Rabu, 31 Desember 2008

Pedagang Bangkitkan Islam Kembali di Cina

By Republika Newsroom
Rabu, 24 Desember 2008 pukul 13:44:00


QANTARA.DE

Jamaah muslim di Cina usai melaksanakan sholat


GUANGZHOU - Islam kembali datang dan menguat di Guangzhou, salah satu kota pusat perdagangan di Cina, sekaligus tempat pertama kali Islam tiba di daratan tersebt seribu tahun lalu oleh para pedagang.

"Pemahaman saya tentang Islam telah meluas dan mendalam kini," ungkap Jin Lei, seorang muslim dari propinsi Shandong, yang baru pindah ke Guangzhou, seperti yang dikutip oleh China Daily, 23 Desember lalu.

"Ketika saya bertemu dengan muslim dari negara-negara berbeda, saya menjadi tahu jika Islam bukan terbatas pada ritual dan masjid, melainkan cara hidup," tambah Jin Lei.

Guangzhou kini menjadi rumah bagi empat masjid termasuk Majid Huaisheng yang terkenal. Masjid Huaisheng didirikan oleh salah satu paman sekaligus sahabat dekat Rasul Muhammad, Sa'ad bin Abi Waqqas.

Kota juga memiliki sebuah makam yang diyakini makam Sa'ad bin Abi Waqqas. Kini kota itu kembali menjadi pusat tujuan pedagang muslim. Seperti pedagang yang mengenalkan Islam pertama kali ke Cina, mereka kini dihargai karena membangkitkan kembali Guangzhou.

"Situasi sosial komunitas muslim saat ini di Guangzhou, mirip dengan jaman Dinasti Tang," ujar Ma Qiang, asisten profesor studi etnologi dan keagamaan di Universitas Normal Shaanxi.

"Kedua komunitas berbeda tak jauh dengan kondisi saat China pertama kali membuka diri dan memiliki perekonomian makmur," imbuh Ma, seorang cendekia muslim yang menulis komunitas muslim Guangzhou sebagai tema desertasi doktoralnya.

Kota itu sejak lama terkenal sebagai salah satu pusat perdagangan internasional yang menarik pedagang muslim dari Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara selama bertahun-tahun.

"Saya pertama kali datang ke Cina pada 1999. Saya jatuh cinta dengan kota ini dan sejak itu hampir sebagain besar waktu tinggal di sini," aku Mohamed Ali Algerwi, pengusaha Yaman berusia 39 tahun.

"Ia telah mendirikan perusahaan swasta pribadi di Guangzhou dan kini mengekspor aksesoris mobil, keramik, ban, aksesoris kendaraan, dan kosmetik ke negara-negara Arab.

Sementara Abdul Bagi Al-Atwani, 38 tahun juga pengusaha Yaman, mengaku datang pertama kali ke Cina 15 tahun lalu sebagai pelajar. Ia pindah ke Guangzhou pada 1999 dan kemudian memulai bisnsi perdagangan antara Cina dan negara-negara Arab.

"Saya suka Guangzhou. Ini tempat yang baik untuk berbisnis dan tinggal," tutur Al Atwani seraya mengaku memiliki restoran dalam bahasa Cina yang fasih.

Banyak toko di pusat perbelanjaan Guangzhou, meyajikan barang-barang untuk melayani pedagan muslim luar, menyediakan mereka barang-barang Islami, kebutuhan sehari-hari seperti pakaian Arab dan Afrika, bahkan Al Qur'an elektronik.

Tanpa pendatang muslim luar, banyak dari kita menjadi penganggguran," ungkap Fang Qinghaou, pemilik toko di Pusat Komersial Internasional Honghui. "Ketika waktu sholat tiba, mereka kadang sholat di toko saya. Saya bantu menyediakan lembaran papan, atau kertas untuk mereka bersujud," kata Fang

"Saya paham jika mereka memiliki keyakinannya sendiri, namun kita tidak membicarakannya. Kami hanya berbicara bisnis," ujar Fang lagi.

Islam di Guangzhou sendiri sempat menurun pada abad ke-20, dan sensus nasional tahun 2000 lalu mencatat, muslim di wilayah kota itu hanya 9.838, orang. Lalu setelah itu tidak ada laporan lagi.

Kini menurut Asosiasi Islami Guangzhou, jumlah muslim tinggal di kota itu meningkat sekitar 50 ribu hingga 60 ribu orang. Wang Wenji, wakil presiden organisasi tersebut mengatakan lebih dari 10 ribu jamaah melakukan sholat Jumat di empat masjid kota.

Kapasitas masjid yang tak mampu menampung keseluruhan jamaah, seringkali membuat warga muslim sholat di trotoar depan sekitar masjid. "Pertama kali penduduk lokal bingung melihat para jamaah. Namun kini mereka telah terbiasa dengan pemandangan itu," ujar Bai Lin, imam Masid Xiaodongying.

"Penduduk di Guangzhou sangat berpikiran terbuka," kata Bai lagi.

Sehingga tidak heran bila di kota itu banyak pula ditemukan restoran halal, terutama di area konsentrasi muslim, yang menawarkan masakan Arab, Cina, Afrika, dan Thailand./it

Konvensi Besar "Kebangkitan Islam" di Kanada

By Republika Newsroom

Kamis, 25 Desember 2008 pukul 13:59:00

MECCA.COM

Suasana bazar pada konvensi "Reviving the Islamic Spirit," tahun 2007 lalu.



TORONTO - Muslim di Kanada bakal punya hajatan besar. Konvensi tahunan besar berjudul "Reviving the Islamic Spirit" atau Membangkitkan Spirit Islam yang menghadirkan pembicara muslim dari penjuru akan saja diselenggarakan di Kanada 26 Desember esok.

"Dengan rata-rata pengunjung 15 ribu partisipan per tahun, konvensi ini menjadi pusat perhatian berbagai kelompok berbeda", ujar Nadir Shirazi, sekretaris pers acara konvensi tersebut seperti yang dikutip oleh IslamOnline.

Ribuan orang dari seluruh penjuru Amerika Utara akan mengalir ke Toronto pada hari Jumat mendatang untuk mengikuti pembukaan konferensi tiga hari tersebut.

Acara yang diorganisais grup para aktivis pemuda Muslim Kanada--yang dianggap sebagai perkumpulan muslim terbesar di Kanada, menggemakan semangat konvesi serupa di AS, yakni Kovensi Masyarakat Islami Amerika Utara.

Tahun ketujuh konvensi kali ini bertema "Menjawab panggilan Tuhan, Pembawa pesan, Menempatkan Prioritas Ajaran Nabi bagi Muslim di Barat,"

Acara itu nanti akan diikuti bazar dengan penjual dari seluruh Amerika Utara menjajakan dan mempromosikan produk serta layanan mereka. "Ini tentu akan menggerakkan aktivitas ekonomi di dalam kota," ujar Shirazi.

Sebuah konser juga bakal digelar di akhir acara, dengan pertunjukkan nasheed, termasuk artis Pakistan ternama, Junaid Jamshed dan penyanyi Inggris Mesut Kurtis. Penyelenggara berharap hasil besar tahun ini mengingat konvensi jatuh saat libur Natal di Kanada.

Sejak diselenggarakan pertama kali di tahun 2003, konvensi tersebut menjadi salah satu konferensi muslim penting di Amerika Utara. Pengunjung bertambah setiap tahun, mulai dari 3.500 orang pada konferensi pertama, hingga 15 ribu orang pada konferensi terakhir 2007 tahun lalu. Jumlah itu pun diprediksi akan meningkat pada tanggal 26 Desember nanti.

Sejumlah ulama muslim dari berbagai belahan dunia akan menjadi pembicara di konvensi tersebut. Mereka diantaranya ialah Hamza Yusuf, dan Yahya Rhodus dari AS, Tariq Ramadan dari Swiss, lalu Jamal Badawi dari Kanada sendiri, dan Tareq Suwaidan asal Kuwait.

"Dengan membawa berbagai warna pembicara ke Toronto, salah satu kota dengan ragam perbedaan terkaya di dunia, kami berharap mampu membangun institusi nyata dan berarti untuk hidup bersama dan berkontribusi di Kanada," ujar Fouzan Khan, pendiri dan direktur konvensi tahunan itu.

Selama tujuh tahun berlangsung, konvensi tersebut juga menjadi perhatian tokoh-tokoh non Muslim, termasuk jurnalis ternama Inggris Robert Fisk, aktivis politik sekaligus rabi Amerika Michael Lerner, dan politisi plus pemain kriket Pakistan, Imran Khan.

Penyelenggara juga meyakini keragaman yang diberikan tiap pembicara berbeda mencerminkan wujud nyata masyarakat muslim Kanada yang memiliki rasio 1,9 % dari 32,8 juta populasi total penduduk.

"Muslim di Kanada adalah warga global, dan lebih terhubung dengan kemanusiaan seluruh dunia dari pada sebelumnya," ungkap Khan.

Dalam sebuah survei terakhir menyebutkan jika hampir seluruh muslim bangga menjadi warga negara Kanada dan lebih berpendidikan dibanding populasi pada umumnya./it

Sepeda Motor Listrik Honda E4-01 Diproduksi 2010


MOTOR PLUS/GIZMAG

JAKARTA, SELASA – Pabrikan motor Honda Jepang, Honda Motor Company (HMC) bakal merampungkan proyek roda dua bertenaga listrik atau electric motorcycle (EM) pada 2010. Konsep ini sesuai sesuai dengan kampanye Honda demi lingkungan hidup yang sudah diteriakkan lima tahun silam.

Hal ini disampaikan oleh Presiden Direktur HMC Takeo Fukui yang dikutip salah satu website roda dua di dunia, pertengahan Desember lalu. “Motor listrik akan meredam zat berbahaya seperti C02. Tahap awal akan diproduksi motor listrik untuk kebutuhan jarak pendek. Dua tahun ke depan, jadwal penting untuk menduniakan motor listrik Honda,” ungkap Fukui.

Sekitar 3 – 4 tahun silam, Honda memang gencar memperkenalkan motor listrik. Ajang Tokyo Motor Show (TMS) dimanfaatkan sebagai kampanye EM. Ambil contoh Honda E4-01 mulai dipajang di TMS 2004 yang kemudian dikembangkan terus dari Honda Griffone dengan basis mesin 900 cc. Beratnya, di bawah 200 kg.

Ucapan Fukui bisa jadi maklumat yang kemungkinan berimbas ke Indonesia. Direktur Marketing PT Astra Honda Motor Johannes Loman belum memberi jawab positif. “Kami belum bisa memaastikan hal ini. Sepanjang teknologi itu (motor listrik, red) cocok untuk Indonesia, kami akan mempelajarinya,” tegas Loman. (Niko)

Ekspresi Wajah Bawaan Lahir


Bob Willingham 
Perbandingan senyum antara penerima perak yang memiliki penglihatan normal (kanan) dengan yang tidak dapat melihat (tuan netra).


EKSPRESI wajah tak dapat menyembunyikan perasaan dan emosi seseorang. Hal tersebut kelihatannya muncul secara alami tanpa harus dilatih. Berdasarkan penelitiaan teranyar yang dimuat Journal of Personality and Social Psychlogy menunjukkan bahwa ekspresi emosi seseorang ditentukan gen.


Ekspresi wajah seseorang mungkin sudah terbentuk dengan sendirinya dan diturunkan sejak lahir. Faktor meniru atau berlatih tidak terlalu menentukan seperti apa ekspresi seseorang.

Dalam penelitian itu, dibandingkan ekspresi wajah antara orang tuna netar dengan orang yang berpenglihatan normal. Ternyata gerakan otot mukanya relatif sama dan membentuk ekspresi yang serupa.

"Ini menunjukkan bahwa terdapat sifat genetik yang mengatur sumber ekspresi emosi," ujar David Matsumoto, profesor psikologi dari San Fransisco Satte University. Penelitian tersebut menyimpukan bahwa ekspresi wajah tidak ditentukan dari hasil pengamatan.

Bahkan, Matsumoto menemukan baik orang yang berpenglihatan normal maupun penyandang tuna netra sama-sama mengatur ekspresi wajah dengan cara yang sama berdasarkan konteks sosial yang dihadapi. Misalnya ekspresi "senyum sosial" peraih medali perak saat penyerahan medali usai final pertandingan olimpiade.

Senyum yang diperlihatkan peraih perak umumnya hanya mengaktifkan otot mulut. Berbeda dengan senyum bebas (biasa disebut senyum Duchenne) yang juga melibatkan otot sekitar mata dan otot pipi.

