Kamis, 30 September 2010

Selamat Jalan Kang Nano S...

Obituari
Kamis, 30 September 2010 | 11:24 WIB


www.datasunda.org
Nano S


BANDUNG, KOMPAS.com Salah seorang maestro lagu pop Sunda, Nano Suratno atau Nano S, meninggal dunia di RS Immanuel, Kota Bandung, Rabu (29/9/2010) malam karena sakit yang memicu pembuluh darahnya pecah.

Pencipta lagu "Kalangkang" itu mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 23.30 dengan ditunggui keluarga besarnya.

Nano S yang akrab disapa Mang Nano S dirawat di ruang ICU RS Immanuel sejak Jumat (24/9/2010) malam setelah terjatuh di rumahnya di Jalan M Toha, Bandung, dan tak sadarkan diri.

Tim dokter menyatakan bahwa pembuluh darah di bagian kanan kepala Mang Nano pecah.

Rencananya, jenazah almarnum akan dimakamkan di pemakaman yang tidak jauh dari rumahnya di Jalan M Toha, Bandung.

Sejumlah seniman dan budayawan Sunda hadir melayat ke rumah duka. Selain itu, karangan bunga juga berjejer di sekitar kediamannya, baik dari pejabat pemerintah, BUMN, maupun kalangan seniman.

Editor: Eko Hendrawan Sofyan | Sumber : ANT

***

Maestro Pop Sunda
Ratusan Orang Iringi Pemakaman Nano S
Kamis, 30 September 2010 | 11:44 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com -- Ratusan orang mulai dari seniman, birokrat, hingga masyarakat biasa, mengiringi pemakaman jenazah maestro pop Sunda, Nano Suratno (66), ke TPU Lengok Ciseureuh Perumahan Mekar Wangi Bandung, Kamis.

Akibat iring-iringan tersebut, arus lalu lintas di Jalan Muhammad Toha dari arah Jalan Soekarno Hatta Bandung menuju tol Muhammad Toha menjadi tersendat.

Dalang wayang golek Asep Sunandar Sunarya dan Acil "Bimbo", ikut serta berjalan kaki mengiri jenazah TPU Lengok Ciseureuh Perumahan Mekar Wangi yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah duka.

Salah satu maestro lagu pop Sunda, Nano Suratno atau Nano S meninggal dunia di RS Immanuel Kota Bandung, Rabu (29/9/2010) malam karena sakit pecah pembuluh darah.

Pencipta lagu "Kalangkang" itu menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 23.30 WIB didampingi keluarga besarnya.

Nano S yang akrab disapa Mang Nano S, dirawat di ruang ICU RS Immanuel Kota Bandung sejak Jumat (24/9) malam setelah terjatuh di rumahnya di Jalan M Toha Kota Bandung dan tak sadarkan diri hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Tim dokter menyatakan Mang Nano menderita pecah pembuluh darah pada bagian kanan kepalanya.

Semasa hidup hidupnya, almarhum Nano S (66) meninggalkan satu orang istri dan tiga orang anak.

Editor: Eko Hendrawan Sofyan | Sumber : ANT

***


obituari
Mengenang Jejak Maestro Pop Sunda
Kamis, 30 September 2010 | 12:11 WIB


IST
Nano S

BANDUNG, KOMPAS.com - Masyarakat Sunda kembali kehilangan putra terbaiknya, menyusul berpulangnya maestro pop Sunda Nano S, yang wafat pada Rabu (29/9/2010) di Bandung.

Kecintaannya terhadap budaya Sunda, terutama musik karawitan, telah ia perlihatkan sejak masih muda. Lahir di Garut, Jawa Barat, 4 April 1944, Nano mulai menunjukkan minatnya yang besar kepada musik karawitan. Setelah lulus SMP, dia melanjutkan sekolah di Konservatori Karawitan (Kokar) di Bandung (1961) yang ketika itu dipimpin Daeng Sutigna.

