Sabtu, 29 Maret 2008

Belajar Bahasa Indonesia EYD (Gabungan Kata)

D. Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar
mata pelajaran
orang tua
simpang empat
kambing hitam
meja tulis
persegi panjang
kereta api cepat luar biasa
model lincar
rumah sakit umum

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar
buku sejarah-baru
ibu-bapak kami
orang-tua
anak-istri saya
mesin-hitung tangan
watt-jam

3. Gabungan kata berikut yang ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali,  adakalanya
adakalanya,  manasuka
akhirulkalam,  mangkubumi
alhamdulillah, matahari
astagfirullah,  olahraga
bagaimana,  padahal
barangkali,  paramasastra
beasiswa,  peribahasa
belasungkawa,  puswawarna
bilamana,  radioaktif
bismillah,  saptamarga
bumiputra,   saputangan
daripada,   saripati
darmabakti,   sebagaimana
darmasiswa,   sediakala
darmawisata,   segitiga
dukacita,   sekalipun
halalbihalal,   silaturahmi
hulubalang,   sukacita
kacamata,   sukarela
kasatmata,   sukaria
kepada,   syahbandar
keratabasa,   titimangsa
kilometer,   wasalam

E. Kata ganti –ku, -kau, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

Kamis, 27 Maret 2008

Foto Amatiran (Hasil dari Pekarangan Rumah)

Pekarangan rumah meskipun kecil/sempit tapi sangat berguna, ibu dan ayah saya mencoba memanfaatkannya untuk menanam sayuran. Berikut foto hasilnya sayuran cabai dan tomat. Selain itu, ada juga foto tentang kue serabi.

      



   

Diajar Basa Sunda (neraskeun)

11. Rarangkén Hareup sa-
Guna jeung harti rarangkén hareup sa-, di antarana:

1. ”Néng Azka mah sarupa pisan jeung indungna.”
Rarangkén sa- dina sarupa gunana ngawangun kecap sipat nu hartina ’sarua ...-na’.
Conto séjéna: samodél, sawarna

2. ”Lauk saramo ku opatan, atuh moal seubeuh.”
Rarangkén sa- dina saramo gunana ngawangun kecap sipat nu hartina ’sagede...’.

3. ”Balong téh jerona ngan sacangkéng.”
Rarangkén sa- dina sacangkéng gunana ngawangun kecap sipat nu hartina ’semet/nepi kana/ka ...’.
Conto séjéna: sadada, sapingping, jeung sabeuheung

4. ”Manehna nulis dina kertas salambar.”
Rarangkén sa- dina salambar gunana ngawangun kecap bilangan nu hartina ’hiji...’.
Conto séjéna: sagandu, sakilo, jeung saleunjeur

5. ”Samemeh indit ka sakola, kuring sasarap heula.”
Rarangkén sa- dina samemeh gunana ngawangun kecap pancén nu hartina ’nuduhkeun waktu’.
Conto séjéna: sabada, saencan


12. Rarangkén Hareup sang-
Rarangkén harup sang- gunana ngawangun cakal anu hartina ’aya dina kaayaan’. Contona: sanghulu, sangigir, jeung sanghareup. Éta kecap téh baris mibanda harti tur bisa madeg mandiri upama saenggeus ngaliwatan proses morfologis deui. Upamana waé dirarangkénan ku rarangkén N-. Jadi, nyanghulu, nyanghareup. Tangtu wé, hartina ogé jadi rubah.

Belajar Bahasa Indonesia (Ejaan yang Disempurnakan)

III. Penulisan Kata

A. Kata Dasar


Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sasak.
Buku itu sangat tebal.

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergemetar
dikelola
penetapan
menengok
mempermainkan

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabunga kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
menggarisbawahi
dilipatgandakan
menyebarluaskan
penghancurleburan

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati
aerodinamika
antarkota
anumerta
audiogram
awahama
bikarbonat
biokimia
caturwulan
dasawarsa
dekameter
demoralisasi
dwiwarna
ekawarna
ekstrakurikuler
elektroteknik
infrastruktur
inkonvensional
introspeksi
kolonialisme
kosponsor
mahasiswa
mancanegara
multilateral
narapidana
nonkolaborasi
pancasila
panteisme
paripurna
poligami
pramuniaga
prasangka
purnawirawan
reinkarnasi
saptakrida
semiprofesional
subseksi
swadaya
telepon
transmigrasi
tritunggal
ultramodern

Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme

(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikutui oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.


C. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
anak-anak
biri-biri
buku-buku
bumiputra-bumiputra
centang-perenang
gerak-gerik
hati-hati
hulubalang-hulubalang
huru-hara
kuda-kuda
kupu-kupu
kura-kura
laba-laba
lauk-pauk

Rabu, 26 Maret 2008

Foto Tamu dari Korsel

Tamu dari Korea Selatan


Tanggal 13 Agustus 2006, SMAN 24 Bandung mendapat kunjungan tamu dari Korea Selatan. Tamu dari Korea Selatan tersebut dari Sekolah Dasar "MUAN". Saya bertugas sebagai tukang dokumentasi pribadi, penyebabnya adik laki-laki saya sekolah di SMAN 24 tersebut. Kemudian dua adik perempuan saya diminta jadi penerjemah bahasa Korea. Berikut foto-foto amatiran hasil jepretan saya. Mohon maaf belum bisa menampilkan hasil yang bagus, maklum amatiran.

  

    

Pelajaran EYD (Huruf Miring)

Pelajaran Bahasa Indonesia-(melanjutkan)


B. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Pikiran Rakyat

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata teknologi ialah t.
Dia bukan menipu tapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.

Tetapi
              Negara itu telah mengalami empat kudeta.

Catatan
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

Foto Kenging Pribados


Kupat Lebaran



 Pelak paria di bururan imah


 
Hasil panen paria nu di buruan imah
    

Kamus Basa Sunda-Bahasa Indonesia (melanjutkan)

A


abrét, ngabrét - lari sambil lompat

abring, ngabring – keluar bersamaan

abrug, abrug-abrugan – tidak bisa diam

abrul, ngabrul – keluar bersamaan

abur, diabur – dilepaskan agar mencari makanan sendiri (hewan)

abus – masuk (kedalam)

acay – air liur

acak- sembarang (melakukan pekerjaan tidak berurutan)

acan, tacan, encan – belum (yang berhubungan dengan pekerjaan sebelum kejadian)

acar – sejenis makanan yang terdiri dari mentimun, cuka, dan cabe rawit

aced, sirit ngaced – dari lembek menjadi keras

aceng, ngaceng - mekar (pada tumbuhan)

acer, ngacer – memancar (berkenaan dengan air)

acép – kata yg dipendekkan dari kasép = tampan;

acir, ngacir – sesuatu yang berdiri (berhubungan dengan ekor pada hewan)

acléng, ngacléng – loncat (yang berhubungan dengan binatang kecil seperti belalang)

aceuk – sebutan untuk kakak perempuan, sebutan untuk perempuan yang lebih tua

aclog, ngaclog – loncat; pada binatang seperti katak

aco, ngaco – bicara tidak karuan

acos, ucas-acos – tidak bisa memasukan benda ke suatu lubang secara berulang-ulang

acuk – baju (bahasa anak-anak)

adab – sopan santun, hormat

aday – air liur

aduy – hancur, karena terlalu matang

adus – mandi,mandi besar

adon, ngadon – menggunakan tempat orang lain

aes – bagus, indah

agan – singkatan dari perkataan juragan

ageh (agehan) – agih, sisakan, berpesan supaya disediakan

agréng – menunjukkan kemegahan

ajeg – tegak, berdiri lurus

ajol (ngajol) – lompat, loncat, menjangkau, melompat

ajrug – melonjak, seperti akan mengambil sesuatu di atas, jingjit

ajrut – turun sambil meloncat

Selasa, 25 Maret 2008

Kamus Bahasa Sunda-Bahasa Indonesia

Kamus Bahasa Sunda-Bahasa Indonesia

A


aa                                 -      pengganti nama kakak, biasanya dipergunakan anak terhadap kakaknya                                               atau yang diperkakak.