"Orang yang kalah menekan bibir bawah ke atas untuk mengendalikan emosinya di wajah," jelas Matsumoto. Tuna netra mustahil memperoleh cara berekspresi seperti itu dari pengamatan yang dilakukan orang lain. Artinya ada faktor genetik yang mengendalikannya. Namun, gen yang mana tentu butuh penelitian lebih lanjut melalui percobaan.


Sumber : PHYSORG

Pendidikan di Indonesia Masih Menyedihkan

Refleksi "Malam Renungan Pendidikan 2008"

 

ASAP hitam dari ban yang terbakar mengepul saat seorang mahasiswa berorasi pada aksi menolak Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) di depan Gedung Sate Jln. Diponegoro Kota Bandung, Rabu (24/12). Disahkannya UU BHP oleh DPR memicu aksi penolakan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia.* ADE BAYU INDRA/"PR"


BANDUNG, (PR).-
Sepanjang tahun 2008, dunia pendidikan di Indonesia tidak ditandai perubahan berarti, sehingga membuat wajah pendidikan tetap menyedihkan. Persoalan-persoalan yang sejak lama muncul mewarnai wajah pendidikan negeri ini, belum menunjukkan penyelesaian ke arah yang lebih baik.

Demikian disampaikan mantan Ketua Komite Aksi Mahasiswa Unpad (KAMU) Oky Syeiful Harahap di depan peserta "Malam Renungan Pendidikan 2008" yang diselenggarakan Forum Aktivis Bandung (FAB) di Sekretariat FAB, Senin (29/12).

Disebutkan Oky, tahun 2008 ditandai dengan dua fenomena penting di dunia pendidikan. Pertama, keputusan konstitusi mengenai keharusan pemerintah mengalokasikan anggaran sedikitnya 20 persen untuk bidang pendidikan. "Keputusan tersebut seolah-olah berpihak pada dunia pendidikan, padahal nyatanya tidak sama sekali," ujarnya.

Kemudian, fenomena kedua yang cukup krusial terjadi tahun ini ialah saat DPR mengesahkan Rancangan Undang Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP) menjadi Undang-undang di tengah kontroversi dan penolakan yang masih ramai. "Sudah sejak lama pemerintah senang membuat peraturan baru hingga jumlahnya bertumpuk. Akan tetapi, tidak satu pun yang diterapkan dengan baik," ujarnya.

Ia mencontohkan, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) , hingga kini tujuannya sama sekali tidak jelas. Untuk itu, pengesahan UU BHP ini semestinya dijadikan momentum untuk bergerak menuntut adanya perubahan demi pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi," tutur Oky.

Tidak responsif

Pakar hukum dari Universitas Pasundan Bandung Anthon Freddy Susanto menyatakan, banyaknya penolakan yang muncul pascapengesahan UU BHP menunjukkan aturan tersebut sama sekali tidak responsif karena sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.

"Lama-lama aturan tersebut akan makin represif dan ujung-ujungnya akan berakibat pada tindak kekerasan yang menimpa lembaga pendidikan. Kalau sudah demikian, kembali masyarakat yang akan dirugikan," kata Anthon. Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat pun akan makin tergerus kapitalisme pendidikan.

Menurut Anthon, pendidikan di Indonesia semestinya jangan terlalu terpaku pada kebijakan regulasi. Sebab, Indonesia sudah dibanjiri produk hukum di bidang pendidikan yang masih rapuh dan miskin implementasi. Sementara semakin banyaknya undang-undang seolah memperlihatkan nilai moral yang terkandung di masyarakat selama ini tidak baik.

Semestinya Indonesia berkaca pada Jepang, Korea, dan Cina. Di ketiga negara tersebut, sistem pendidikan yang disusun pemerintah dapat berjalan seiring dengan pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan kearifan lokal yang ada.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi D DPRD Kota Bandung Arif Ramdani mengurai empat hal yang merupakan permasalahan di Kota Bandung. Keempat permasalah tersebut berada di kebijakan, fungsi DPRD, kebijakan di tingkat Dinas Pendidikan, dan juga satuan tingkat pendidikan.

Permasalahan kebijakan ditandai dengan banyaknya peraturan yang tidak sinkron antara satu dengan yang lain. Kemudian, permasalahan pada fungsi DPRD terlihat saat penentuan besaran anggaran untuk pendidikan. "Selama ini yang memiliki wewenang membahas untuk kemudian menentukan besaran anggaran ialah panitia anggaran. Semestinya komisi terkait perlu pula dilibatkan, karena mereka yang tahu permasalahan di dunia pendidikan untuk kemudian menentukan besaran anggaran yang dibutuhkan hingga akhirnya memudahkan dalam hal menjalankan fungsi pengawasan," kata Arif. (A-184)***

Tahun, Semesta, dan Kehidupan

Oleh NINOK LEKSONO

NASA Goddard Space Flight Center
Bumi dipotret dari ruang angkasa.


“Mungkin Tuhan menciptakan Alam Semesta bagi kemaslahatan kita.” (Fisikawan Andrei Linde, Discover, 12/08)

Dalam beberapa jam lagi, Matahari terakhir tahun 2008 akan tenggelam di ufuk barat, dan warga dunia pun berpesta menyambut datangnya Tahun Baru. Inilah peristiwa yang mengulangi apa yang terjadi, setahun silam, dua tahun silam, sepuluh tahun silam, seabad silam, satu milenium silam, dan sejuta tahun silam… bahkan semiliar tahun silam sekalipun. Seperti kita petik dari ilmu astronomi, sistem Matahari-Bumi yang melahirkan konsep tahun—yaitu periode atau kurun waktu sekali Bumi mengelilingi Matahari—sudah lahir sekitar 4,5 miliar tahun silam.

Seperti inilah ”rutin” yang akan dijalani penduduk Bumi selama sekitar empat miliar tahun lagi, yakni sebelum Matahari mengembang menjadi bintang raksasa merah yang akan memanggang Bumi.

Menjadi pertanyaan menarik, masihkah kehidupan ada di Bumi saat itu? Atau manusia sudah bertransformasi menjadi makhluk pengelana antariksa? Pertanyaan itu masuk akal karena bahkan sekarang pun kondisi lingkungan di Bumi mulai tampak menurun akibat aktivitas manusia.

Tahun dan ”tahun”

Dengan jarak rerata dari bintang induk Matahari 150 juta kilometer, Bumi perlu 365 hari untuk sekali mengelilingi Matahari. Itulah satu tahun kita. Bagi planet Merkurius yang berjarak 57,5 juta kilometer dari Matahari, satu tahun di sana tidak 365 hari, tetapi 87,9 hari Bumi. Lalu satu tahun untuk Venus hanya 224,7 hari Bumi. Sementara itu, satu tahun untuk planet luar, yang jaraknya dari Matahari lebih besar dari Bumi, yakni Mars 686,9 hari Bumi, Jupiter 11,9 tahun Bumi, Saturnus 29,5 tahun Bumi, Uranus 84 tahun Bumi, Neptunus 164,8 tahun Bumi, dan Pluto 247,9 tahun Bumi. Ibaratnya, untuk merayakan Tahun Baru di Pluto—seandainya manusia bisa hidup di planet yang jauhnya 40 kali jarak Matahari-Bumi ini—diperlukan tempo 247,9 tahun!

Di Bumi, jangka waktu selama itu telah diisi oleh berbagai kemajuan teknologi dan peradaban yang luar biasa. Kalau saat ini di Pluto ada perayaan menyambut Tahun Baru, maka perayaan tahun baru sebelumnya terjadi tahun 1760 Bumi, satu dekade sejak awal Revolusi Industri di Inggris. Kita sudah menyaksikan betapa hebatnya perkembangan zaman sejak Revolusi Industri hingga hari ini.

Ya, ketika berbicara tentang tahun, yang berarti juga tentang waktu, manusia Bumi pun mau tidak mau harus berbicara tentang jarak. Jaraklah yang sebenarnya membuat manusia seperti tak berdaya—karena kecilnya—di hadapan kosmos yang mahaluas.

Dalam ketidakberdayaan menghadapi jarak, manusia telah memperlihatkan keteguhannya untuk tidak mau menyerah. Melalui wahana antariksa seperti Pioneer 10 (diluncurkan tahun 1972) dan Pioneer 11 (1973), mata manusia telah dibawa ke jarak lebih jauh dari planet Mars sehingga citra planet raksasa Jupiter secara close-up pun bisa dibuat.

Wahana Voyager bahkan melangkah lebih jauh. Setelah diluncurkan tahun 1977, Voyager 2 menjadi wahana buatan manusia pertama yang mendekati planet Uranus dan Neptunus, sementara Voyager 1 yang menempuh arah berlainan kini telah memasuki ruang antarbintang.

Namun, harus diakui, meski ciptaannya telah berhasil menjangkau ruang antarbintang, jarak sekitar 10 miliar kilometer tersebut masih sangat-sangat kecil untuk ukuran kosmos.

Sekadar perbandingan, bintang terdekat dari Bumi, Alpha Centauri, sudah berjarak 4,5 tahun cahaya, padahal satu tahun cahaya—yakni jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun—adalah sekitar 9,5 triliun kilometer. Bisa kita hitung berapa triliun kilometer jarak Alpha Centauri ke Bumi.

Bisa juga kita hitung berapa jarak dalam kilometer dari Matahari kita yang ada di salah satu lengan Galaksi Bima Sakti (Milky Way) ke pusat Galaksi yang jauhnya 30.000 tahun cahaya. Juga bisa kita hitung jarak galaksi terdekat, yakni Andromeda, yang jauhnya 2 juta tahun cahaya.

Bak debu

Di hadapan kosmos, Bumi dan manusia ibarat debu yang dimensinya demikian kecil. Namun, Sang Maha Pencipta rupanya memberikan kelebihan yang sungguh besar kepada manusia. Ini diwujudkan dengan munculnya temuan ilmiah terakhir yang memperlihatkan bahwa alam semesta tercipta untuk kehidupan. Jadi, bukan kehidupan menyesuaikan diri dengan alam semesta, tetapi justru alam semestalah yang menyesuaikan diri untuk kehidupan.

Pemahaman baru ini muncul setahap demi setahap di kalangan astronom yang mempelajari kosmos. Astronom yang bekerja di kegelapan malam di observatorium Cile yang amat gelap dan tinggi merasakan dirinya bukan warga Bumi, tapi warga Galaksi. (The sensation of being on Earth faded away, she recalled. ”I was a citizen of the Galaxy.” Dari ”Space -The Once and Future Frontier”/NG)

Adanya kedekatan, meskipun terpisahkan oleh jarak mahajauh, seperti menyiratkan bahwa kehidupan merupakan ”anak kandung” alam semesta. Dalam penjelasannya kepada Tim Folger (Discover, Desember 2008), fisikawan visioner Andrei Linde dari Universitas Stanford di Palo Alto, California, menyebutkan, sifat-sifat dasar alam semesta secara ajaib pas untuk kehidupan. Kalau hukum fisika yang berlaku diubah sedikit saja—di alam semesta ini—maka kehidupan yang kita kenal ini tidak akan pernah ada.

Ambil dua contoh. Atom terdiri dari proton, neutron, dan elektron. Kalau proton 0,2 persen lebih berat, ia akan tidak stabil dan akan meluruh jadi partikel lebih simpel. Atom lalu tidak akan eksis, demikian pula kita. Kalau gravitasi sedikit saja lebih kuat, bintang-bintang akan mengerut lebih kuat, membuatnya lebih kecil, panas, dan padat. Bintang tidak akan bertahan miliaran tahun, tetapi akan terbakar habis bahan bakarnya dalam jutaan tahun, lalu padam jauh sebelum kehidupan punya peluang untuk berevolusi.

Ada banyak contoh yang memperlihatkan bahwa alam semesta punya sifat ramah terhadap kehidupan sehingga para fisikawan sulit menganggapnya hanya sebagai kebetulan.

Kita hidup dalam satu waktu dan tempat khusus di alam semesta di mana kehidupan mungkin terjadi. (Ini dikenal sebagai Prinsip Antropik Lemah). Sementara Prinsip Antropik Kuat menegaskan bahwa hukum-hukum fisika memang bias (amat pro) terhadap kehidupan. Freeman Dyson, fisikawan di Institute for Advanced Study di Princeton, lebih gamblang lagi mengatakan bahwa Prinsip Antropik Kuat menyiratkan, ”alam semesta tahu kita akan datang”.