Setelah tamat, ia mengajar di SMP 1 Bandung dan kemudian pindah ke Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI). Beberapa tahun kemudian, ia melanjutkan kuliah ke Akademi Seni Tari (ASTI) Bandung dan STSI Jurusan Karawitan Sunda sampai selesai.

Tahun 1964, Nano bergabung dengan kelompok Ganda Mekar pimpinan Mang Koko. Namun, beberapa tahun kemudian ia mendirikan kelompok sendiri yang diberi nama Gentra Madya (1972). Di awal berkarya menciptakan karawitan Sunda, pengaruh sang guru, Mang Koko, masih sangat kentara. Namun, lambat laun, ia mulai memperlihatkan cirinya sendiri.

Meski tak menghilangkan pengaruh Mang Koko yang kerap mengkritik berbagai ketidakberesan dalam masyarakat lewat karya-karyanya, Nano juga memberi ruang bagi orang untuk merefleksikannya terhadap diri sendiri. Karya-karyanya seakan-akan menertawakan diri sendiri, yang sering terjebak dalam situasi yang lucu.

Cara ini dibawakannya dalam pergelaran yang disebut Prakpilingkung (keprak, kacapi, suling, angklung). Hasilnya, pada Festival Komponis Muda Indonesia 1 yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (1979), komposisinya, "Sang Kuriang" mendapat perhatian sebagai komposisi yang sarat dengan kekuatan akar etnis karawitan Sunda yang penuh inovasi.

Ia pun pernah mendapat beasiswa fellowship dari The Japan Foundation selama setahun di Tokyo Gedai (Universitas Kesenian Tokyo) untuk mempelajari perbandingan tangga nada Sunda dan Jepang, terutama antara alam musik Kecapi dan Koto.

Selain itu, ia juga belajar meniup sakuhachi dan memetik shamisen, yang kemudian membuat kolaborasi alat-alat itu pada ciptaannya dan membuat beberapa lagu karawitan Sunda yang berbahasa Jepang, di antaranya "Katakana Hiragana Uta", "Ueno Koen", dan "D'enshano Uta" (1981-1982). Nano lalu pernah pula diundang oleh Departemen Musik Universitas Santa Cruz untuk mengajar dan membuat pergelaran dalam Spring Performance (1990).

Keprofesionalannya dalam kesenian Sunda semakin terbukti ketika ia diminta oleh Min on, impresario, sebuah kelompok kesenian besar di Jepang, untuk mengadakan pertunjukan kesenian Sunda di berbagai kota di seluruh Jepang selama 40 hari dengan 22 kali pertunjukan. Pertunjukan ini (1988) mendapat sambutan antusias karena keindahan yang ditampilkan dengan disiplin yang tinggi. Ia pun diminta menampilkan pertunjukan itu lagi di kota-kota lain.

Popularitasnya semakin menanjak setelah album-album rekaman kasetnya banyak diminati oleh masyarakat, di antaranya Kalangkang (Bayangan, 1989) dan Cinta Ketok Magic (1992) yang meledak di pasaran sehingga mendapat HDX Award tingkat nasional.

Meskipun lagu-lagu ciptaannya berjenis karawitan, dengan cepat ia memperoleh penggemar di seluruh Indonesia dan bukan hanya dari kalangan orang Sunda, apalagi setelah lagu-lagu itu dijadikan pop Sunda.

Selain itu, ia juga membuat lagu untuk Gending Karesmen bersama Wahyu Wibisana, Raf, dan lain-lain. Gending Karesmen ciptaannya antara lain Deugdeug Pati Jaya Perang, Raja Kecit, 1 Syawal di Alam Kubur, dan Perang.

Ia juga dikenal sebagai penulis sajak dan cerita pendek berbahasa Sunda. Karyanya pernah dimuat dalam majalah Mangle, Hanjuang, dan lainnya.