aang                            -   lihat:  aa

abah                             -  aba atau abu, ayah, bapak

abar                              -  cahaya, sinar

abdas
                            -  abdas, wudu, pencucian ketika akan shalat/sembahyang

abdi                                 -  aku, saya, hamba, nama pengganti diri

abeh, ambeh                  - supaya, agar

aben, diaben                  -   adu, sabung, tumbuk, diadu, beradu

aber, ngaber                   -  pergi, bermain ke tempat yang jauh

abir                                  -  terlalu, betul-betul, sungguh; lihat: pisan

ablag, ngablag                -   terbuka terus, lapang, lebar

ablu, ngablu                    -   bermain, melancong tak berketentuan

abur, diabur                    -  lepas, tidak diam, tidak di tempat

abus, asup                       - masuk, kedalam, lawan keluar; lihat: lebet

abong-abong                   - rasa diri

abot                                  - berat, penting, sukar, sulit; lawan ringan; lihat: beurat

abrag-abragan                -  berlari-lari, berloncat-loncat

abreg-abregan                - datang bersama, mengerjakan bersama, berdatangan, berduyun-duyun

Senin, 24 Maret 2008

Pelajaran Bahasa Indonesia Ejaan yang Disempurnakan (melanjutkan huruf kapital)

9.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara
Banyuwangi
Bukit Barisan
Cirebon
Danau Toba
Jalan Diponegoro
Jazirah Arab
Kali Ciliwung
Lembah Baliem
Ngarai Sianok
Terusan Suez

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
kacang bogor
pisang ambon


10.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59, Tahun 1975

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya:
menjadi sebuah republik
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang yang berlaku

11.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

12.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah bahasa dan Sastra
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah Azas-Azas Hukum Perdata”.


13.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doktor
M.A master of art
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana Sastra
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara

14.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman yang diapakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Asep.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hendra.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.

Kamis, 20 Maret 2008

Diajar Basa Sunda (Rarangkén Hareup para-, per-, pi-) neraskeun

8. Rarangkén Hareup para-
Parasiswa kudu meuli buku basa Sunda.”

Rarangkén para- gunana ngawangun kecap barang nu hartina ’loba/sakabéh....’
Conto séjéna: paraguru, paramitra, parabapa, parasadérék.

9. Rarangkén Hareup per-
Rarangkén hareup per- mibanda guna jeung harti, di antarana:
1. ”Manuk galudra téh perlambang gagah sakti.”

Rarangkén per- dina kecap perlambang gunana ngawangun kecap barang nu hartina ’anu jadi ...’.


2. ”Perbawa loba duit sok hayang sagala dibeuli.”

Rarangkén per- dina kecap perbawa gunana ngawangun kecap sifat nu hartina ’hal anu dibawa ti lahir. ’
Conto séjéna: perwatak

10. Rarangkén Hareup pi-
Guna jeung harti rarangkén hareup pi-, di antarana:
1. ”Ménta pituduh mah ka Gusti Alloh atuh.”

Rarangkén pi- dina kecap pituduh gunana ngawangun kecap barang nu hartina ’nu dijieun ...’.
Conto séjéna: piwuruk, piwejang, piwulang


2. ”Kuring maké jam tangan dina pigeulang.”

Rarangkén pi- dina kecap pigeulang gunana ngawangun kecap barang nu hartina ’tempat ...’.
Conto séjéna: piruhak


3. ”Mang Asep keur masang pitapak di leuweung.”
Rarangkén pi- dina kecap pitapak gunana ngawangun kecap barang nu hartina ’alat/pakakas ...’.


4. ”Geura pigawé atuh PR téh ambéh téréh anggeus!”

Rarangkén pi- dina kecap pigawé gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’nitah ngalakukeun ...’.
Conto séjéna: pidamel


5. ”Sugan téh Néng Dési teu piduit.”