Kalau memang ini soalnya, tampaknya ada titah khusus yang diamanatkan kepada kehidupan, dan khususnya kepada manusia dari alam semesta, atau dari Penciptanya. Menjadi kewajiban kitalah untuk secara cerdas menangkap amanat tersebut. Ini tentu lebih serius daripada sekadar mengulang ritual setiap tahun tatkala Matahari di hari terakhir bulan Desember tenggelam di ufuk barat./*

Kartu Merah di Detik Ketiga


Mohammad Resha Pratama - detiksport


Ilustrasi (AFP)


 
London - Mencetak sebuah rekor belum tenta menyenangkan, setidaknya ini berlaku bagi seorang David Pratt. Rekor kartu merah tercepat di sepakbola tingkat senior harus ia terima dalam sebuah pertandingan.

Rekor tak menyenangkan tersebut dia ukir ketika timnya, Chippenham Town, klub Southern Premier League, sebuah kompetisi semi profesional di Inggris, berlaga melawan rival sesama peserta liga itu, Bashley, Sabtu (27/12/2008) lalu.

Kick off babak pertama berjalan tiga detik, Pratt melakukan sebuah tekel keras ke pemain Bashley Chris Knowles. Wasit pun tanpa ampun langsung mengusirnya dari lapangan. Chippenham harus bermain dengan 10 orang selama 89 menit dan 57 detik waktu normal, dan akhirnya tunduk dari Bashley dengan skor 1-2.

Pratt sendiri sangat kecewa atas pelanggaran yang dilakukannya dan tidak menyangka harus meninggalkan lapangan scepat itu. Namun, ia mengakui keputusan wasit dengan mengakartu merahkannya itu benar adanya.

"Saya sangat terpukul dengan apa yang diputuskan oleh wasit tapi wasit berpikir itu kartu merah. Jadi saya harus menerimanya," imbuh pemain berusia 21 tahun itu kepada BBC.

Terkait dengan rekor yang ia cetak tersebut, Pratt pun tak senang menerimanya dan segera ingin melupakannya."Rekor dunia ini buka sesuatu yang besar bagiku, sesuatu yang tidak harus dibanggakan."

Pratt memecahkan rekor yang telah bertahan 18 tahun milik mantan pemain Bologna, Giuseppe Lorenzo. Lorenzo diusir wasit pada detik ke-10 karena memukul lawan pada sebuah pertandingan Seri A.

Di daratan Inggris pun, sebuah rekor kartu merah tercepat pernah dipegang oleh mantan kiper Sheffield Wednesday, Kevin Pressman. Pada tahun 2000, Pressman dikeluarkan oleh sang pengadil di detik ke-13 karena memegang bola di luar kotak penalti.

Dan di tahun yang sama, di Liga Amatir Inggris, seorang pemain bernama Lee Todd juga harus dikartumerah di detik ke-2 pertandingan berjalan akibat memaki wasit dengan kata kasar.

( arp / arp )

Cigadung, Bukit Beracun Sianida

Coba ingat-ingat lagi, apakah yang dimakan itu keripik kentang ataukah keripik gadung? Bisakah membedakan dengan cepat, mana keripik kentang dan mana keripik gadung? Kadang sulit membedakannya, apalagi bila irisannya sama tipisnya.

Atau, bisa jadi keripik gadung yang kita makan itu berasal dari Desa Citangtu, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan. Masyarakat di desa ini sudah membudidayakan gadung sebab peluangnya jauh lebih menguntungkan. Keripik gadung mempunyai pasar yang potensial seperti DI Jakarta dan Bandung. Setiap tahunnya, petani gadung dari Desa Citangtu mampu menjual keripik gadung siap saji sebanyak 100-150 ton per sekali panen. Dengan harga yang menjanjikan dan stabil, ternyata tidak kalah dengan harga padi, singkong, atau ubi jalar. 

Gadung (Dioscorea hispida DENNST) yang pernah bercitra sebagai bahan makanan orang miskin yang kelaparan, kini menjadi makanan ringan orang gedongan. 

Bagi orang tua yang pernah mengalami masa-masa sulit beras, makan gadung menjadi pilihan. Ketika sawah tak memberikan hasil karena gagal panen, rakyat pergi ke hutan. Bukan untuk membabat hutan atau untuk menjarah kayu, tetapi untuk mencari umbi gadung. Ketika hutan alam masih utuh, belum dijadikan hutan produksi dan kebun sayur seperti sekarang, hutan benar-benar menjadi sumber pangan masyarakat. 

Gadung sudah sangat dikenal di berbagai daerah dengan nama yang berbeda-beda. Di tatar Sunda dikenal dengan nama gadung, yang tumbuh liar di berbagai tempat. Begitu pun tumbuh subur di hutan alami di perbukitan sekeliling Bandung atau di lereng-lereng gunung yang melingkung Bandung.

Di tatar Sunda banyak tempat yang bernama Cigadung, begitu pun di utara Bandung. Kawasan yang asalnya berupa perbukitan dengan tumbuhan alami, di lantai hutan di perbukitan itu tumbuh gadung.

**

Gadung merupakan tanaman sejenis umbi-umbian dengan batangnya yang berduri, merambat, dan relatif tanpa gangguan, sebab babi hutan pun tak suka. Dalam satu batang gadung, umbinya bisa mencapai puluhan seukuran rantang yang agak pipih, sampai-sampai tanah di atasnya menggunung, bahkan pecah-pecah. 

Umbinya berwarna putih kekuningan dan daunnya berbulu halus. Saat kemarau, daun gadung meranggas, ini pertanda umbi gadung sudah siap untuk digali, untuk dipanen. 

Tidak seperti singkong, umbi gadung tidak dapat dikonsumsi atau dimasak secara langsung karena umbi gadung mengandung racun atau zat alkaloid yang disebut dioscorin (C13H19O2N). Racun ini bila dikonsumsi dengan kadarnya rendah, dapat menyebabkan pusing. Bila kandungan racunnya cukup banyak, bisa mengakibatkan mabuk gadung. 

Racun yang terkandung dalam umbi gadung itu harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dimakan. Racun dioscorin itu dapat dihilangkan dengan beberapa cara yang khusus, seperti yang dilakukan di daerah Pameungpeuk, Kabupaten Garut. Cara ini dapat menghilangkan kadar racun dalam umbi gadung sehingga layak dikonsumsi. 

Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut: umbi gadung diiris dengan pisau yang tajam dan tipis, lalu dilumuri dengan abu sambil sedikit diremas-remas hingga lunak, dan dijemur di terik matahari sampai kering. Kemudian irisan gadung itu dicuci di air mengalir. Masukkan irisan gadung yang telah dicuci ke keranjang dan direndam dalam air mengalir selama 3-4 hari. Setiap hari irisan itu diaduk-aduk. Setelah 3-4 hari, cuci sampai bersih, lalu cuci lagi dengan air garam. Angkat dan tiriskan. 

Untuk mendapatkan kepastian bahwa umbi gadung sudah tidak beracun, biasa diberikan dahulu pada ternak. Apabila ternak yang memakan umbi gadung tersebut tidak menunjukkan gejala apa-apa, berarti umbi gadung tersebut sudah tidak mengandung racun. Namun sebaliknya, apabila ternak yang memakannya menunjukkan gejala pusing-pusing, berarti umbi gadung masih mengandung racun. 

Proses perendaman umbi gadung dalam air harus diulang sehingga racunnya benar-benar hilang. Melalui perendaman ini, selain melarutkan senyawa linamarin dan lotaustralin, juga dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menguraikan racun gadung menjadi asam organik. 

Bila dinilai sudah aman, masyarakat yang sudah menanti ingin segera mengonsumsinya, gadung yang telah ditiriskan itu langsung dikukus. Setelah matang, kukusan irisan gadung ditaburi dengan parutan kelapa. Wah, sedap sekali. Atau, irisan gadung yang telah ditiriskan tadi kemudian dijemur di bawah terik matahari sampai kering. 

Gadung sudah teruji dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh dan enak bila kandungan racunnya sudah dinetralkan. Asam sianida atau asam biru baru timbul saat jaringan umbi gadung dikupas atau diiris. Bila jaringan rusak, dua senyawa prekursor, yaitu linamarin dan lotaustralin, akan kontak dengan enzim linamarase dan oksigen udara hingga menjadi glukosa dan sianohidrin. 

Sianohidrin, pada suhu kamar dan kondisi basa (pH di atas 6,8), akan terpecah membentuk racun sianida (HCN) dan aseton. Namun, senyawa linamarin dan lotaustralin sangat mudah larut dalam air dan tidak tahan panas sehingga mudah dihilangkan. Oleh karena itu, proses menghilangkan racun yang dilakukan masyarakat sudah tepat. Dengan cara itu, residu HCN yang mematikan itu tinggal 1-10 mg per kg gadung. Residu itu dapat dihilangkan dengan proses pemanasan yang cukup saat gadung dimasak atau digoreng. Gadung pun aman dikonsumsi.

Terjadinya keracunan saat mengonsumsi gadung karena tidak diproses dengan baik. Beberapa pengalaman menunjukkan, dapat dicegah dengan makanan berkadar asam amino esensial dan iodin tinggi, seperti ikan asin atau sumber protein lain, dan sayuran.

**

Sudah lama umbi yang mengandung racun sianida ini berkhasiat dan dapat digunakan dalam pengobatan, seperti banyak diuraikan dalam buku K. Heyne (1927). Ini merupakan tantangan para ahli obat untuk memublikasikan hasil-hasil penelitiannya, agar masyarakat secara mandiri dapat mengobati dirinya sendiri. Kita tidak peduli terhadap potensi yang dimiliki bangsa ini. Namun begitu dipatenkan orang lain, baru kita ngeh. Baru kita kebakaran jenggot, lalu diam lagi.

Beberapa contoh penyakit yang oleh masyarakat dapat diobati dengan gadung adalah: penyakit kusta (lepra), kencing manis, nyeri empedu, keputihan, mulas, nyeri haid, radang kandung empedu, rematik, bahkan kapalan (obat luar). Akarnya pun berkhasiat sebagai obat rematik, kencing nanah, dan disentri.

Gadung yang selama ini identik dengan makanan warga miskin, ternyata telah naik daun menjadi makanan cemilan orang gedongan. Gengsinya pun akan semakin naik lagi bila gadung dapat diolah menjadi obat-obatan, yang selama ini terabaikan. (T. Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung)***

Foto-Foto Banjir di Kabupaten Bandung

Foto amatir banjir di Kabupaten Bandung hasil jepretan temanku, selamat menikmati.








  

 

Pedagang Bunga Cihideung Terapung


Wisata Bunga Cihideung

Ema Nur Arifah - detikBandung




Bandung - Meskipun pedagang merupakan penduduk asli Desa Cihideung, tapi tidak semua pedagang di kawasan Wisata Bunga Cihideung memiliki tanahnya sendiri. Mereka menyewa pada pemilik tanah yang kebanyakan bukan warga asli Cihideung.

"Untuk pedagang-pedagang di pinggir jalan, 60 persennya pedagang terapung," papar Ganda Suganda (62), dari Tourist Information Center Wisata Bunga Cihideung.

Disebut pedagang terapung, karena para pedagang tersebut tidak memiliki lahan sendiri. Mereka menyewa pada pemilik yang rata-rata warga luar Cihideung. Sistem pembayaran sewa dengan cara membagi hasil keuntungan yang didapatkan pedagang dengan pemilik.

Menurut Ganda, jika lahan yang disewakan kepada para pedagang itu diambil oleh pemiliknya, maka para pedagang akan kehilangan mata pencaharaian. "Jika diambil pemiliknya mereka tidak tahu akan terbang ke mana," tutur Ganda.

Dituturkan oleh Wari (75) bahwa sebagian besar lahan penduduk di Desa Cihideung telah dijual. Menurut Wari, sampai saat ini hanya tinggal 4 orang penduduk yang memiliki tanahnya sendiri termasuk diriya. Di tanah seluas 1.600 meter persegi miliknya itu, Wari melakukan kegiatan budidaya bunga dan tanamannya. Kelak, hasilnya dijual secara grosir pada para pedagang.

"Kebanyakan penduduk menjual tanahnya. Jadi sekarang banyak yang menyewa tanah untuk berdagang," tutur Wari. Meski sempat ditawari, Wari sendiri enggan untuk menjual tanahnya, menurut Wari dengan membudidayakan tanaman di tanah sendiri, rezeki malah akan terus datang walaupun sedikit demi sedikit.

Wisata Bunga Desa Cihideung adalah satu aset penting bagi kepariwisataan di Kota Bandung. Dari sini pula, sebagian besar penduduk desa Cihideung menggantungkan kehidupan ekonominya. Bahkan tak hanya Cihideung, penduduk Desa Cigugur yang tersambung dengan Desa Cihideung ikut menjadi pelaku usaha ini.