Cerita pendeknya dikumpulkan dengan judul Nu Baralik Manggung (Yang Pulang Sehabis Mengadakan Pertunjukan). Ia juga menyusun Buku Kawih untuk bahan pelajaran di sekolah menengah dengan judul Haleuang Tandang (1976).

Negara-negara yang pernah dikunjunginya untuk mengadakan pertunjukan antara lain Jepang, Hongkong, Filipina, Belanda, Australia, dan Amerika Serikat. Pada bulan Oktober 1999, di Jepang, ia memainkan lagu ciptaannya yang berjudul "Hiroshima", yang dibuat khusus untuk memenuhi permintaan Wali Kota Hiroshima yang mengenalnya sebagai pencipta lagu. Terakhir, Nano diangkat menjadi Kepala Taman Budaya Provinsi Jawa Barat sejak 1995 sampai pensiun (2000).

Sumber: http://www.tamanismailmarzuki.com

Penulis: Eko Hendrawan Sofyan | Editor: Eko Hendrawan Sofyan

Kamis, 02 September 2010

Jalur Sepeda Dipakai "Ngetem" Angkot

SATU mobil diparkir di tempat dekat rambu larangan berhenti dan di jalur sepeda di Jln. Aceh Bandung, Rabu (1/9). Jalur sepeda ditandai dengan cat biru, tetapi jalur ini masih sering diserobot kendaraan bermotor.* ANDRI GURNITA/"PR"

BANDUNG, (PR).-
Belum juga pekerjaan rampung seluruhnya, jalur sepeda di Kota Bandung malah digunakan untuk parkir kendaraan pribadi, becak, taksi, dan ngetem angkot. Jalur sepeda berwarna biru dibatasi dengan marka jalan garis putus-putus di Jln. Aceh, dekat perempatan Jln. Merdeka, sejumlah becak dan taksi parkir di atas jalur sepeda tersebut. Demikian pula, jalur sepeda di sekitar Lapangan Saparua juga digunakan parkir kendaraan pribadi oleh masyarakat yang membeli makanan di kaki lima di sana.

Seorang tukang becak di Jln. Banda, Entis (60), mengaku tidak tahu bahwa jalan bercat biru itu untuk jalur sepeda. Selama ini, dia mangkal di lokasi tersebut. "Kalau tidak boleh, kita mangkal di mana? Sebaiknya kita diberi tahu tempat yang boleh di mana saja," katanya saat ditemui "PR", Rabu (1/9).

Sementara seorang pengendara mobil pribadi, Rahmat (32) yang memarkir kendaraannya di jalur sepeda mengatakan sudah tahu bahwa jalur biru tersebut untuk sepeda. Namun, ia terpaksa parkir di atasnya untuk membeli makanan. "Ya, karena searah, parkirnya di sini (di atas ruas jalur sepeda-red.)," ujarnya.

Dilindungi UU

Ketua B2W (Bike to Work) Bandung Satiya Adi Wasana menyesalkan kondisi tersebut. Menurut dia, pembuatan jalur sepeda di Kota Bandung dilindungi UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Hanya, dalam UU tersebut tidak diatur mengenai penyalahgunaan jalur sepeda seperti yang terjadi saat ini.

Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung Iming Akhmad mengatakan, untuk mengatasi hal itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan untuk memasang rambu-rambu dilarang parkir di jalur sepeda.

"Jalur sepeda bukan untuk tempat parkir kendaraan," ujarnya menegaskan.

Iming menjelaskan, pembuatan jalur sepeda koridor Wastukancana-Balai Kota-Gedung Sate sudah selesai 75 persen. "Janji mereka (rekanan) akan selesai seluruhnya sebelum Lebaran, termasuk yang di Gedung Sate," ucapnya.

Tahap pertama, tidak hanya jalur sepeda yang berbentuk marka jalan, tetapi juga jalur sepeda yang menggunakan trotoar, seperti di Jln. Ir. H. Djuanda (Dago). Jalur itu diperkirakan selesai pada November mendatang. Keseluruhan anggaran untuk tahap pertama ini Rp 2,3 miliar.