Rarangkén pi- dina kecap piduit gunana ngawangun kecap sipat nu hartina ’resep kana/ka ...’.
Conto séjéna: pidunya, piindung

sakitu wae heula,
hatur nuhun

Belajar Bahasa Indonesia (Ejaan yang Disempurnakan) - melanjutkan

II. Pemakaian Huruf Katipal dan Huruf Miring
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar


1.Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.

2.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak?”
Kemarin engkau terlambat,“ katanya.

3.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah
Yang Mahakuasa
Alkitab
Quran
Islam
Kristen
Weda
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.

4.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia akan pergi naik haji.

5.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Perdana Mentri Shinjo Abe
Professor Sumantri
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Barat

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Samsul dilantik menjadi mayor jenderal.

6.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdana Kusuma
Ampere

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau suatu ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel
10 volt
5 ampere

7.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan

8.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Agustus
bulan Maulid
hari Galungan
hari Jumat
hari Lebaran
hari Natal
Perang Candu
tahun Hijriah
tarikh Masehi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.


Nanti dilanjutkan lagi... terima kasih!

Selasa, 04 Maret 2008

Diajar Basa Sunda (Neraskeun Guna Rarangkén Hareup N-)

Neraskeun gunana rarangkén N- (Nasal)

3. “Mang Joni keur ngawuluku di sawah.”
Rarangkén N- dina kecap ngawuluku gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’ngalakukeun pagawéan ku/maké ...’.
Conto séjénna: nyugu, ngecrik, ngarit, ngabuldoser

4. ”Manéna téh kungsi masantrén di Tasik.”
Rarangkén N- dina kecap masantrén gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’ngalakukeun di ...’.
Conto séjénna: masar, ngaranca, ngebon, nyawah, ngahuma

5. ”Kuring ngarasa bungah manéh geus lulus ujian.”
Rarangkén N- dina kecap ngarasa gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’boga ...’.
Conto séjénna: ngaraos

6. ”Geus sakuduna urang ngabdi ka nagara jeung bangsa.”
Rarangkén N- dina kecap ngabdi gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’milampah saperti ...’.
Conto séjénna: ngawula, ngajag

7. ”Bu Tati keur meunteun hasil ulangan kelas dua.”
Rarangkén N- dina kecap meunteun gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’méré ...’.
Conto séjénna: ngahampura, ngahormat, ngama’lum

8. ”Néng Azka geus pinter ngagambar.”
Rarangkén N- dina kecap ngagambar gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’nyieun ...’.
Conto séjénna: nyayur, nyambel, ngabordél, nyulam

9. ”Pa Rahmat nuju ngalayung di tepas bumina.”
Rarangkén N- dina kecap ngalayung gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’ngalakukeun dina waktu ...’.
Conto séjénna: nyubuh, moyan, meuting

10. ”Budak téh gawéna ngan ngaruksak cocooan baé.”
Rarangkén N- dina kecap ngaruksak gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’nyieun jadi ...’.
Conto séjénna: meulah, ngalebur

11. ”Ulah sok ngahina ke jelema téh.”
Rarangkén N- dina kecap ngahina gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’nganggap ...’.
Conto séjénna: ngahampas, nyatru

12. ”Basa kuring datang manéhna keur ngagolér dina dipan.”
Rarangkén N- dina kecap ngagolér gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’aya dina kaayaan ...’.
Conto séjénna: ngadayagdag, ngabaheuhay, ngedeng

13. ”Ceu Purma keur ngabaso di alun-alun.”
Rarangkén N- dina kecap ngabaso gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’dahar/nginum ...’.
Conto séjénna: nyirop, nyoto, ngopi, ngemih

14. ”Ari solat téh kudu ngiblat.”
Rarangkén N- dina kecap ngiblat gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’nyanghareup/ngajugjug ka ...’.
Conto séjénna: ngalér, ngidul, ngétan, ngulon

15. ”Di luar anjing ngagogog mani ragég.”
Rarangkén N- dina kecap ngagogog gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’ngaluarkeun sora...’.
Conto séjénna: ngagaur, ngahiem, ngabérélé, ngahahah, ngorosok

