Bahasa Indonesia, Basa Sunda, Bahasa Asing, Kamus, Fotografi, Sejarah, Budaya, Dongeng, Teknologi, Kesehatan, Hukum dan Kriminal, Konservasi, Kuliner, Pembangunan, Krisis, Tokoh, Olahraga, Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Jalan-Jalan. (Indonesian Language, Sundanese Language, Foreign Languages, Dictionary, Photography, History, Culture, Story, Technology, Healthy, Law and Criminal, Conservation, Development, Crisis, Figure, Sports, Agriculture, Plantation, Fishery, and Travelling)
Kamis, 21 Januari 2010
Balong Food
Mengenai udang memang merupakan pesanan adikku yang sangat menggemari udang. Yang berbeda dari udang ini bukan dari laut tetapi dari balong (kolam) ikan biasa. Udang-udang ini memang belum saatnya dipanen masih harus menunggu beberapa minggu lagi.
Ternyata udang hasil panen pamanku memang sudah besar dan menggugah selera yang suka udang. Saya hanya bisa menatap udang-udang itu bukan apa-apa kalau makan udang saya bisa terserang alergi. Akan tetapi, begitu udang selesai dibersihkan hingga digoreng, warna udang begitu menggugah selera. Dua adikku begitu bernafsu melahap goreng udang oleh-oleh Saudaraku.
Ibuku membujuk untuk mencoba mencicipi goreng udang, awalnya aku menolak karena risiko alergi yang akan menimpa diriku. Apabila aku memakan hidangan dari laut aku akan menderita alergi. Bujukan ibuku yang membuat hati dan pikiran berubah, aku pun mencoba mencicipi goreng udang.
Satu goreng udang selesai ku makan, memang enak, akhirnya ibuku memberikan dua goreng udang lagi, ku lahap dua goreng udang itu dengan perasaan was-was.
Setelah beberapa jam memang ada rasa gatal-gatal di tubuh tetapi tidak terlalu parah hanya sebagian dan aku berusaha untuk tidak menggaruknya. Ternyata gatal-gatal itu hanya bersifat sementara mungkin hanya perasaanku saja.
Lebih dari tiga hari ternyata alergi itu tidak menerpa diriku.
Memelihara udang di balong (kolam) ikan untuk sementara tidak menimbulkan rasa gatal-gatal. Aku pun menjadi penasaran untuk makan hidangan balong food lagi.
Selamat menikmati!!!!!!
Senin, 18 Januari 2010
Pedagang Favorit
Sama halnya dengan Anda semua, saya juga mempunyai banyak pedagang yang dianggap favorit, akan tetapi untuk kali ini saya hanya mengkhususkan pada pedagang makanan, alasannya ya, karena makanan merupakan kebutuhan yang tidak bisa lepas dari keseharian kita walaupun banyak alasan lain.
Apabila pagi hari, waktunya sarapan di rumah belum tersedia makanan untuk sarapan paling cepat membeli makanan di luar, saya biasa membeli bubur nasi atau kupat tahu. Tukang bubur di sekitar rumah tempat saya tinggal memang banyak tetapi yang ada tukang bubur yang mangkal dekat rumah, harga lumayan terjangkau, rasanya enak.
Begitu pula dengan tukang kupat tahu, ada banyak tukang kupat tahu tetapi hanya ada tukang kupat tahu yang enak dan murah dalam arti terjangkau. Akan tetapi, sang tukang kupat tahu sudah meninggal beberapa bulan yang lalu (akibat kecelakaan lalu-lintas) sekarang digantikan oleh saudaranya. Hasilnya tetap enak dan harganya murah.
Sepulang dari kantor, sore hari ada banyak pedagang yang menjadi favorit tetapi hanya tukang gorengan (bala-bala, gehu, cireng, pisang, dan bandrek), tukang baso tahu serta tukang goreng ayam. Kedua pedagang ini memang menjadi favorit, karena selain harga yang murah, makanannya enak, lokasi juga cukup dekat dengan rumah. Khusus tukang baso tahu meskipun sering keliling tetapi dia mumpunyai beberapa tempat mangkal yang bisa dicari.