Akan tetapi, jalur sepeda di sekitar Balai Kota Bandung sudah ada yang mengelupas. Menurut Iming, hal itu bukan catnya, tetapi aspalnya. Hujan mengakibatkan aspal mengelupas.

"Bukan catnya yang luntur. Catnya menggunakan termoplastik, cat khusus untuk marka jalan. Tapi, kita akan perbaiki lagi," ujarnya. (A-170)***

Ditemukan Lagi Sarkofagus

Kamis, 2 September 2010 | 05:23 WIB

http://rumametmet.com
Sarkofagus/Ilustrasi

GIANYAR, KOMPAS.com--Badan Arkeologi Denpasar kembali menemukan satu peti kubur dari batu atau sarkofagus di kebun pandan milik warga di Banjar Kembengan, Desa Tulikup, Kabupaten Gianyar, Bali.

Temuan benda purbakala itu berjarak tiga kilometer ke arah timur dari lokasi dua sarkofagus yang sebelumnya ditemukan di Subak Saba, Desa Keramas, Kabupaten Gianyar.

"Tadi kami sudah cek ke lapangan. Sarkofagus itu diperkirakan telah berusia sekitar 2.500 tahun, atau telah ada sejak 500 tahun sebelum masehi sampai awal abad pertama masehi," kata Ayu Kusumawati, peneliti sarkofagus dari Badan Arkeologi Denpasar, kepada ANTARA, Rabu siang.

Ia mengatakan, sarkofagus berpanjang tujuh cm dan lebar 4,8 cm itu belum dibuka karena masih menempel erat di tebing galian.

"Bagi benda itu kini baru terlihat bagian kedoknya saja, sedangkan bagian badannya masih menempel di tanah," ucapnya.

Untuk mengamankan lokasi, kata Kusumawati, aparat dari Mapolsek Kota Gianyar sudah memasang garis polisi (police line).

"Garis polisi itu sudah dipasang melingkar di lokasi kalian sejak Selasa malam (31/8) ," katanya.

Ia mengaku belum meneliti lebih lanjut soal temuan itu karena masih meneliti sarkofagus yang lebih dulu ditemukan di Subak Saba, Desa Keramas.

"Kami masih tuntaskan penelitian yang di Subak Saba dulu. Usai itu, kami baru lanjutkan penelitian yang di Banjar Kembengan, Tulikup," ujarnya.

I Gusti Nyoman Dirga, pemilik lahan yang menjadi "rumah" sarkofagus di Banjar Kembengan itu, mengatakan, peti batu tersebut pertama kali ditemukan pada Senin lalu (30/8).

Dia mengatakan, kala itu dia sedang menggali tanah untuk membuat batu bata. "Ketika saya sedang asik mencangkul, tiba-tiba cangkul saya seolah-olah terkena benda keras. Ketika saya cek, ternyata sarkofagus," ujarnya.

Ia menyebutkan, penemuan sarkofagus di lahan kebun pandan miliknya merupakan penemuan untuk yang kedua kalinya. "Sebelumnya pada 1998, juga ditemukan satu sarkofagus. Temuan pada tahun itu berjarak satu meter dari penemuan sarkofagus sekarang," ujarnya.

Ia mengatakan, pada penemuan peti batu 12 tahun yang lalu itu, dalam sarkofagus ditemukan serpihan kerangka tulang-belulang manusia.

Penulis: Jodhi Yudono | Editor: Jodhi Yudono | Sumber : ANT

Hati-hati Buka Puasa dengan yang Manis!

Kamis, 2 September 2010 | 08:46 WIB

DOK YAYASAN GIZI KULINER JAKARTA
Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbuka puasa dengan yang manis memang dianjurkan. Namun perlu diingat, berbuka dengan yang manis hanya ditujukan untuk mengembalikan tenaga bukan mengenyangkan.