Sekitar tahun 90-an akses jalan menuju kawasan ini mulai diaspal. Kemudahan akses jalan tersebut membuat para wisatawan baik lokal Bandung atau luar Bandung berdatangan. Pada tahun 1992, barulah kawasan Cihideung diresmikan sebagai kawasan Wisata Bunga. Selain bunga, di Cihideung juga ada wisata strawberry yang bibitnya juga bisa dibeli.

Pamor Cihideung pun membuat tertarik para pengusaha tertarik untuk membuka usaha di tempat ini, termasuk wisata kuliner. Misalnya Kampung Daun, Sapulidi, The Peak, atau Rumah kayu yang tak hanya menawarkan menu lezat tapi atmosfer bersantap yang berbeda. Di sini pula tempat peristirahatan Villa Istana Bunga bisa ditemui.

Menuju kawasan ini anda bisa melalui Jalan Sersan Bajuri atau dari kawasan terminal Ledeng, Jalan Setiabudhi juga dari Jalan Raya Lembang.

Vila Isola, Jejak Pengasingan di Masa Kolonial


Tya Eka Yulianti - detikBandung



 
Bandung - Berbeda dengan gedung rektorat perguruan tinggi lainnya di Bandung, Gedung Rektorat Universitasi Pendidikan Indonesia (UPI) yang berada di Jalan Setiabudi, cukup unik. Tak hanya dari bentuknya, namanya pun cukup mengundang rasa penasaran. Vila Isola, terpahat jelas di salah satu bagian bangunan.

Vila Isola merupakan salah satu karya dari arsitektur terkenal C.P. Wolff Schoemaker. Proses pembuatan vila ini termasuk cepat, hanya memakan waktu 8 bulan. Dimulai pada Agustus 1933 dan selesai pada April 1934.

Kata Isola pada Vila Isola diambil dari kata Isolo yang berarti terpencil. D.W Berreti pemilik vila menginginkan dibuatkan vila yang jauh dari keramaian. Terlihat dari falsafah Berreti saat membangun vila ini yang berbunyi 'M Isolo E Vivo' yang berarti 'saya mengasingkan diri dan bertahan hidup dalam kesendirian'.

Walaupun terpencil, Vila Isola merupakan bangunan yang tercanggih di jamannya. Dengan memadukan unsur modernitas dan tradisional, karya C.P. Wolff Schoemaker ini mendapatkan banyak pujian. Bahkan salah satu arsitektur terkenal pada saat itu JP Coen mengatakan bahwa Vila Isola adalah salah satu mahkota dunia. Vila Isola adalah bangunan tercanggih pada jamannya dan masih terlihat kemegahannya sampai saat ini.

Unsur modern dilihat dari gaya art deco yang memang sedang berkembang di Eropa. Sedangkan unsur tradisional dilihat dari penggunaan kosmik Jawa, yang menggunakan sumbu pintu selatan dan utara.

Vila Isola pada awalnya memang dibuat untuk rumah tinggal untuk D.W. Berreti dan keluarganya. Sayangnya, D.W Berreti hanya sempat menempati Vila Isola setahun karena meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat.

Beberapa tahun setelah kematian D.W Berreti, Vila Isola pun dibeli oleh Hotel Savoy Homan dan menjadi bagian dari hotel tersebut. Pada masa penjajahan Jepang, vila ini juga sempat menjadi tempat menginap para tentara Jepang sebelum menjelang diselenggarakannya perjanjian Kalijati.

Tentara Indonesia kemudian berhasil merebut Vila Isola. Semenjak itulah nama Vila Isola berubah menjadi Bumi Siliwangi yang mengandung arti rumah pribumi. Saat itu keadaan Vila Isola atau Bumi Siliwangi berupa puing-puing bangunan yang telah hancur di beberapa bagian.

Pada tahun 1954 Vila Isola pun dibeli pemerintah Indonesia seharga Rp 1.500.000. Vila Isola atau Bumi Siliwangi itu pun kemudian dijadikan gedung Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). PTPG ini merupakan cikal bakal dari IKIP atau UPI Bandung saat ini.

Semenjak tahun 1954 Vila Isola menjadi kantor rektorat dan juga ruang kelas sekaligus. Tahun 1963 PTPG pun berubah menjadi IKIP Bandung. Sampai saat ini Rektor, Pembantu Rektor dan Sekretariat Universitas masih menempati Vila Isola.

Koordinator Public Relation Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Andika Dutha Bachari, mengakui memang banyak versi cerita yang ada di masyarakat seputar Vila Isola. Baik segi sejarah, filosofi, bangunan, ataupun misteri dibalik Vila Isola. "Coba saja search di google, pasti ada banyak cerita," kata Andika.

UPI merasa bangga dan beruntung memiliki salah satu karya heritage yang begitu terkenal. "Kita dititipi warisan dunia yang begitu berharga, walaupun biaya pengurusannya memang tidak sedikit," kata Andika.

UPI berencana akan merevitalisasi kawasan Vila Isola sebagai bagian dari kampus UPI. Isola Heritage akan jadi kawasan cagar budaya yang dapat dinikmati seluruh kalangan sebagai bagian dari wisata pendidikan. "Tapi bangunan Vila isola tidak akan diubah sedikitpun karena yang dipugar hanya taman dan daerah sekitarnya," kata Andika.

Lebih lanjut Andika menuturkan, masih ada karya C.P. Wolff Schoemaker selain Vila Isola di kawasan Kampus UPI, yaitu 12 rumah yang berada di sebelah barat Vila Isola.

"Dalam revitalisasi nanti rencananya 12 rumah tersebut akan dijadikan questhouse yang dapat disewakan untuk siapa saja yang akan menginap. Dan pendapatan dari situ dapat dialokasikan untuk perawatan Vila Isola itu sendiri," katanya.

Dengan konsep bact to original alias mengembalikan Vila Isola ke fungsi awal, UPI telah melakukan berbagai upaya seperti membentuk tim perencanaan dan pengumpulan data. Hal tersebut dilakukan agar hasil akhir Isola Heritage ini tidak akan mengecewakan. Revitalisasi ini akan dibuat sesuai dengan bentuk dan fungsi Vila Isola dari catatan sejarah dan dokumen yang ada, untuk itu perlu dikonsultasikan dengan berbagai pihak supaya tidak salah kaprah.

"UPI tidak akan bertindak gegabah, dengan senang hati kami terbuka untuk semua saran dan kritik yang diberikan seputar Vila Isola," kata Andika.

"Kami tidak merasa Vila Isola itu milik UPI saja tapi juga milik warga Bandung, Indonesia juga," sambungnya.

Rp 500 Miliar untuk Pipa Baru

Rehabilitasi Instalasi Besar-besaran Dilakukan 30 Tahun Lalu

PETUGAS Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung dibantu warga berusaha mengevakuasi mobil yang terperosok akibat pecahnya pipa PDAM di Jln. L.L.R.E. Martadinata, Kota Bandung, Rabu (24/12) lalu. Pipa milik PDAM kebanyakan sudah berusia puluhan tahun. Untuk mengganti instalasi pipa yang lama, dibutuhkan dana hingga Rp 500 miliar.* M. GELORA SAPTA/"PR"

Pecahnya pipa induk PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kota Bandung di Jln. L.L.R.E. Martadinata, Rabu (24/12) menjadi hadiah istimewa hari jadi ke-34 PDAM yang diperingati pada hari yang sama. Instalasi pipa yang mengalirkan air baku dari Pangalengan Kab. Bandung ke Jln. Badak Singa Kota Bandung sepanjang 32 km tersebut, secara mengejutkan, pecah. 

Kejadian tersebut membuat lapisan aspal terangkat, badan jalan ambles, dan terjadi semburan air. Tekanan air diperkirakan mencapai 5 bar, atau setinggi 50 meter jika ditembakkan secara horizontal. Tanah retak, sebuah mobil terperosok.

Usut punya usut, pipa jenis duckteel (bentuk besi coran) buatan Prancis tersebut dipasang pada 1959. Pipa tersebut diperkirakan bisa mencapai umur 50 tahun. Dengan demikian, perkiraan tersebut hanya meleset satu tahun.

Pipa milik PDAM kebanyakan memang sudah berusia puluhan tahun. Untuk mengganti seluruh instalasi pipa yang lama dibutuhkan dana hingga Rp 500 miliar. "Tidak ada sparepart-nya di sini. Kita punya cadangan sebanyak 20 batang. Jadi, itu dulu yang dipakai," kata Dirut PDAM Kota Bandung Jaja Soetardja saat ditemui di Jln. Braga Kota Bandung, Selasa (30/12). Satu batang bernilai Rp 20 juta.

Pipa yang tertanam di dalam tanah, menurut Jaja, membuat perawatan yang bisa dilakukan terbatas pada pengendalian volume dan tekanan air yang masuk tidak terlalu besar. Selain itu, juga diusahakan perawatan pipa agar tidak dipenuhi oleh angin yang bisa menambah tekanan di dalamnya.

Menurut Direktur Air Bersih PDAM Kota Bandung Tardan Setiawan, panjang keseluruhan pipa yang terpasang di Kota Bandung saat ini mencapai 2.000 km. Instalasi terbaru dipasang pada 1990. "Yang baru kebanyakan pipa-pipa ukuran kecil, bukan pipa induk," katanya saat ditemui di ruang kerjanya di Jln. Badak Singa Kota Bandung.

**

Rehabilitasi besar-besaran terhadap instalasi pipa terakhir dilakukan hampir 30 tahun lalu. Oleh karena itu, kondisi pipa saat ini sudah banyak berubah dan menurun secara kualitas. Lebih dari separuh dari keseluruhan pipa berada persis di bawah badan jalan. 

"Dulu, saat dibangun, pipa-pipa itu bisa jadi ada di pinggir jalan. Sekarang, karena pelebaran atau peninggian badan jalan, pipa berada persis di bawah badan jalan. Keadaan ini membuat pipa berisiko pecah karena ada beban dari jalan yang dilalui banyak kendaraan," ujar Tardan.

PDAM sebenarnya telah memiliki pemikiran untuk mengganti pipa-pipa lama yang telah rusak, termasuk pipa induk yang berukuran besar dan berada di bawah badan jalan. Teknik penggantian pipa yang mungkin dilakukan adalah dengan memasukkan pipa pengganti yang berdiameter lebih kecil. "Tidak mungkin kita membongkar jalan untuk memperbaiki pipa-pipa tersebut," katanya. 

PDAM sendiri tahun depan menargetkan perbaikan jalur pipa distribusi sepanjang 40 km di empat wilayah layanan, yaitu Bandung timur, tengah, selatan, barat, dan utara. Perbaikan lebih ditujukan untuk penurunan tingkat kehilangan air yang masih cukup tinggi, hampir 50%. 

Menurut catatan "PR", dalam kurun dua tahun terakhir, setidaknya tiga kali pipa transmisi air baku PDAM Kota Bandung pecah. Pertama kali terjadi di Desa Jagabaya, Kec. Banjaran, Kab. Bandung, 9 Oktober 2006. Selanjutnya pada 13 September 2008, di Jln. Raya Banjaran, tepatnya di Kp. Jambatan, Kel. Andir, Kec. Baleendah, Kab. Bandung, meledak. Terakhir, kejadian di Jln L.L.R.E. Martadinata Kota Bandung itu. 

**

Menurut pengamat dari Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran Bandung Chay Asdak, berbagai peristiwa tersebut menunjukkan kurangnya fungsi monitoring dan evaluasi. PDAM seharusnya melakukan monitoring dan evaluasi. "Hasil monitoring tersebut menjadi dasar untuk mengambil tindakan yang diperlukan. Dengan demikian, semua gejala yang ditemukan dapat disiapkan langkah antisipatifnya."

Hasil monitoring tersebut akan mampu mendeteksi pipa mana saja yang sudah masuk masa kritis dan harus segera diganti. Pendataan secara detail juga akan mempermudah dilakukannya monitoring. "Sering kali sudah dimonitor, tapi tidak ada tindak lanjutnya. Sehingga baru bertindak kalau sudah ada kejadian," katanya.

Pendataan juga harus diperbarui terus seiring perubahan lingkungan. Misalnya, kondisi jalan dan penurunan tanah yang berubah harus terus didata karena memengaruhi posisi instalasi pipa. Rusaknya instalasi pipa sering kali tidak hanya disebabkan umurnya yang sudah tua, tetapi juga semakin beratnya tekanan jalan. "Kapasitas jalan yang tidak terkontrol dengan baik tentu akan membahayakan," ujar Chay.

