Kamis, 30 Januari 2014

Program Nyantrik Seni Tari Tradisional Kaya Nilai



TARI Topeng Banjet asal Kab. Karawang hasil Program Nyantrik (penyadapan) saat ditampilkan di pegelaran Tari Tradisional hasil Nyatrik”, bertempat di Studio Tari STSI Bandung, Selasa (28/1/14).*
 
 
BANDUNG,(PRLM).- Pemahaman mahasiswa terhadap tarian tradisional baru sebatas estetika belum sampai kepada isi atau filosofi. Sebagai seni komunal milik masyarakat kesenian tarian tradisional selain memiliki nilai estetik juga nilai filosofi dan bahkan nilai religius.

“Mahasiswa STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Bandung, jurusan tari memasuki semester tujuh (VII) mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu langsung dari seniman tari tradisional langsung, atau dari maestronya. Ini dimaksudkan, selain untuk mendapatkan transfer ilmu langsung dari pelaku seni di luar akademik, juga untuk mendapatkan nilai-nilai yang tidak diajarkan di kampus,” ujar dosen pembimbing jurusan tari, Mas Nanu Muda, S.Sen. M.Hum., di sela-sela kegiatan pegelaran Tari Tradisional hasil Nyatrik”, bertempat di Studio Tari STSI Bandung, Selasa (28/1).

Terhadap pemahaman mahasiswanya yang masih belum sepenuhnya memahami arti kesenian tradisional, Mas Nanu Muda, tidak mempersalahkan. “Karena ada banyak seniman tradisional yang hanya mau memberikan ilmu secara lisan, jadi sangat beruntung bila ada mahasiswa yang mendapat ilmu langsung dengan gerakannya. Apalagi dengan nilai-nilai filosofi didalamnya,” ujar Mas Nanu.

Pegelaran Tari Tradisional hasil Nyatrik” menampilkan tarian Tari Cikeruhan (Kab. Bandung), Ketuk Tilu (Kota Bandung), Tari Gaplek (Kab. Subang), Tayub Kosar (Kab. Subang), Doger Kontrak, Randu Kentir dan Banjet. (A-87/A-108)***

Rabu, 29 Januari 2014

Dua Kamera Mengamati Bumi dari Ruang Angkasa

Bantu Pengguna Internet


NASA/"PRLM"

KEDUA kamera dipasang di salah satu lengan Stasiun Ruang Angkasa Internasional, ISS.* 
 
  
 
LONDON, (PRLM).- Dua kamera pengamat Bumi buatan Inggris berhasil dipasang di luar Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS).

Para kosmonot Rusia memasangnya sambil berjalan di ruang angkasa selama enam jam, Senin 27 Januari, setelah upaya sebelumnya pada Desember lalu dibatalkan karena masalah teknis.

Kamera -yang dioperasikan perusahaan Kanada, Urthecast- digunakan untuk mengirim gambar hidup dengan resolusi tinggi kepada para pengguna internet.

Dalam pernyataannya, Urthecast mengukuhkan bahwa kedua kamera sudah mengirimkan data ke Bumi.
"Saat pemasangan, kami mampu menyelesaikan semua uji coba yang diperlukan selama perjalanan di ruang angkasa. Pada saat ini semua telemetri yang diterima dan dianalisis sesuai dengan hasil yang diharapkan," tambah Urthecast.

Video dari kamera pertama akan mampu memberikan resolusi satu juta per piksel, sehingga bisa memperlihakan kerumunan orang dan kendaraan bermotor yang sedang jalan.

Sedangkan kamera yang kedua menyediakan gambar diam dengan resolusi lima juta per piksel.

Kedua kamera dibuat oleh Rutherford Appleton Laboratory, RAL, yang berada di Oxfordshire, Inggris.
Urthecast berharap bisa mengembangkan bisnis pencitraan dari ruang angkasa dan salah satu potensi pelanggan adalah kantor berita yang ingin mendapatkan gambar hidup dari peristiwa-peristiwa penting, seperti dari kawasan perang atau bencana.(bbc/A-147)***

"Atikan Bakaling Dalang", Ajang Pentas Dalang Muda dan Calon Dalang




DALANG muda Hedi Risdiana salah seorang peserta “Atikan Bakaling Dalang” yang diselenggarakan Bengkel Kerja Golek Kancana didukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, serta SMKN 10 Bandung, saat unjuk kemampuan dihadapan peserta dan penonton di Gedung YPK Bandung.*
 
 
BANDUNG, (PRLM).- Raden Abimanyu bukanlah seorang satria keturunan seorang raja atau pemimpin negara, tapi karena ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dan turunannya menjadi raja maka semua dapat terjadi. Tidak demikian halnya dengan Lesmana putra Prabu Duryudana dan Samba putra Prabu Kresna, meski keduanya anak raja tapi karena tidak ditakdirkan menjadi raja maka keinginannya menjadi pemimpin tidak terwujud.