Terlalu banyak mengonsumsi makanan manis saat berbuka menurut Ahli Gizi Klinik dari RS Pondok Indah, Dr. Lanny Ch Salim, MS, SpGK tidaklah baik. Ini dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga mengurangi konsumsi makanan berat seperti nasi.

"Tujuan awal makan manis sebelum berbuka untuk dapat energi dulu, menggantikan kalori yang hilang setelah lebih dari 14 jam berpuasa," tuturnya.

Makan berat tidak boleh sampai berlebih karena pengaruhnya pada lambung. Menurut Dr. Lanny ini bisa membuat lambung bekerja setengah mati karena terlalu dibiarkan lama kosong.

Dirinya menyarankan sebaiknya berbukalah dengan minuman hangat, contohnya teh manis. Setelah itu orang bebas makan apa saja, tapi tetap diperhatikan jumlahnya apalagi kondisi tubuhnya bukan seperti orang normal.

Untuk kurma yang dipercaya sebagai pengganti kalori itu sangat tepat karena kurma mengandung karbohidrat kompleks yang mampu meningkatkan produksi insulin penghasil glukosa dalam tubuh.

Namun, ada kecenderungan saat berbuka orang langsung mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula dalam jumlah banyak dan inilah yang mesti dihindari terutama untuk mereka yang menderita diabetes.

"Ingat, yang terpenting makan manis saat berbuka itu tujuan awalnya untuk mendapatkan energi dulu," serunya. (tam)

Editor: Asep Candra | Sumber :Sehatnews

Rabu, 01 September 2010

Atasi Radang Gusi dengan Kumur Air Garam

Rabu, 1 September 2010 | 16:01 WIB

Shutter Stock

Kompas.com - Gusi yang sehat berwarna merah muda dan keras. Jika gusi terlihat lunak, meradang, mudah berdarah dan warnanya merah tua, besar kemungkinan telah terjadi peradangan (gingivitis).

Radang gusi terjadi karena terbentuknya plak, yaitu lapisan bakteri yang tidak berwarna dan lengket pada gigi. Itu sebabnya langkah pertama untuk mengatasi gingivitis adalah dengan menghilangkan plak. Program jangka panjang kebersihan gigi dan mulut juga perlu dilakukan untuk menyembuhkan dan mencegah radang gusi.

Ada cara alami untuk mengobati rasa nyeri pada gusi yang meradang, yaitu dengan berkumur air garam. "Bila berkumur dengan air garam, daerah yang bengkak jadi hipertonik sehingga bakteri yang ngumpul di plak akan keluar," kata Prof.drg.Melanie Djamil, dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Jakarta.

Akan tetapi, kumur dengan air garam adalah solusi sementara. "Jika sumber masalah gangivitis adalah plak dan tartar, tetap saja harus dibersihkan dulu agar sakitnya tidak datang lagi," katanya.

Penulis: AN | Editor: Lusia Kus Anna |

Inspirasi Tisna Sanjaya di Lokasi Kebakaran...

PERUPA Tisna Sanjaya membuat lukisan yang berjudul "Mimpi Aisyah" yang ia kerjakan di tengah puing-puing kebakaran di Jalan Veteran Kota Bandung, Selasa ((31/8).* PRIMA

EBAKARAN selalu bikin heboh. Di koran, radio, bahkan televisi memberitakan. Sayangnya, banyak orang yang hanya peduli dan ingin tahu kejadiannya. Apa yang terjadi setelahnya, seperti bagaimana nasib para korban kebakaran selanjutnya, tidak banyak yang mau tahu.

Seniman Tisna Sanjaya mungkin satu dari sedikit orang yang peduli itu. Selasa (31/8) siang di lokasi kebakaran Jln. Veteran Dalam, Kota Bandung, membuat sebuah lukisan di atas kanvas berukuran 180-110 sentimeter. Saat melukis, Tisna diiri-ngi permainan musik karin-ding. Memang terdengar tidak nyambung antara kebakaran dan melukis, tetapi Tisna berhasil menarik benang merahnya.