Menurut dia, pengawasan secara detail tidak hanya berguna untuk mendeteksi kondisi pipa. Berbagai kebocoran yang terjadi selama transmisi air juga akan diketahui secara detail. "Sudah menjadi kewajiban PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Kebocoran itu seharusnya menjadi tugas utama yang harus diselesaikan," katanya.

Apabila monitoring dan evaluasi tidak dilanjutkan dengan langkah antisipatif maka kejadian pecahnya pipa akan terus berulang. "Tinggal menunggu saja terjadi di waktu dan tempat yang lain," ujarnya. (Ag. Tri Joko Her Riadi/Catur Ratna Wulandari/"PR")***

MP3 Player Selamatkan Nyawa Dua Turis


REUTERS

ZURICH, RABU – Cahaya lampu dari sebuah MP3 player telah menyelamatkan nyawa dua turis Perancis yang tersesat di pegunungan Swiss yang dingin. Kedua turis ini – pemain ski dan snowboarder – tersesat dekat resor Savognin di tenggara Swiss. Begitu kata Gery Baumann, juru bicara layanan SAR pegunungan Rega. 


Kedua turis Perancis ini sebelumnya telah menelepon pihak berwenang dengan menggunakan ponsel. Sayang sebelum bala bantuan tiba, ponsel tersebut kehabisan daya batere Beruntung sesaat setelah tengah malam kedua penggemar olahraga musim dingin itu akhinya bisa ditemukan oleh kru helikoter Rega yang mencari mereka.

“Itu berkat cahaya tipis dari MP3 player mereka,” kata Baumann. Namun karena suhu turun terus sampai 5 derajat Fahrenheit, kedua turis itu menderita hipotermia cukup berat

 

WIEK

Sabtu, 20 Desember 2008

Daeng Soetigna Pantas Dijadikan Tokoh Bangsa


Kompas/Rony Ariyanto Nugroho
Bengkel pembuatan angklung Saung Angklung Mang Udjo, Bandung.


BANDUNG, SABTU — Daeng Soetigna, penemu angklung diatonis-kromatis pantas dijadikan sebagai tokoh bangsa karena telah menciptakan alat musik yang mengandung filosofi hidup yang tinggi.

"Pantas jika Daeng Soetigna dijadikan sebagai tokoh bangsa karena berhasil mengangkat watak pemuda dengan angklung," ungkap staf Kementerian Pemuda dan Olahraga Jauhari Arifin mewakili Menteri Pemuda dan Olahraga RI Adhyaksa Dault saat membuka acara penghormatan untuk Daeng Soetigna di Saung Angklung Udjo, Jl Padasuka Bandung, Sabtu (20/12). 

Menurut dia, moral atau watak Daeng Soetigna kini melekat dan diteruskan oleh para anak didiknya. Angklung yang diciptakan Daeng Soetigna mengandung filosofi hidup yang tinggi seperti ajaran tentang menciptakan kebersamaan, toleransi, dan kerja sama antarsesama manusia. 

Ia mengatakan, dari filosofi yang ada pada alat musik angklung, diharapkan keberagaman tidak menimbulkan perpecahan tetapi justru menjadi pemersatu yang dapat menciptakan sebuah keharmonisan hidup.

Penghormatan terhadap Daeng Soetigna direalisasikan dalam sebuah acara yang mengambil tema "Daeng Soetigna: A-trail Top Inovation In World Music History". Acara penghormatan terhadap Daeng Soetigna ini akan diisi oleh berbagai jenis kegiatan seminar yang dipandu oleh musisi Dwiki Dharmawan.

Sebelumnya, dalam acara pembukaan tersebut, ditampilkan beberapa pertunjukan angklung melibatkan siswa SD, SMA, mahasiswa Unisba. Daeng Soetigna pada 1968 menerima Satyalancana Kebudayaan dari Presiden Soeharto dan pada 2007 menerima Anugerah Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Angklung diatonis yang kini terkenal di mancanegara, untuk pertama kali diciptakan Daeng Soetigna pada 1938 di Kuningan. Pembuatan angklung tersebut diawali dengan kisah dua pengemis yang datang ke rumah Daeng Soetigna di Kuningan. Di depan Daeng, kedua pengemis tersebut memainkan angklung pentatonis. 

Bunyi angklung tersebut membuat hati Daeng tergetar. Daeng kemudian membeli dua angklung pentatonis yang menarik perhatiannya itu seusai dimainkan kedua pengamen tersebut. Ketika dua angklung pentatonis ada di tangannya, pikiran Daeng mulai bekerja, yakni ingin membuat angklung diatonis. Persoalan timbul karena secara teknis Daeng tidak bisa membuat angklung. Untuk mengatasi persoalan tersebut, Daeng kemudian belajar kepada pakar angklung bernama Djaya yang sudah berumur 80 tahun. 

Setelah bisa membuat angklung, pikiran Daeng Soetigna melayang pada tangga nada diatonis. Ia kemudian berupaya sedemikian rupa membuat angklung yang bertangga nada diatonis. Bekal Daeng Soetigna membuat angklung diatonis berawal dari kepiawaiannya menguasai beberapa alat musik yang berasal dari Barat, seperti gitar dan juga piano. 

Ketika Daeng Soetigna berhasil membuat angklung diatonis, ia secara tidak langsung telah menyumbangkan sebuah alat musik baru ke dunia seni yang diciptakan dari bahan lokal.

AC 
Sumber : Ant

Membangkitkan Potensi Kreatif Wayang Golek

Oleh Cornelius Helmy

Dede Rukmiarna (48), perajin wayang golek asal Jelekong, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jumat (19/12), asyik mewarnai mahkota karakter Bima. Paduan warna mewah, kuning, hijau, dan merah dianggap cocok bagi karakter paling kuat Pandawa Lima itu. Namun, kemewahan tersebut hanya milik golek buatannya. Bagi perajinnya, kemewahan merupakan hal langka.

"Wayang golek buatan saya banyak dibeli pencinta seni luar negeri, seperti Inggris. Minimnya hubungan tetap dengan pembeli luar negeri membuat penjualan tidak bisa dilakukan terus-menerus," katanya.

Potret buram perajin juga mulai dirasakan pelaku seni pertunjukan wayang golek. Menurut koordinator lapangan grup wayang golek Putra Giri Harja III, Hendri Chandra (35), selain pada Idul Fitri dan Idul Adha, wayang golek jarang ditampilkan. Harga belasan juta hingga ratusan juta rupiah untuk sekali pertunjukan dianggap terlalu mahal. Masyarakat cenderung beralih pada pertunjukan organ tunggal atau jaipongan yang lebih murah.

"Biaya besar itu memang harus dikeluarkan untuk banyak hal, di antaranya upah bagi minimal 40 personel beserta infrastruktur pertunjukan, seperti listrik dan dekorasi panggung," katanya.

Hal itu sangat disayangkan karena sebenarnya masyarakat masih meminatinya. Hal itu terbukti ketika grup pedalangannya pentas. Sekitar 1.000 orang pasti menyaksikan. Pementasan terbesar biasanya diadakan di Sukabumi, Subang, dan Kuningan.

Selain itu, peminat wayang golek juga banyak berasal dari luar negeri. Mahasiswa Perancis, Amerika Serikat, hingga Vietnam sengaja datang untuk belajar wayang golek ke Padepokan Giri Harja III di Jelekong. Pesanan wayang golek sebagai cendera mata juga masih berjalan, seperti dari Jepang dan Inggris.

"Kalau saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat gencar memperkenalkan industri kreatif. Saya kira wayang golek seharusnya menjadi bagiannya. Wayang golek adalah warisan budaya yang mempunyai potensi terus berkembang, terutama secara ekonomi," ungkapnya.

Sumber daya baru

Dalang Dadan Sunandar Sunarya, pemimpin grup wayang golek Putra Giri Harja III, melihat, sebagai karya seni, wayang golek seharusnya tidak sekadar menjadi warisan tradisional. Wayang golek pun menyimpan potensi ekonomi besar. Dengan kata lain, wayang golek bisa ditempatkan sebagai sumber daya baru yang harus diolah agar mendatangkan kesejahteraan bagi warga bangsa. Salah satunya ialah aktivitas pembuatan wayang golek yang dilakukan banyak penduduk di sekitar Jelekong.

Karena itu, menjadi tugas perajin dan dalang mencari jalan membuat wayang golek semakin diminati. Perajin bisa melakukannya dengan membuat desain wayang lebih menarik, seperti melalui keberagaman mimik muka dan inovasi kostum. Dalang juga bisa melakukan inovasi dengan pembaruan metode pertunjukan, di antaranya penyajian cerita, penggunaan bahasa, dan pemilihan tema. Semua diharapkan lebih dekat dengan kehidupan masyarakat.

"Semuanya bisa dilakukan tanpa melupakan tiga pakem, estetika, etika, dan logika," katanya.

Dalang kontemporer, Umar Darusman Sunandar, mengatakan, kesenian tradisional dianggap kuno dan membosankan oleh generasi muda. Mereka cenderung akrab dengan kebudayaan baru yang lebih mudah diterima, seperti organ tunggal. Oleh karena itu, dalang diharapkan menyesuaikan diri dengan selera penonton, misalnya melalui penyajian humor segar.

"Mungkin menurut dalang senior, banyolan yang saya bawakan dalam pertunjukan keluar pakem. Namun, saya rasa sah bila tujuan dan esensinya membangun masyarakat," katanya. Wayang golek efektif sebagai sarana penyampaian pesan kepada masyarakat. Pemerintah bisa menggunakannya.

Daeng Soetigna dan Modernisasi Angklung

Tak Lagi Diremehkan Sebagai Alat Musik yang Hanya Dipakai "Baramaen"

Dalam konteks mengangkat musik rakyat untuk dinikmati dunia inilah, Daeng Soetigna, sebagaimana digambarkan Prof. Drs. A.D. Pirous, berhasil mengkreasi angklung menjadi alat musik yang "baru" di tatar Sunda. "Baru" dalam konteks ini adalah menjadi lain bunyinya, sedangkan wujudnya sama. Tak ada yang berubah, kecuali tangga nadanya.

ADA dua tokoh penting dalam sejarah dan perkembangan seni angklung modern di Jawa Barat, yakni Daeng Soetigna dan Udjo Ngalagena. Daeng mengembangkan kreasinya dengan berbasis pada tangga nada do-re-mi-fa-so-la-si-do yang berasal dari Barat. Sementara Udjo bermain pada tangga nada da-mi-na-ti-la-da, yang secara keilmuan baru dirumuskan almarhum Machyar pada awal abad ke-20.

Dua tokoh budaya itu memang tercatat dalam sejarah seni musik, khususnya yang berbasis bambu. Mereka pulalah yang mengharumkan negeri ini ke mancanegara. Namun, sosok Daeng Soetigna-lah yang telah berhasil "membumikan" idiomatik musik Barat di Timur lewat waditra angklung yang hasil dikreasinya kemudian dikenal dengan angklung padaeng. 

Dalam jurnal Rekacipta Volume 2 No. 1 Tahun 2006, Hari Nugraha, Yasraf Amir Piliang, dan Duddy W. mencatat bahwa awal keberadaan angklung tidak terlepas dari keberadaan seni karawitan di dalam masyarakat Sunda. Hipotesis awal dapat dipastikan bahwa angklung telah ada sebelum kerajaan Sunda berdiri, sekitar tahun 952 Saka atau 1.030 Masehi, berdasarkan pada prasasti yang ditemukan di Cibadak, Kab. Sukabumi. Saat itu, angklung hanya digunakan untuk ritus, terutama upacara jelang musim tanam padi.

Pakar karawitan Sunda, Nano S. mengatakan, tangga nada angklung Sunda pada saat itu belum selengkap sekarang, sebagaimana yang dikembangkan Udjo Ngalagena. "Orang yang berhasil mengembangkan tangga nada da-mi-na-ti-la-da dalam karawitan Sunda, yang mengubahnya ilmu titi-laras itu adalah almarhum Machyar. Jadi, Pak Udjo pernah belajar kepada Pak Machyar soal ilmu titi-laras," katanya.

Dalam perkembangan selanjutnya, melalui berbagai eksperimen, Daeng berhasil membuat angklung baru dengan tangga nada milik orang barat. Muncullah angklung padaeng yang kemudian disebut sebagai angklung modern.

Pada waktu itu bukan hanya Daeng yang berupaya mengembangkan angklung. Ada juga orang Belanda, yakni J.C. Deagan, guru musik Daeng. Namun, yang berhasil justru Daeng Soetigna karena fungsi angklung yang dikembangkannya bertujuan fungsional untuk mendapatkan suara dan nada diatonik-kromatik. 