16. ”Lebah dinya mah jalana ngolécér.”
Rarangkén N- dina kecap ngolécér gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’kaayan saperti...’.
Conto séjénna: nyagak, mayung, nanjeur

17. ”Abong seniman, imahna ogé nyéni.”
Rarangkén N- dina kecap nyéni gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’boga sipat...’.
Conto séjénna: nyéntrik, ngedul, ngota


6. Rarangkén Hareup pa-
Guna jeung harti rarangkén hareup pa-, di antarana:

1. ”Bapa kuring mah patani.”
Rarangkén pa- dina kecap patani gunana ngawangun kecap barang nu hartina ’nu biasa/pacabakanana...’.
Conto séjénna: padagang, pamayang

2. “Ayeuna manéhna jadi patugas kaamanan di palabuan.”
Rarangkén pa- dina kecap patugas gunana ngawangun kecap barang nu hartina ’anu ngalakukeun..’.
Conto séjénna: pagawé, pajoang, patandang, pamingpin

3. “Upami teu aya paudur abdi ogé badé dongkap.”
Rarangkén pa- dina kecap paudur gunana ngawangun kecap barang nu hartina ’anu jadi...’.

4. “Kuring teu mawa panakol kohkol.”
Rarangkén pa- dina kecap panakol gunana ngawangun kecap barang nu hartina ’alat/nu dipake...’.
Conto séjénna: paneunggeul, pangajul, pamupus

5. “Kuring papisah jeung manéhna téh di Pintusinga.”
Rarangkén pa- dina kecap papisah gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’aya dina kaayaan...’.
Conto séjénna: pagalo, paribut, paantel

6. “Geus lila kuring teu patanya jeung manéhna téh.”
Rarangkén pa- dina kecap patanya gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’pabales-bales/silih...’.


7. Rarangkén Hareup pada-
Guna jeung hari rarangkén hareup pada-, di antarana:

1. ”Bangsat téh padangepung ku urang Buahbatu.”
Rarangkén pada- dina kecap padangepung gunana ngawangun kecap pagawéan (pasif) nu hartina ’loba kakeunaan ku pagawéan ...’.
Conto séjénna: padanyiwit, padamelong, padamoro

2. ”Adi lanceuk padadagang kaén di Pasar Baru.”
Rarangkén pada- dina kecap padadagang gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ’sarua ...’.
Conto séjénna: padadaék, padausaha

3. ”Pérsib jeung Bandung Raya mah padakuat atuh.”
Rarangkén pada- dina kecap padakuat gunana ngawangun kecap sipat anu hartina ’sarua ...’.
Conto séjénna: padabeunghar, padageulis

Sakitu wae heula .....

Nuhun

Senin, 03 Maret 2008

Pelajaran Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan-(lanjutan)

F. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan Kata pada dasar kata dilakukan sebagai berikut

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong, ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi- bukan am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak
ba-rang
la-wan
de-ngan
mu-ta-khir
su-lit
ke-nyang

c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di
som-bong
swas-ta
makh-luk
ca-plok
ap-ril
bang-sa

d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men ul-tra
in-fra bang-krut
ben-trok ikh-las

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an me-rasa-kan
mem-bantu pergi-lah

Catatan:
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal
b. Akhiran –i tidak dipenggal
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya:
te-lun-juk
si-nam-bung
ge-li-gi

3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
Bio-grafi, bi-o-gra-fi
Foto-grafi, fo-to-gra-fi
Intro-speksi, in-tro-spek-si
Kilo-gram, ki-lo-gram
Kilo-meter, ki-lo-me-ter
Pasca-panen, pas-ca-pa-nen

Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuiakan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.

Minggu, 02 Maret 2008

Diajar Basa Sunda (Rarangkén Hareup)

Rarangkén Hareup

4. Rarangkén Hareup ka-
Guna jeung hartina rarangkén hareup ka-, di antarana:
1.“Loték Bi Encum kajojo ku urang mana-mendi.”
Rarankén ka- di dinya gunana ngawangun kecap pagawéan (pasif) nu hartina ‘kakeunaan ku pagawéan di- …’.
Conto séjénna: kagiridig

2. “Rujak téh geuning henteu karasa ladana.”
Rarangkén ka- di dinya gunana ngawangun kecap pagawéan (pasif) nu hartina ‘bisa di- …-keun’.
Conto séjénna: kagambar, kabayang.