Seniman bermata cokelat itu membuat lukisan untuk menggalang dana bagi korban kebakaran. Demi mendapat-kan aspirasi murni dari kejadian kebakaran itu, Tisna mendatangi lokasi kebakaran dan menyerap segala inspirasi yang menghampirinya.

Tisna melihat Aisyah (4), bocah montok berponi, menghampirinya. Dia kemudian memandang Dea (6) yang juga melemparkan pandang penuh tanya kepada Tisna. Tidak lama kemudian, tangan Tisna dengan lincah menari-nari di atas kanvas.

Warna merah, hitam, dan kuning mendominasi lukisan Tisna. Katanya ini mewakili api yang membakar 30 rumah di lokasi itu minggu lalu. Lalu, di dalam kobaran api itu muncullah wajah Aisyah dan Dea yang dirangkai oleh bu-nga berwarna hijau.

"Ini api yang menumbuhkan yang memberi hidup, bukan api yang membunuh," ujarnya.

Dia kemudian mengajak beberapa anak-anak untuk turun menorehkan goresan menggunakan kayu dan batu sisa kebakaran. Lukisan itu diberi nama "Mimpi Aisyah."

"Mimpi Aisyah" kini berada di Gedung Indonesia Menggugat. Tisna akan melelang lukisan itu dengan harga awal senilai 1.000 sak semen atau Rp 50 juta. Dia mengetuk hati para donatur untuk mau ambil bagian dalam lelang tersebut agar korban kebakaran di Jln. Veteran Dalam dapat membangun kembali rumahnya. (Lia Marlia/"PR")***

Hasil Uji Coba Jalur Lingkar Nagreg: Lancar!

Rabu, 01 September 2010, 16:04 WIB

Jalan Lingkar Nagreg yang masih ditutup

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Uji Coba jalur lingkar Nagreg yang sempat tertunda pada Sabtu (28/8) lalu, akhirnya dapat dilakukan Rabu (1/9). Jalur sepanjang 5,4 kilometer tersebut dibuka untuk kendaraan mulai pukul 11.00 WIB.

Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat, Dicky Saromi, menyatakan uji coba jalur lingkar Nagreg akan dilakukan pada siang dan malam hari. Uji coba ini juga sebagai standar kelayakan jalur tersebut untuk dioerasikan pada arus mudik Idul Fitri 2010 ini.

“Meski belum selesai 100 persen, tapi kondisi jalan sudah layak untuk digunakan para pemudik. Uji coba akan dilakukan dua kali, siang dan malam ini,” kata Dicky kepada para wartawan di Nagreg, Kabupaten Garut, Rabu (1/9) pagi.

Ia menuturkan, pengoperasian jalur lingkar Nagreg tersebut dapat mengurai kemacetan sebesar 50 persen. Pasalnya, jalur yang sebelumnya dua arah dari Bandung dan Garut serta Tasikmalaya menjadi satu arah.

Kendaraan dari Bandung menuju Garut akan melewati jalur lingkar Nagreg. Sedangkan kendaraan dari Tasikmalaya dan Garut yang menuju Bandung juga akan melalui jalur lingkar Nagreg yang satu arah.

“Jalur lama yang memiliki kecuraman yang cukup tajam tidak digunakan. Di titik tersebut kerap terjadi kecelakaan dan kemacetan panjang,” imbuhnya.

Red: Siwi Tri Puji B
Rep: c23

Mengapa Anjing Suka Menggigit Anak Kecil?

Rabu, 1 September 2010 | 10:27 WIB

shutterstock

KOMPAS.com — Kecintaan pada binatang ternyata bisa membawa sial. Organsisasi Kesehatan Dunia atau WHO mencatat, sedikitnya tiap tahun terdapat 12 juta kasus gigitan anjing. Menurut data, sepuluh dari penyebab umum kematian disebabkan oleh infeksi rabies dari gigitan anjing yang mematikan. Hal ini terutama terjadi di Afrika dan Asia.