Lebih lanjut, Hari Nugraha dkk. menyebutkan, untuk mencapai standar nada diatonik-kromatik (12 nada), angklung Daeng Soetigna tidak berpatokan pada jumah angklung yang digunakan pada angklung buhun dan subetnik. Perubahan susunan angklung padaeng dengan tujuan pendidikan itu dikelompokkan menjadi beberapa bagian yang setiap bagiannya terdiri atas 11-13 angklung. Instrumen bambu itu disusun dari yang berukuran besar dengan suara nada rendah sampai angklung berukuran kecil dengan suara nada tinggi.

Komposer Dwiki Dharmawan, generasi musikus sesudah Daeng, berkata, "Saya selalu mengagumi seseorang yang inovatif, yang mengembangkan sesuatu, apalagi menjadi berskala internasional. Angklung merupakan bagian kesenian yang berkesinambungan antara seni tradisi dan kreasi yang terus berproses. Bagi saya, Pak Daeng adalah pahlawan kesenian yang telah merintis dunia yang dicintainya, dunia pendidikan, dan dunia angklung."

**

Secara fisik, wujud angklung Daeng adalah tradisional. Namun, secara bunyi bisa disebut modern. Angklung yang dikreasi Daeng tidak mungkin didapatkan dalam upacara-upacara tradisional, baik di pedalaman Baduy maupun pada acara-acara upacara adat lainnya di tatar Sunda. 

Bahkan, angklung yang dipakai untuk upacara adat pun bukanlah angklung yang bertangga nada da-mi-na-ti-la-da, melainkan hanya beberapa tangga nada yang dibunyikan secara monoton. "Jadi, kesan magis dan mistisnya terasa," kata musikolog dari Barat, Jaap Kunst.

Karena angklung pada masa awalnya kerap digunakan untuk upacara-upacara ritus menanam dan memetik padi di tatar Sunda, tak aneh bila waditra angklung merupakan alat musik tradisional masyarakat Sunda yang hanya tumbuh di kalangan bawah, bukan kalangan menak, seperti musik kecapi untuk tembang cianjuran. 

Dalam konteks mengangkat musik rakyat untuk dinikmati dunia inilah, Daeng Soetigna, sebagaimana digambarkan oleh Prof. Drs. A.D. Pirous, berhasil mengkreasi angklung menjadi alat musik yang "baru" di tatar Sunda. "Baru" dalam konteks ini adalah menjadi lain bunyinya, sedangkan wujudnya sama. Tak ada yang berubah, kecuali tangga nadanya.

**

Ketertarikan Daeng terhadap angklung sebagaimana dikatakan Erna Ganarsih, salah seorang anak Daeng Soetigna, berawal dari dua orang pengemis yang memainkan angklung di hadapannya. Ketika itu, Daeng jatuh cinta terhadap alat musik tersebut. Lalu, Daeng berpikir keras untuk membuat angklung yang lain, yang bisa dipakai sebagai alat pendidikan seni musik. 

Selain sebagai guru kesenian, Daeng juga mengajar kepanduan, yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan pramuka. Ide membuat angklung yang lain itu, ia peroleh saat bertugas di Kab. Kuningan.

"Setelah membeli angklung dari pengemis, Pak Daeng berpikir keras untuk membuat angklung. Ia lalu mendatangi seorang tua yang mahir bikin angklung untuk belajar membuat angklung. Pak Djadja namanya. Pak Djaja bilang apakah dengan belajar membuat angklung, Pak Daeng akan alih profesi jadi pengemis?" kata Erna Ganarsih yang dipersunting A.D. Pirous.

Setelah pandai membuat angklung dengan bambu pilihan yang liat dan kering, Daeng kemudian berpikir keras untuk memakai tangga nada do-re-mi-fa-so-la-si-do. Berbagai eksperimen pun dilakukan. Hasilnya cukup memuaskan. 

Daeng pun memakai angklung hasil ciptaannya itu di kalangan anak-anak didiknya, yakni di kepanduan. "Saat itu, Pak Daeng diprotes banyak orang juga karena mengajarkan seni angklung dianggap mengajar jadi pengemis!" ujar Erna.

Akan tetapi, sejarah bicara lain. Apa yang diperjuangkan Daeng dalam perkembangan kreasi angklungnya membuat Presiden Soekarno terkagum-kagum. Itu terjadi pada 12 November 1946 saat Presiden Soekarno mengadakan jamuan makan malam untuk para diplomat asing di Kab. Kuningan. 

Pada malam perjamuan itu, acara hiburan yang digelar adalah pertunjukan musik angklung karya Daeng Soetigna dan anak didiknya. Pertunjukan itu sukses. Lagu-lagu Barat ternyata bisa dimainkan melalui instrumen angklung diatonik-kromatis.

Sejak itulah angklung diatonik-kromatis yang dikreasi lelaki kelahiran Garut 13 Mei 1908 terangkat pamornya. Angklung tidak lagi diremehkan sebagai alat musik yang hanya dipakai baramaen (pengemis). Angklung yang dikreasi Daeng menjadi sebuah instrumen musik baru dalam perbendaharaan musik dunia. 

Persoalannya kini, seberapa bangga orang Sunda terhadap seni angklung? Setelah diklaim oleh Malaysia bahwa seni angklung adalah produk negeri jiran itu, bagaimana sikap kita, urang Sunda, mempertahankan dan mengembangkannya? (Soni Farid Maulana/"PR")***

GM Irene Kharisma Angkat Catur Indonesia


kompas/aswin rizal harahap
Irene Kharisma Sukandar


MEDAN, SABTU- Pecatur wanita Indonesia Irene Kharisma Sukandar yang menyandang gelar Grand Master (GM) tidak hanya merupakan yang pertama di Tanah Air, tetapi juga mengangkat citra negeri ini di Asean dan dunia.


"Predikat yang diperoleh itu merupakan awal kebangkitan pecatur wanita Indonesia di dunia internasional," kata Sekretaris Percasi Pengurus Provinsi Sumatera Utara, Suhardi, di Medan, Jumat (19/12) malam, saat diminta komentarnya tentang gelar GM yang berhasil diraih Irene.

Menurut dia, gelar GM yang disandang pecatur wanita Indonesia ini membuktikan adanya kemajuan prestasi pecatur di Tanah Air, dan prestasi itu perlu ditingkatkan lagi. Sebab, kata dia, seorang pecatur tidak akan semudah yang dibayangkan untuk meraih gelar GM. Pecatur yang meraih gelar dalam dunia olahraga itu harus memiliki rating terbaik di tingkat Asia atau Asean.

Selain itu, gelar GM yang disandang Irene membuktikan dirinya benar-benar orang yang pandai dan perlu diperhitungkan. "Pecatur yang memperoleh gelar GM ini adalah orang yang dikenal sangat ulet dan memiliki jam terbang yang cukup tinggi, baik di dalam negeri maupun luar negeri," katanya.

Dia mengatakan keberhasilan Irene meraih gelar GM diharapkan dapat lebih menggiatkan lagi semangat para pecatur di Indonesia khususnya pecatur wanita. "Juga diharapkan akan ada lagi pecatur wanita Indonesia bergelar Grand Master," katanya.

"Sumatera Utara (yang) juga merupakan gudangnya pecatur nasional yang meraih gelar Master Nasional (MN), ini perlu ditingkatkan lagi, sehingga mereka menjadi Master Internasional (MI), dan selanjutnya bergelar Grand Master (GM)," kata Suhaidi.

Pecatur wanita Indonesia Irene Kharisma Sukandar menyandang gelar GM setelah sertifikat norma GM Wanita untuk Irene diserahkan oleh Presiden Konfederasi Catur Asean Ignatius Leong saat dia bertanding di Kejuaraan Catur Singapura Terbuka, 9-14 Desember 2008.

"Irene memastikan dirinya meraih norma GM Wanita ketiga setelah dia menyelesaikan Olimpiade Catur di Dresden, Jerman, belum lama ini," kata Humas PB Percasi Kristianus Liem di Jakarta, Rabu (17/12).

MSH 
Sumber : Ant

Angklung Padaeng Aset Terlupakan

BAGI yang pernah menyaksikan konser musik Yanni di Acropolis, Yunani, tentu tahu betapa megah, agung, dan fenomenalnya "Santorini". Ya, nomor klasik itu memang menjadi salah satu karya terbaik komposer jenius tersebut. Tetapi, apa jadinya "Santorini" dibawakan dengan instrumen tradisional Sunda bernama angklung?

Mungkin, sebagian orang tak percaya jika angklung mampu memainkan "Santorini" yang terkesan modern dan Barat. Tetapi, di tangan anak-anak anggota Temen AWI Angklung Orchestra, nomor "Santorini" bisa ditampilkan begitu apik dan megah, tentu dengan bunyi yang beda. Dengan sedikit tambahan alat musik modern seperti simbal, drum, dan kontrabass, "Santorini" pun mampu dilebur dalam harmonisasi alunan khas bambu dengan nada diatonis-kromatis.

"Santorini" hanyalah salah satu nomor yang akan ditampilkan pada pergelaran musik angklung di Gedung Merdeka Bandung, Sabtu (20/12) malam ini mulai pukul 19.00 WIB. Pergelaran itu merupakan bagian dari acara "Peringatan 100 Tahun Bapak Angklung Daeng Soetigna: A Trail of Invention in World’s Music History".

Nomor-nomor lain yang akan ditampilkan di antaranya "Li Biamo Ne Lieti Calici from La Traviatta" karya Giuseppe Verdi, "La Vie en Rose" (NN), "Melody of Life" (Uematsu Nobuo), "Volare" (Gypsi King), "Blue Danube Waltz" (Johan Strauss), "Air for G String" (Johan Sebastian Bach), "Jali-jali", "Bengawan Solo" (Gesang), "Es Lilin" (Bi Mursih), "Kopi Dangdut", dan "Rinduku Padamu" (Susilo Bambang Yudhoyono). 

"Ini memberi bukti bahwa angklung bisa memainkan lagu apa saja, baik yang tradisional maupun modern. Angklung zaman sekarang berbeda dengan zaman dulu. Dan saya yakin angklung punya potensi dibuat konser," kata Concert Master angklung, Obby A.R. Wiramihardja di sela geladi resik "Peringatan 100 Tahun Bapak Angklung Daeng Soetigna" di Gedung Merdeka Bandung, Jumat (19/12). 

Menurut Obby --salah seorang dari tiga murid Daeng Soetigna yang masih hidup bersama Suhandiman dan Edi Permadi-- angklung modern diatonis-kromatis bisa berkolaborasi dengan alat musik apa saja, baik tradisional maupun modern. Bahkan, bisa dikolaborasikan dengan alat-alat musik tradisional dari negara lain seperti dengan sachuhaci (suling Jepang) atau koto (kecapi Jepang). 

"Inilah yang menurut saya tidak boleh dilupakan orang, berkat jasa Pak Daeng, musik angklung bisa diterima oleh masyarakat dunia. Angklung bisa sejajar dengan alat-alat musik dunia," kata Obby dengan nada menyesal. 

Ketua Masyarakat Musik Angklung (MMA) ini juga menyatakan bahwa angklung mestinya menjadi aset bangsa dan sumber kebanggaan nasional. Masyarakat, khususnya orang Jawa Barat, patut memiliki angklung. Apalagi, dengan konsep 5 M (murah, mudah, massal, mendidik, dan menyenangkan) yang dikembangkan Pak Daeng, menjadikan angklung diterima oleh berbagai kalangan usia, tingkat pendidikan, dan strata sosial.

"Sayangnya, hingga saat ini angklung seperti jalan di tempat. Setiap ada konser atau pergelaran angklung, memang respons dari masyarakat sangat bagus, tetapi itu datang hanya dari mereka yang sudah kenal angklung. Makanya, saya hanya berpesan, khususnya kepada generasi muda, cobalah kenali angklung dan setelah kenal, mulailah mencintainya," kata Obby. 

Ketua Panitia Peringatan 100 Tahun Pak Daeng, Roswita Amelinda, mengakui betapa sulitnya panitia mendapatkan sponsor untuk mendukung acara. "Saya jadi sedih, ketika kami ajukan proposal, banyak yang tidak tahu dan sering mengajukan pertanyaan ’siapa Pak Daeng’. Bahkan, konyolnya, pertanyaan itu pun diajukan oleh host salah satu stasiun televisi nasional," kata Roswita. 

