pemudik mau menggunakan lajur kiri dan tidak bertahan di lajur kanan. Sebab, hal itu menghambat kelancaran lalu lintas dan memaksa kendaraan lain harus menyalip dari lajur kiri setelah frustrasi memaksa mobil-mobil itu untuk menyingkir ke lajur kiri.

Beberapa mobil pemudik bahkan sebenarnya cenderung membahayakan dengan bawaan yang terlampau banyak di atap mobil. Juga dengan kaca-kaca mobil yang malah ditutup kain batik, sehingga mempersempit pandangan ke jalan raya.

Tinggi, Potensi Beda Lebaran

Penulis: M Zaid Wahyudi | | Marcus Suprihadi | | Senin, 29 Agustus 2011 | 09:29 WIB


SYAHRUL HIDAYAT/KOMPAS IMAGES
Ilustrasi

KOMPAS.com — Meski sebagian besar umat Islam Indonesia mengawali puasa Ramadhan secara bersama-sama pada 1 Agustus 2011, potensi untuk berbeda waktu dalam mengakhiri ibadah Ramadhan masih tinggi. Sebagian kelompok akan ber-Lebaran pada hari Selasa (30/8/2011) besok atau berpuasa selama 29 hari, sedangkan kelompok lain baru akan ber-Lebaran pada hari Rabu (31/8/2011) lusa, atau berpuasa Ramadhan 30 hari.

Perbedaan penentuan awal bulan (dengan b kecil, month) hijriah di Indonesia merupakan persoalan klasik yang sudah berlangsung sejak dulu. Perbedaan terjadi bukan karena perbedaan cara menentukan awal bulan, yaitu dengan hisab (perhitungan) atau rukyat (pengamatan). Mereka yang menggunakan rukyat juga harus melakukan hisab terlebih dahulu untuk mengetahui posisi dan umur hilal atau bulan sabit muda.

"Perbedaan terjadi karena hingga kini belum adanya kesepakatan organisasi-organisasi massa Islam di Indonesia tentang kriteria penentuan awal bulan hijriah," tegas Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional yang juga anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama Thomas Djamaluddin, Senin (29/8/2011), ini.

Di luar persoalan belum adanya keseragaman kriteria, ada pula persoalan kelompok-kelompok kecil umat Islam yang sering kali menentukan awal bulannya berbeda dengan ketetapan pemerintah ataupun ormas Islam besar. Perbedaan ini terjadi karena data hisab yang mereka gunakan masih mengacu kepada sistem lama yang tidak pernah diperbarui. Padahal, data gerak benda-benda langit sebagai dasar penentuan awal bulan hijriah membutuhkan pembaruan secara berkelanjutan.

Awal bulan

Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menunjukkan, ijtimak atau kesegarisan Matahari-Bulan-Bumi sebagai penanda pergantian bulan baru untuk 1 Syawal 1432 terjadi pada Senin, 29 Agustus pukul 10.04 WIB. Pada saat Matahari terbenam hari ini, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia berkisar antara minus 0,1 derajat hingga 1,60 derajat. Sedangkan jarak sudut antara Matahari dan Bulan berkisar antara 5,58 derajat dan 6,83 derajat. Umur Bulan saat Matahari terbenam berkisar antara 5,50 jam dan 8,62 jam.

Akibat perbedaan kriteria penentuan awal bulan yang berbeda antar-ormas Islam, perlakuan terhadap data ijtimak itupun akhirnya berbeda-beda. Salah satu ormas Islam yang menggunakan kriteria wujudul hilal atau terbentuknya hilal, jauh-jauh hari sebelumnya sudah menetapkan Idul Fitri 1 Syawal 1432 jauh pada Selasa (30/8). Dari data hilal di atas, hilal memang sudah terbentuk di sebagian wilayah Indonesia.

Kriteria yang digunakan ormas ini tidak mensyaratkan hilal bisa diamati atau terbentuknya hilal di seluruh Indonesia. Sementara itu, dua ormas Islam lainnya, berdasarkan hisab yang dilakukannya menetapkan 1 Syawal pada Rabu (31/8/2011). Namun, alasan kedua ormas ini berbeda.

Satu ormas menggunakan kriteria imkanur rukyat atau kemungkinan hilal bisa diamati, baik dengan mata telanjang maupun teleskop. Untuk bisa diamati, sesuai kriteria yang digunakan Majelis Agama Islam Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), hilal harus memiliki ketinggian minimal 2 derajat, jarak sudut Bulan-Matahari 3 derajat, dan umur hilal minimal 8 jam.

Jika hilal bisa dilihat, Selasa besok adalah hari raya Idul Fitri. Namun, jika tidak berhasil melihat hilal, puasa Ramadhan akan disempurnakan menjadi 30 hari dan Lebaran hari pertama pada Rabu (31/8) lusa. Namun, dengan syarat minimal itu, dipastikan hilal tidak bisa diamati Senin petang ini karena ketinggiannya di seluruh Indonesia masih berada di bawah 2 derajat.

Meski demikian, perhitungan teoretis ini harus dipastikan dan dibuktikan melalui rukyat. Jika ternyata diperoleh laporan ada yang melihat hilal, kesaksian pengamatan hilal itu patut dipertanyakan kebenarannya. Bisa jadi, apa yang diamati dan dilaporkan sebagai hilal, sejatinya adalah benda langit lain yang mirip dengan hilal.

Mengamati hilal bukan perkara mudah karena mereka harus mencari cahaya tipis Bulan saat langit masih cukup terang oleh cahaya Matahari. Keraguan atas dilihatnya hilal dalam usia kurang dari 8 jam merupakan hal wajar. Pasalnya, rekor terendah untuk hilal yang bisa diamati di era astronomi modern adalah hilal berumur 16 jam.

Satu ormas lainnya sudah menetapkan Idul Fitri pada Rabu (31/8) karena menggunakan kriteria wujudul hilal dan kesatuan wilayah hukum Indonesia. Pada Senin (29/8) petang, hilal memang sudah wujud. Tetapi, hanya di beberapa wilayah, khususnya Indonesia bagian barat. Karena di Indonesia timur hilal belum wujud, maka mereka menetapkan Idul Fitri jatuh pada Rabu (31/8).

Hisab dan rukyat sebenarnya bisa seiring sejalan. Mereka yang menggunakan hisab dan rukyat dapat ber-Lebaran bersama jika kriteria yang digunakan dalam penentuan awal bulan sama, yaitu dengan menerapkan kriteria minimal hilal yang memungkinkan untuk diamati.

Menurut Thomas, rukyat tidak dapat ditinggalkan dan hanya mengandalkan hisab semata, karena landasan hukum agama (syar'i) yang kuat memang memerintahkan untuk mengamati hilal.

Kriteria bersama penentual awal bulan hijriah harus segera ditentukan bersama. Jika tidak, perbedaan penentuan Idul Fitri maupun hari raya lainnya akan terus terjadi. Perbedaan memang rahmat dan indah, tapi kebersamaan akan menciptakan kuatnya ukhuwah....