Populasi yang paling banyak terinfeksi akibat gigitan adalah anak-anak dan pekerja di lahan pertanian. Dibandingkan orang dewasa, anak-anak ternyata sering menjadi sasaran utama gigitan anjing. Menurut penelitian, ternyata para anjing merasa teritorinya terancam oleh anak-anak.

Untuk melihat kaitan antara perilaku anjing yang suka menggigit dan anak-anak sebagai korban, para ahli menganalisis 111 kasus gigitan anjing. Sepertiga anjing yang suka menggigit pada umumnya melakukan hal itu karena merasa cemas. Misalnya, ia ditinggal oleh pemiliknya atau takut mendengar suara keras, seperti suara petir. Di lain pihak, anak-anak juga cenderung sering membuat suara ribut dan melakukan gerakan tak terduga yang akan membuat anjing yang sedang cemas itu semakin takut.

Perilaku tersebut tampak pada lebih dari 41 jenis anjing. Secara umum, terdapat penyebab perilaku agresif pada anjing, sebagai berikut:

- Anjing sering merasa terancam dan curiga mainan atau makanannya akan diambil oleh anak. Itu sebabnya mereka suka menggigit anak berusia di bawah 6 tahun.

- Anak berusia lebih besar yang digigit anjing biasanya terjadi jika anjing merasa teritorinya diganggu.

- Anjing yang sedang menjaga makanannya sering berperilaku agresif hingga mengigit anak majikannya.

- Sebaliknya, anak digigit anjing yang bukan peliharaannya karena anak itu dianggap melanggar teritorinya.

- Sebagian besar anjing yang suka menggigit ternyata juga punya gangguan kesehatan fisik, seperti penglihatan kabur, penyakit liver, ginjal, serta penyakit lain yang dipengaruhi oleh kulit dan tulang.

Penulis: AN | Editor: Lusia Kus Anna | Sumber : LiveScience

Ogah Bau Usai Santap Bawang Putih? Minumlah Susu

Rabu, 01 September 2010, 13:19 WIB

ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—-Anda suka menyantap makanan berbumbu bawah putih tapi khawatir dengan bau mulut dan bau badan? Ada kabar baik. Penelitian menunjukkan bahwa meminum segelas susu dapat menghentikan sisa-sisa bau bawang putih yang tercium dari aroma tubuh yang menguar.

Penelitian ini pun dites secara mendalam. Hasilnya, dalam tes, yakni cengkeh mentah yang dimasak bersama susu "secara signifikan dapat mengurangi" tingkat senyawa belerang yang memberi rasa dan aroma tajam pada bawang putih.

Para peneliti, dalam laporannya mengatakan kepada Jurnal Ilmu Pangan bahwa susu memang dapat menghilangkan aroma maupun rasa bawang putih pada makanan karena air dan lemak dalam susu telah terolah baik. Hasil tes ini juga didukung oleh beberapa penulis ahli kesehatan dan ilmu pangan.

Untuk hasil yang optimal, tetaplah meminum susu ketika Anda makan makanan yang beraroma bawang putih. Pencampuran susu dengan bawang putih di mulut sebelum menelan memiliki efek menetralkan bau yang lebih tinggi daripada minum susu setelah makan bawang putih tersebut.

Tak hanya itu, susu kaya lemak memberikan hasil lebih baik dari susu skim atau hanya air. Hasil ini telah diteliti melalui napas sampel yang diambil dari seorang sukarelawan. Ketika sukarelawan itu hanya minum air putih atau susu rendah lemak, maka mulut relawan tersebut menyisakan bau aroma bawang putih yang kurang sedap.

Lalu mengapa susu mampu meghilangkan aroma tersebut? Jawabannya adalah senyawa yang terdapat dalam susu yakni ‘allyl sulfida metil’ atau AMS. Namun, untuk menghilangkan aroma tersebut, beberapa proses harus dilewati susu baik dalam usus selama pencernaan, hingga efek dilepaskan dari tubuh, lewat nafas dan keringat yang menguarkan bau.