Mengenai klaim Malaysia yang menyebut angklung dengan istilah bamboo Malay, Obby berpendapat bahwa klaim tersebut sebagai tindakan konyol, tanpa bukti, dan Malaysia seharusnya malu. "Tetapi, kita sendiri juga harus mempunyai rasa malu karena tidak ada perhatian untuk menjaga dan melestarikannya. Ungkapan kekesalan atau nada protes bukanlah merupakan bentuk dari perhatian, tetapi itu lebih kepada rasa ketakutan saja," ujar Obby. 

Memang, Alm. Daeng Soetigna pernah menerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari Presiden Soeharto (1968) dan Anugerah Bintang Budaya Parana Dharma dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007). Namun, menurut Obby, hal tersebut merupakan bentuk penghargaan bagi seorang maestro. "Sementara bagi mahakaryanya?," ujar Obby dengan nada tanya. 

Dikatakan Obby, hingga saat ini pemerintah belum memberikan kontribusi terhadap alat maupun kesenian angklung. "Selama 50 tahun saya bergelut di dunia angklung, saya kecewa kepada pemerintah. Sampai saat ini belum ada perlindungan terhadap angklung dari pemerintah," tutur Obby.

Hal senada diungkapkan Yayan Udjo (putra Alm. Udjo Ngalagena). Menurut dia, karena unsur 5M, angklung semakin diterima sebagai duta musik Indonesia di luar negeri. Musik angklung sering dipertunjukkan dalam acara pertukaran budaya Indonesia di luar negeri, dan kini bermunculan grup-grup angklung di berbagai negara. Angklung telah menjadi identitas bangsa dan duta musik Indonesia dalam menjalin persahabatan dengan bangsa lain. Maka, tidak salah jika angklung disebut alat musik persahabatan.

"Akan tetapi, sejauh mana kita menghargai karya Pa Daeng? Akankah kita akan turut mengakui pemerintah Malaysia yang mengklaim angklung miliknya, karena besarnya penghargaan yang diberikan?" ujar Yayan.

Daeng Soetigna yang lahir di Garut 13 Mei 1908 selama ini dikenal sebagai Bapak Angklung Indonesia. Perhatiannya pada angklung bermula tahun 1938, ketika ia menjadi guru dan pembina kepanduan (sekarang Pramuka) di Kuningan. 

Saat itu ia melakukan eksperimen untuk membuat satu set angklung yang sanggup memainkan nada-nada diatonis-kromatis sehingga dapat memainkan setiap jenis lagu modern yang disukai anak-anak didiknya, sekaligus menciptakan semangat kebersamaan dan disiplin. (Muhtar Ibnu Thalab/Retno HY/"PR")***

Kamis, 18 Desember 2008

DPR Sahkan UU BHP

Diwarnai Penolakan Mahasiswa di Beberapa Kota

JAKARTA, (PR).-
Diwarnai bentrokan antara mahasiswa dan pihak keamanan di Gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu (17/12), Rapat Paripurna DPR mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Badan Hukum Pendidikan (BHP) menjadi UU. Mahasiswa menilai UU tersebut semakin mengomersialkan dunia pendidikan.

Penolakan atas disahkannya UU BHP juga terjadi di beberapa kota seperti Bandung, Solo, Semarang, dan Makassar. Para mahasiswa melakukan unjuk rasa yang menolak UU tersebut.

Dalam sidang yang dipimpin Muhaimin Iskandar, 10 fraksi menyatakan setuju terhadap pengesahan UU BHP. Namun, pengesahan UU tersebut tidak dihadiri Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo. Dari pihak pemerintah diwakili Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalata.

UU BHP terdiri atas 69 pasal. Pasal yang dipermasalahkan yakni pasal 41 ayat 7 dan 8. Pada ayat 7 disebutkan, "peserta didik yang ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan harus menanggung biaya tersebut sesuai dengan kemampuan peserta didik, orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab membiayainya".

Kemudian, ayat 8 berbunyi, "biaya penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud ayat 7, yang ditanggung oleh seluruh peserta didik dalam pendanaan pendidikan menengah berstandar pelayanan minimal untuk mencapai standar nasional pendidikan pada Badan Hukum Pendidikan Pemerintah (BHPP) atau Badan Hukum Pendidikan Pemerintah Daerah (BHPPD), paling banyak sepertiga dari biaya operasional".

Bentrok

Pengesahan UU BHP diwarnai bentrokan antara mahasiswa dengan pihak keamanan. Kira-kira 100 mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI berunjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR RI, yang menolak disahkannya UU BHP. Menurut mereka, dengan lahirnya UU tersebut, pemerintah meninggalkan tanggung jawabnya yang diamanatkan konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Menurut para mahasiswa, dalam UU itu diatur peserta didik diwajibkan membayar 1/3 dari biaya operasional yang seharusnya ditanggung oleh institusi pendidikan. Selain itu, universitas favorit yang berbiaya operasional tinggi, akan menjadi dominasi anak orang kaya. 

Sekitar 30 mahasiswa yang sempat masuk ke ruang paripurna DPR, sempat membuat repot anggota DPR dan pengamanan dalam (pamdal) DPR, karena mereka yang berada di balkon paripurna DPR RI itu berteriak dan meminta agar DPR menunda pengesahan RUU BHP menjadi UU. Sidang yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar itu kemudian diskors.

Seorang mahasiswi UI menyempatkan masuk dan terus berteriak agar DPR menunda pengesahan RUU BHP menjadi UU BHP. Keruan saja suasana sidang makin gaduh, meski kemudian pamdal mengamankan mahasiswi itu keluar ruang paripurna. DPR pun lalu tetap melanjutkan sidang dan mengesahkan RUU BHP itu menjadi UU. 

Setelah dialog selama sekitar setengah jam dengan anggota DPR RI dan tidak ada titik temu, mereka pun terus berteriak menolak UU BHP tersebut. "Kami kecewa. Kami berjuang untuk rakyat. Karena itu, kita akan menempuh jalur advokasi atau kita lapor ke pendidikan tinggi (Dikti)," kata Ketua BEM UI Edwin Nafasa Noval.

Memihak mahasiswa

Ketua Panitia Kerja RUU BHP, Heri Akhmadi mengatakan, UU BHP bukan komersialisasi pendidikan. "Ini justru 100 persen memihak dan membantu para mahasiswa," katanya. 

Menurut Heri, UU ini melarang lembaga pendidikan yang bersifat nirlaba, mengambil keuntungan. Bila terdapat sisa keuntungan operasional, harus diinvestasikan kembali ke sektor pendidikan.

Heri mencontohkan kasus di UI. Selama ini, kata dia, anggaran pendidikan di kampus itu 90 persen dipungut dari mahasiswa. "Sedangkan pemerintah hanya bertanggung jawab 10 persen," ujarnya. 

Dikatakan, di masa mendatang praktik seperti di UI itu dilarang. "Universitas tidak boleh memungut biaya dari mahasiswa melebihi 33 persen biaya operasional," ucapnya. 

Heri menambahkan, UU BHP menuntut transparansi pengelolaan anggaran, baik universitas negeri maupun swasta. Setelah terbit undang-undang ini, pengelola badan pendidikan wajib melaporkan anggarannya secara berkala ke majelis wali amanah dan kepada publik. 

Ketua Komisi Pendidikan, Irwan Prayitno menegaskan, UU BHP sama sekali tidak memuat pasal yang meliberalkan dunia pendidikan. Justru pemerintah akan menanggung seluruh biaya pembangunan dan gaji dosen.

"Biaya investasi seperti biaya bangunan dan gaji dosen 100 persen ditanggung pemerintah," tutur Irwan kepada kelompok mahasiswa yang berunjuk rasa.

Memang sebagai badan hukum, ujar dia, perguruan tinggi punya hak menetapkan SPP yang harus dibayar oleh mahasiswa peserta didik. Tetapi, menurut Irwan, besaran pungutan dibatasi paling tinggi 1/3 dari biaya operasional institusi pendidikan bersangkutan. "Biaya operasional itu biaya listrik, air, spidol, semua yang habis pakai," tutur anggota FPKS itu menjelaskan. (A-109)***

Irene Grand Master Wanita Pertama Indonesia


KOMPAS/DANU KUSWORO
Pecatur Irene Kharisma Sukandar meninggalkan meja pertandingan sambil memerhatikan pertandingan di meja lain. Dia menunggu lawannya, WGM Jana Krivec, menjalankan buah catur. Irene merupakan wanita pertama Indonesia yang berhasil meraih norma pertama grand master wanita.


JAKARTA, RABU — Pecatur putri nomor satu Indonesia, Irene Kharisma Sukandar, dipastikan menyandang gelar Grand Master Wanita (GMW) dan menjadi GMW pertama Indonesia, menyusul pemberian sertifikat norma GMW ketiga untuk Irene yang diserahkan oleh Presiden Konfederasi Catur ASEAN Ignatius Leong saat dia bertanding di Singapura Terbuka pada 9-14 Desember 2008.

   
"Irene memastikan meraih norma GMW ketiganya setelah dia menyelesaikan Olimpiade Catur di Dresden, Jerman baru-baru ini," demikian menurut Humas PB Percasi Kristianus Liem, Rabu.
   
Saat itu Sabtu 13 Desember 2008, Singapura Terbuka sudah memasuki babak kedelapan, Irene, yang gelisah karena tawaran remisnya ditolak Yang Kaiqi (rating 2429) dari China, tengah berjalan menuju kamar kecil. Dan secara kebetulan berpapasan dengan Presiden Asosiasi Catur ASEAN Ignatius Leong yang langsung menahannya dan memberikan sertifikat yang diidam-idamkannya itu.
   
"Ah, yang benar, seriuskah ini?" kata Irene kepada Ignatius Leong. "Sebab sudah dihitung tempo hari rata-rata ratingnya kurang sedikit dari persyaratan," jelas Irene polos. 
   
"Kamu lihat saja sertifikat tersebut, siapa saja yang menandatanganinya? Perhatikan pula keaslian stempelnya. Kok bukannya senang malah meragukan?" ujar Leong.
   
Sementara itu, kapten tim putri Indonesia untuk Olimpiade Dresden 2008 MF Sebastian Simanjuntak ketika dihubungi menyebutkan, rating rata-rata lawan Irene masih kurang tujuh poin dari persyaratan minimal. 
   
"Tapi ketika saya tanyakan ke Leong, beliau bilang biarlah itu tanggung jawab para wasit yang menghitung. Yang penting tanda tangan dan stempelnya asli," kata Sebastian yang juga main pada Singapura Terbuka dan Kuala Lumpur Terbuka.
   
"Sebagai wasit ketua Olimpiade Catur Dresden, tugas saya menandatangani seluruh sertifikat norma gelar yang disodorkan seluruh tim wasit yang bertugas di sana. Saya tidak merasa perlu mengecek ulang penghitungan maupun aturan mana yang mereka pergunakan. Saya percaya mereka semua memang sudah memiliki kualifikasi untuk itu?" kata Ignatius Leong yang juga Sekjen FIDE itu ketika dihubungi.

ABI 
Sumber : Ant

Jumat, 12 Desember 2008

Install Ulang Office tanpa Aktivasi


GETTY IMAGES/SEAN GALLUP

Sebelumnya, PCplus pernah membahas cara untuk mengakali Windows Product Activation untuk Windows. Dengan mengikuti langkah-langkah yang telah diberikan, Anda tidak perlu lagi melakukan aktivasi Windows meskipun Anda meng-install ulang Windows.


Nah, setelah meng-install ulang Windows, tentunya Anda perlu melakukan install ulang aplikasi-aplikasi lain yang dibutuhkan. Proses install ulang tidak akan menyusahkan apabila aplikasi yang Anda install ulang adalah aplikasi-aplikasi standar. Yang akan menjadi masalah adalah ketika Anda meng-install ulang aplikasi lain yang mengharuskan aktivasi seperti yang harus dilakukan ketika meng-install Windows. Salah satu aplikasi yang akan meminta aktivasi saat Anda melakukan install ulang adalah Microsoft Office.

Seperti pada Windows, Anda juga bisa mengakali Office agar aktivasi ulang tidak perlu dilakukan. Secara garis besarnya langkah-langkah yang diperlukan juga sama, yaitu dengan melakukan back-up data aktivasi dan me-restore-nya seusai proses install ulang Windows dan Office. Perbedaannya terletak pada lokasi dan file yang harus di back-up. 

Untuk lebih jelasnya, ikuti langkah-langkah berikut sebelum Anda meng-install ulang Windows:
1. Jalankan Windows Explorer melalui menu [Start] > [All Programs] > [Accessories] > [Windows Explorer].
2. Buat sebuah folder baru untuk menyimpan file backup. Jika Anda ingin melakukan backup di disket, masukkan disket Anda ke disk drive.
3. Masuklah ke folder C:-Documents and Settings-All Users-Application Data-Microsoft-Office-Data-.
4. Pada folder Data akan muncul dua file dengan nama data.dat dan data.bak. Salinlah kedua file ini ke folder yang baru Anda buat atau ke disket yang telah disiapkan.