Cerita wayang golek “Dewa Pulung Wahyu Cakraningrat”, tentang Abimanyu putera Raden Arjuna dari Dewi Subadra, yang mendapatkan ajian Cakraningrat dibawakan dimainkan dalang muda Hedi Risdiana, pada acara “Atikan Bakaling Dalang”. Acara yang berlangsung sejak sejak Sabtu (25/1) dan berakhir Senin (27/1), diikuti 60 peserta dalang muda maupun peminat seni pedalangan diselenggarakan atas prakarsa Bengkel Kerja Golek Kancana didukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, serta SMKN 10 Bandung.

Karena ceritanya tidak jauh berbeda dengan kondisi kekinian yang tengah berlangsung di negara kita yang akan menghadapi pemilihan pemimpin negara, jalan cerita wayang golek “Dewa Pulung Wahyu Cakraningrat”, banyak berisikan sindiran.

“Bencana alam terjadi dimana-mana, gunung meletus, tanah longsor, banjir dan bencana lainnya terjadi dimana-mana, tapi para pemimpin kita maupun pengurus parpol sibuk dengan urusan masing-masing untuk mencari calon pemimpin. Parahnya lagi, meski sudah jelas-jelas pemimpinnya korupsi, malah keluarganya mau ikut dicalonkan jadi pemimpin atau wakil rakyat,” ujar Hedi Risdiana, yang disambut tempuk tangan dan teriakan penonton. (A-87/A-108)***

Rabu, 15 Januari 2014

Bandung Kembangkan Pertanian Kota

Tiap RW Tanam Pohon Produktif

 




BANDUNG, (PRLM).- Meski memiliki julukan kota kembang, dengan jumlah penduduk yang besar dan pembangunan yang pesat, Bandung tak lagi memiliki banyak lahan hijau.
Untuk itu, pemerintah setempat mengembangkan urban farming atau pertanian perkotaan mulai tahun ini, dimana para keluarga di setiap Rukun Warga atau RW wajib menanam berbagai tanaman produktif yang bernilai ekonomis bagi keluarga. Tanaman produktif tersebut yaitu termasuk sayur-sayuran seperti tomat, cabe rawit, kangkung, bawang daun, dan caisim.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, Ely Wasliah mengatakan, program yang sepenuhnya diprakarsai oleh pemerintah kota Bandung tersebut akan menyasar seluruh warga. Pemerintah kota sendiri akan memberikan bantuan sarana seperti bibit, pupuk, dan pot-pot atau rak-rak tanaman, ujarnya.

“Dari urban farming ini karena nanti yang akan dikembangkan di sana itu di antaranya adalah komoditas sayuran, jadi kebutuhan pangan sayuran untuk rumah tangga tersebut dipasok dari lahan pekarangannya sendiri. Kami bantuannya nanti dalam bentuk barang, benih, pupuk, juga ada rak-rak vertikultur yang memang cocok dikembangkan di lahan pekarangan,” ujarnya.

Dalam program urban farming, masyarakat dapat bercocok tanam di pekarangan masing-masing dengan memanfaatkan lahan yang ada. Meski lahan yang dimiliki sempit, masyarakat bisa menanam tanaman dengan sistem vertical garden, atau menanam secara vertikal di dinding dengan menggunakan rak-rak tanaman yang disusun berderet.

“Kalau misalnya satu RW semuanya rumah ini mengembangkan urban farming, jadi lingkungan itu akan nyaman, asri, hijau, menambah kontribusi terhadap Ruang Terbuka Hijau, RTH dari privat. Kalau yang di jalan-jalan yang taman-taman kan fasilitasnya RTH umum, publik. Kalau kami RTH privat, RTH yang ada di masyarakat,” kata Ely.

Jayadi, Ketua RW di kawasan Margahayu Raya, Kota Bandung mengatakan, dengan program ini lingkungan warga menjadi semakin hijau dan asri. Warga pun dapat menikmati hasil cocok tanam mereka sendiri.

“Di taman, di halaman rumah masing-masing, di sekolah, dan di tempat olahraga lapangan voli. Lingkungan jadi hijau, bagus dipandang, ada hasilnya, kelihatannya juga indah,” ucapnya.

Warga Kota Bandung pun menyambut baik program pertanian perkotaan ini. “Untuk nambah-nambah oksigen lah, artinya lingkungan kan jadi tidak terlalu panas. Kalau tidak ada pohon kan kita kepanasan,” ujar seorang warga bernama Umi.

Yang lain mengatakan program ini memudahkan mereka dalam memasak dan membuat lebih hemat. “Satu hijau; kedua ada manfaatnya seperti tanaman (sayuran), setidaknya kita mengurangi beli di warung-warung,” tutur Eli.

Konsep urban farming telah ada di beberapa negara. Salah satunya di Montreal, Kanada, dengan nama Lufa Farm yaitu konsep pertanian perkotaan di atas atap atau rooftop farming. Di Indonesia, konsep urban farming yang diwajibkan untuk seluruh warga baru ada pertama kali di Kota Bandung. Diharapkan konsep ini bisa menjadi budaya baru yang tak hanya bermanfaat secara ekologi tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan estetika. (voa/A-147)***