Kendati bawang putih adalah pangan yang baik dikonsumsi untuk kita karena mengandung beberapa vitamin dan mineral. Namun, sekali Anda makan, efeknya menyebabkan bau mulut dan bau badan yang bertahan berjam-jam atau bahkan berhari-hari.

Selain susu, para penulis dalam penelitian Sheryl Barringer dan Areerat Hansanugrum berpendapat bahwa jamur dan kemangi, juga dapat membantu menetralisir bau bawang putih. Namun, berbeda dengan jamur dan kemangin, tim peneliti dari Ohio State University mengatakan susu adalah campuran lemak dan air yang bekerja sama melakukan proses pencernaan dengan lebih baik.

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

Rep: Mg1/bbc

Gedung Mewah dan Kemiskinan Tak Ada Korelasi

Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
Rabu, 1 September 2010 | 14:01 WIB

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Gedung Bundar DPR/MPR RI, Jakarta.

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski dihujani kritik, Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR tetap akan melanjutkan rencana pembangunan gedung baru DPR yang menghabiskan anggaran Rp 1,6 triliun.

sebagian besar rakyat yang diwakili para anggota Dewan. Wakil Ketua BURT Pius Lustrilanang mengatakan, tak ada hubungan antara gedung mewah wakil rakyat dan kemiskinan masyarakat.

"Tidak ada korelasi membangun gedung DPR dengan kemiskinan. Ketika membangun gedung kami ada alasannya. Kan sudah ada pos anggaran untuk rakyat, petani, kredit. Ini juga perjuangan bersama untuk rakyat," kata Pius di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (1/9/2010).

Bahkan, dengan lugas politisi Partai Gerindra ini mengatakan, "Kalau masyarakat miskin, Indonesia memang miskin. Tapi kita kan tidak berhenti berjuang," ujarnya.

Lagi pula, tambah Pius, DPR sudah bekerja setiap hari untuk kepentingan rakyat. Pembangunan gedung sudah diputuskan dan dinilai akan mendukung kinerja serta citra Dewan ke depan.

Editor: Asep Candra

***

Anggaran Pembangunan Terlalu Besar
Harga Satu Ruangan Anggota DPR Rp 2,8 M
Rabu, 1 September 2010 | 10:23 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Yuna Farhan menilai, anggaran pembangunan gedung baru DPR terlalu besar. Jika dihitung rata-rata, harga satu ruangan anggota DPR itu Rp 2,8 miliar. Nilai itu sangat mahal, bahkan untuk perkantoran di Jakarta.

”Bukan memikirkan kepentingan rakyat, DPR malah mikirin diri sendiri. Rasanya tidak rela jika segelintir orang yang menjadi wakil rakyat bermewah-mewahan saat rakyat masih miskin,” ujar Suwoko HS, pensiunan TNI berpangkat sersan kepala, saat ditemui di Jakarta, kemarin.

Bagi rakyat miskin di Jakarta, Gedung DPR saat ini sudah mewah sehingga niat untuk membangun gedung baru yang lebih mewah tak masuk akal mereka. Bayangkan, untuk membangun gedung berlantai 36 itu, pemerintah harus menyisihkan anggaran Rp 1,6 triliun.

Anggaran sebesar itu sebenarnya cukup untuk membiayai bantuan iuran jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) bagi lebih dari 22 juta warga miskin selama satu tahun. Tahun ini pemerintah mengalokasikan dana bantuan iuran jamkesmas sebesar Rp 6.000 per bulan atau Rp 72.000 per tahun untuk satu warga miskin.

Ruangan seluas 120 meter persegi untuk satu anggota DPR itu juga masih lebih besar daripada luas lima rumah sederhana sehat bersubsidi, yang masing-masing hanya 21 meter persegi.

Luar Biasa....

Editor: Glori K. Wadrianto | Sumber : Kompas Cetak