3. “Babawaan téh moal bias kabawa kabéh.”
Rarangkén ka- di dinya gunana ngawangun kecap pagawéan (pasif) nu hartina ‘bisa di- …”.
Conto séjénna: kaangkut, kasawang, kairong.

4. “Hayam jago Mang Iyas kagéléng mobil.”
Rarangkén ka- di dinya gunana ngawangun kecap pagawéan (pasif) nu hartina “teu dihaja di- …’.
Conto séjénna: katincak, katoél, katubruk, kapacul

5. “Rumasa kuring mah jalma euweuh kanyaho.”
Rarangkén ka- di dinya gunana ngawangun kecap barang nu hartina ‘hal anu patali jeung …’.
Conto séjénna: kabisa, kamampuh, kasakit

6. “Abdi mah teu acan gaduh kabogoh, margi sakola kénéh.”
Rarangkén ka- di dinya gunana ngawangun kecap barang nu hartina ‘hal anu dipi- …’.
Conto séjénna: kahayang, kaasih, kanyaah

7. “Manehna téh kapélét ku Néng Elis urang Buah batu.”
Rarangkén ka- di dinya gunana ngawangun kecap sipat nu hartina ‘kakeunaan ku …’.
Conto séjénna: kagendam, kaduyung
8. “Jang Somad jadi unggul kahiji saémbara ngarang puisi.”
Rarangkén ka- di dinya gunana ngawangun kecap bilangan nu hartina ‘tahapan atawa bagian…’.
Conto séjénna: kadua, katilu, kasapuluh


5. Rarangkén Hareup N- (nasal)
Rarangkén hareup N- mibanda alomorf (variasi) m-, n-, ng-, nga-, nge-, jeung ny-.
• Rarangkén N- robah jadi m- upama ngantét kana wangun dasar anu dimimitian ku konsonan b jeung p.
Contona: baca + N- ------> maca
Pacul + N- ------> macul

• Rarangkén N- robah jadi n- upama ngantét kana wangun dasar anu dimimitian ku konsonan t.
Contona: tulis + N- ------> nulis
tanya + N- ------> nanya

• Rarangkén N- robah jadi ng- upama ngantét kana wangun dasar anu dimimitian ku konsonan k jeung vokal.
Contona: karang + N- ------> ngarang
aku + N- ------> ngaku

• Rarangkén N- robah jadi nga- upama ngantét kana wangun dasar anu dimimitian ku konsonan b, d, g, h, j, l, m, n, w, jeung y.
Contona: badug + N- ------> ngabadug
dulag + N- ------> ngadulag
golér + N- ------> ngagolér
hampas + N- ------> ngahampas
juru + N- ------> ngajuru
liang + N- ------> ngaliang
ma’lum + N- ------> ngama’lum
riung + N- ------> ngariung
wadul + N- ------> ngawadul
yuga + N- ------> ngayuga

• Rarangkén N- robah jadi nge- upama ngantét kana wangun dasar anu dimimitian ku konsonan sarta ngan saengang.
Contona: cét + N- ------> ngecét
Bor + N- ------> ngebor

• Rarangkén N- robah jadi ny- upama ngantét kana wangun dasar anu dimimitian ku konsonan c jeung s..
Contona: colok + N- ------> nyolok
sapih + N- ------> nyapih

Guna jeung harti rarangkén N- di antarana:

1.“Ayeuna urang sami-sami ngadu’a ka Gusti Alloh.”
Rarangkén N- di dinya gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ‘ngedalkeun …’.
Conto séjénna: ngadongéng, nyarita, nyora

2.“Kuring keur maca novel basa Sunda.”
Rarangkén N- di dinya gunana ngawangun kecap pagawéan (aktif) nu hartina ‘ngalakukeun pagawéan …’.
Conto séjénna: nginum, ngigel, ngaji, masak

sakitu waé heula
nuhun …………