Setelah tahapan-tahapan di atas dilakukan, Anda dapat meng-install ulang Windows dan dilanjutkan dengan instalasi Office. Di akhir instalasi Office, Anda akan diminta untuk melakukan restart Windows. Sampai di sini Anda masih belum boleh menjalankan aplikasi-aplikasi Office karena Anda belum me-restore file aktivasi. 

Maka dari itu, ikuti permintaan restart dari program installer. Selanjutnya:
5. Jalankan Safe Mode Windows.
6. Masuklah ke folder tempat Anda mem-back-up kedua file diatas, kemudian salin kembali ke folder C:-Documents and Settings-All Users-Application Data-Microsoft-Office-Data-.
7. Saat muncul konfirmasi untuk melakukan overwrite, jawab dengan [Yes].
8. Terakhir, restart PC dan aplikasi-aplikasi Office Anda tidak akan meminta aktivasi untuk yang kedua kalinya.

Harap diingat, trik ini bukan untuk melakukan crack terhadap aktivasi Office, melainkan untuk mengakali Office agar Anda tidak perlu dilakukan aktivasi ulang. Jadi, Anda tidak dapat menggunakan trik ini apabila sebelumnya tidak pernah melakukan aktivasi.

Sumber: PCplus

DocuPrint C2255, Tiga Teknologi Dalam Satu Printer


Caroline Damanik
Printer DocuPrint C2255 yang juga diluncurkan Fuji Xerox di Plaza fX Jakarta, Kamis (11/12), menggunakan bahan plastik Biomass untuk penutup drumnya. Bahan ini terbuat dari bahan organik jagung yang ramah lingkungan.


JAKARTA, JUMAT - Fuji Xerox menawarkan printer warna A3 terbarunya ke pasar Indonesia atas nama DocuPrint C2255. Dengan terobosan menambah teknologi LED ke dalam printer terbaru ini, maka saat ini, DocuPrint C2255 menjadi satu-satunya printer yang memiliki teknologi laser, solid ink dan LED sekaligus di dalamnya.

Teknologi LED yang dipasangkan di print-head membantu membentuk image dalam printer dan menjamin hasil cetak berkualitas tinggi dengan resolusi 1200x2400 dpi. "Persis dengan LED yang diterapkan di mobil-mobil. Bedanya, dia (LED di printer ini) mirip serabut. Cahaya dari LED ditembakkan ke sebuah lensa dan lensa akan membentuk image," ujar Sales Manager Indonesia Fuji Xerox Teddy Susanto dalam peluncuran printer ini di Plaza fX Senayan Jakarta, kemarin, Kamis (11/12).

Terobosan LED ini juga didukung oleh oleh teknologi Image Enhancement Processor yang menjamin gambar dipindai dalam dua langkah sehingga menghasilkan garis-garis yang lebih lembut, teks yang tajam dan gambar yang jelas serta teknologi Micro Accurate Control Screen (MACS) dan digital screening yang mengkontrol produksi piksel berdasarkan kepadatan gambar. "Kalau ada error di LED yang satu, maka LED yang lain akan memback-up. Jadi kualitas gambar tak akan cacat," tutur Teddy.

Printer LED juga menggunakan komponen yang sedikit sehingga menurunkan tingkat kebisingan kerja printer, meski kecepatan printernya mencapai 25 halaman per menitnya. DocuPrint C2255 yang dijual dengan harga USD 3.110 diharapkan dapat merebut pencapaian sekitar 100 unit pada tahun 2009 dari pasar printer A3 laser warna sebesar 1.600 unit setiap tahunnya.

Terobosan Ramah Lingkungan 

DocuPrint C2255 juga menjadi produk printer yang mencoba untuk peduli lingkungan. Bahan penutup drum-nya telah menggunakan bahan plastik Biomass yang terbuat dari bahan organik yaitu jagung. Penggunaan bahan ini dapat mengurangi emisi CP2 selama proses produksi sebesar 16 persen. "Sayangnya belum digunakan ke semua komponennya karena bahan Biomass ini masih sangat mahal. Tapi setidaknya kita sudah memulai," ujar Teddy. Atas terobosan ini, Fuji Xerox di Jepang telah memperoleh penghargaan Eco Product World dan Energy Conservation Price dari pemerintah Jepang pada tahun ini.

LIN

Sabtu, 06 Desember 2008

Walikota Resmikan Acara Bandung Blossom


Baban Gandapurnama - detikBandung



 
Bandung - Walikota Bandung Dada Rosada membuka secara resmi acara Parade Bandung Creative yang merupakan rangkaian acara HUT Bandung ke-198, Bandung Blossom, Sabtu (6/12/2008).

Dalam sambuannya Dada mengatakan kegiatan tahunan Bandung Blossom bukan hanya kegiatan seremonial namun sebagai ajang promosi untuk Kota Bandung.

Dengan kegiatan ini akan mengundang orang luar Bandung untuk datang ke Bandung. Dengan datangnya wisatawan maka bisa mensejahterakan warga Bandung terutama sektor bisnis.

Dada pun meminta maaf jika kegiatan parade mengganggu perjalanan warga Bandung maupun luar Kota Bandung. "Sudah pasti dengan acara ini sejumlah ruas jalan di Kota Bandung alami kemacetan," tutur Dada.

Dalam parade tampak puluhan motor dan puluhan mobil hias, delman, disusul sejumlah kesenian tradisional seperti kuda renggong, jaipong serta benjang. Ratusan warga Kota Bandung baik itu orang tua maupun anak-anak tampak antusias menyaksikan parade ini.

Kebijakan RI soal Biodiesel Dipuji Internasional


Kompas/Hendra A Setyawan
Biodiesel menjadi energi alternatif yang terus dikembangkan, seperti dilakukan akademisi dari jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang, Jawa Timur, Jumat (4/4), dengan membangun laboratorium produksi biodiesel berkapasitas 3 ton per har
i.

NUSA DUA, SABTU — Dunia internasional memuji kebijakan pemerintah Indonesia mewajibkan pencampuran bahan bakar nabati dalam bahan bakar fosil secara efektif mulai 1 Januari 2009. Langkah bijaksana ini patut didukung dengan memberikan subsidi agar pengembangan industri bahan bakar terbarukan tidak menjadi retorika belaka.


Hal ini disampaikan para analis pasar minyak nabati internasional dalam "Indonesian Palm Oil Conference and Market Outlook 2009" di Nusa Dua, Bali, Kamis (4/12) malam.

Pada hari pertama konferensi, Rabu (3/12), Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Muhammad Lutfi, dan Deputi Bidang Pertanian dan Kelautan Menko Bidang Perekonomian Bayu Krisnamurthi menegaskan keseriusan pemerintah mengimplementasikan wajib pakai biodiesel kepada industri, pembangkit listrik, dan transportasi.

Pada tahap awal kebijakan ini bisa menyerap sedikitnya 1 juta ton minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan naik menjadi 2,5 juta ton setahun kemudian. Kebijakan wajib campur BBN tersebut bakal mengurangi stok CPO domestik dengan signifikan.

Menurut analis Godrej International yang berbasis di London, Dorab E Mistry, Pemerintah Indonesia sudah menempuh langkah yang tepat dengan kebijakan wajib pakai BBN. Namun, bahan bakar nabati tetap membutuhkan subsidi sementara ini agar tidak kalah bersaing dengan harga bahan bakar fosil yang tengah murah.  

Keputusan pemerintah Indonesia mewajibkan pemakaian biodiesel merupakan langkah terbaik untuk membantu industri CPO. "Tetapi, kebijakan ini tetap saja membutuhkan subsidi dari pemerintah agar aturan yang sudah dibuat tidak sekadar menjadi seperti bualan belaka," kata Dorab.

Pujian serupa juga disampaikan analis LMC yang berbasis di Oxford, Inggris, James Fry. Menurutnya, Eropa dan Amerika Serikat memulai konsumsi biodiesel dengan subsidi.

Jerman memberikan insentif pajak bagi produsen biodiesel dan konsumennya. Namun, Pemerintah Federal Jerman memberikan target pencampuran yang jika tak dipenuhi akan diberi penalti. Adapun Amerika Serikat memberikan insentif pajak sampai 20 persen bagi industri yang memilih memakai biodiesel daripada bahan bakar fosil.

Pemberian subsidi memang tidak bisa serta-merta mencontoh negara maju. Indonesia harus menentukan sendiri insentif yang layak diberikan untuk mendorong pertumbuhan pasar biodiesel domestik dengan baik.  

"Mengembangkan biodiesel memang tidak bisa instan. Tetap harus ada peran pemerintah dalam mendorong konsumsi di pasar (dengan subsidi)," ujar Fry.

Pengembangan pasar biodiesel untuk kedaulatan energi nasional memang membutuhkan peranan serius pemerintah. Kalangan industri kini menanti strategi pemerintah selanjutnya untuk mendorong pertumbuhan pasar biodiesel lebih cepat.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Akmaluddin Hasibuan mengatakan, pemerintah harus konsisten mengembangkan pasar biodiesel jangka panjang. Tanpa strategi jangka panjang dengan target waktu yang jelas, dikhawatirkan kebijakan wajib pakai biodiesel tidak efektif.

Indonesia diprediksi memproduksi 18,5 juta sampai 18,8 juta ton CPO tahun 2008 dan hanya 5 juta ton diserap untuk pasar domestik. Dari 13 juta ton yang diekspor, sebanyak 48 persen berbentuk CPO dan 52 persen berbentuk produk olahan seperti minyak goreng dan oleokimia. CPO merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia yang pada tahun 2008 diperkirakan bernilai 9,1 miliar dollar AS.

 
HAM

Lima Wasit dalam Satu Pertandingan?

Doni Wahyudi - detiksport

UEFA

 
Zurich - Banyaknya kontroversi dan protes terhadap wasit membuat UEFA berencana melakukan revolusi terkait korps baju hitam. Jumlah ofisial pertandingan yang tadinya cuma tiga akan ditambah jadi lima.

Seperti kita ketahui, setiap pertandingan sepakbola selalu dipimpin seorang wasit yang dibantu dua asisten di masing-masing sisi lapangan. Namun kondisi tersebut ternyata tak cukup ideal dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan di atas lapangan.

Belakangan makin banyak aksi protes diajukan ke wasit, sementara di sisi lain korps baju hitam juga tak lepas dari kesalahan. Sebelumnya memang sempat muncul ide untuk menggunakan goal line technology dan fasilitas tayangan ulang, namun kini UEFA justru lebih memilih untuk menambah jumlah wasit di atas lapangan.

Usulan untuk menggunakan lima wasit sekaligus sesungguhnya sudah terdengar sejak Maret lalu. Metode tersebut bahkan sudah diujicoba pada Kualifikasi Piala Eropa U-19 yang dilakukan di Slovenia, Hungaria akhir pekan kemarin.

Ofisial keempat dan kelima nantinya akan berdiri di masing-masing sisi gawang, mereka akan berkomunikasi dengan wasit utama menggunakan perangkat headsets. Dua ofisial tambahan ini bertugas mengamati dengan lebih cermat apakah terjadi pelanggaran saat tendangan sudut, tendangan bebas serta untuk memastikan apakah bola sudah melewati garis gawang.

Aksi-aksi diving di kotak terlarang juga bisa diminimalisir karena kedua ofisial tersebut bisa memberi masukan pada wasit utama apakah sebuah hukuman penalti layak dijatuhkan. Michel Platini yang sudah menyaksikan ujicoba metode ini di Slovenia pada Oktober lalu mengaku puas.

"Kami ingin semua yang terjadi di dekat gawang terlihat dengan jelas, juga untuk lebih mendisiplinkan benturan antar pemain, aksi tarik baju yang sering kita lihat," ungkap jurubicara UEFA, William Gaillard, seperti diberitakan Telegraph, Kamis (4/12/2008).

Ide menggunakan lima wasit sekaligus ini juga mendapat dukungan dari Kepala Perwasitan UEFA, Yvan Cornu. "Kotak penalti kini jadi lebih terkendali. Wasit juga merasa lebih nyaman saat terjadi serangan balik dan terutama tak ada lagi perdebatan antar pemain," sambut Cornu.

Keputusan soal perubahan jumlah wasit pemimpin pertandingan ini baru akan dibuat pada Maret mendatang. Namun penerapan lima wasit tersebut diyakini baru akan bisa dilakukan pasca Piala Dunia 2010. ( din / key )