Apakah Anda mempunyai pedagang favorit dalam keseharian Anda?
Selasa, 12 Januari 2010
Nikmatnya Bandrek Abah
"Mad, cobaan geura bandrek abah ngeunah", begitu teman saya menawari.
Saya pun menjadi penasaran dan mengambil gelas, terus saya tuangkan cairan bandrek abah ke dalam gelas. Lalu diseduh menggunakan air panas. Diseruput pelan-pelan, hasilnya memang nikmat.
"Bandrek abah meulina di mana?", tanya saya kepada teman yang menawari bandrek abah tersebut.
"Di daerah Ciwidey, Mad", jawabnya sambil konsentrasi lagi ke mesin cetak.
"Oh, jauh geuningan sugan teh deukeut", balasku.
Setelah sekian lama tidak menemukan lagi bandrek abah, tahun 2009 sembilan menemukan lagi bandrek abah, ini anugrah karena diberi gratis oleh temanku, Andriana. Awalnya waktu kuliah saya sekelas dengan orang Bale Endah, setelah ngobrol banyak, saya pun nyeletuk.
"Dri, di Bale Endah mah aya bandrek abah atuh", tanya saya sambil senyum.
"Oh, Pa Ahmad seneng bandrek abah, ke ku saya pang mawakeun atuh", jawab Andriana temanku.
Akan tetapi setelah beres kuliah sampai di wisuda, bandrek abah tak juga hadir dihadapanku. Pikirku ya sudahlah bukan rezekinya barangkali.
Setelah sekian lama, tiba-tiba di facebook ada permintaan pertemanan, setelah dilihat ternyata teman kuliah ku Andriana, setelah di add beberapa hari kemudian dia memuali mengajak obrolan (chat) di facebook. Kontan saya saya tanyakan niatnya yang dulu mau memberi saya bandrek. Akan tetapi, perasaan hati tidak enak juga tiba-tiba menagih bandrek, wah harus mengambil siasat dulu, setelah lama chatting akhirnya kutanyakan maksudku. Ternyata dia masih ingat dan mau merespon. Pada chatting berikutnya dia sudah membeli bandrek abah dan akan diberikan ke saya pada hari Sabtu, tanggalnya lupa lagi. Begitu hari Sabtu saya sudah siap menunggu kedatangannya tiba-tiba ada sms, katanya tidak bisa datang hari itu, di daerah Bale Endah hujannya deras sekali.
Wah batal lagi dapat rezeki, ya sudah saya pun memakluminya. Beberapa hari kemudian ada sms lagi ke hp saya, ternyata hari Sabtu dia akan ke kantor mengantarkan bandrek abah. Betapa kaget sekaligus senang saya akan mendapat bandrek abah.
Pada hari Sabtu yang sudah disepakati, saya merasa senang karena akan mendapat bandrek abah. Turun dari bus Damri di Jalan Katapang Kaler, belum sampai ke Jalan Burangrang, hp saya berbunyi, pas dilihat, wah Andriana. Pikirku jadi tidak karuan mudah-mudahan jadi jangan sampai batal lagi.
"Halo, Dri", jawabku.
"Pak Ahmad di mana?, mau ke kantor kan?", jawab dari Andriana.
"Muhun Dri, ayeuna nembe bade dugi ka jalan Burangrang", jawabku.
"Oh kitu, diantosnya", jawab Andriana.
Ketika saya sampai di kantor, mata saya tertuju ke tempat parkiran kantor, tapi mengapa tidak ada motor tamu, yang ada hanya motor kantor saja. Lalu saya sms temanku Andriana.
"Dri, saya tos dugi di kantor", jawaban di sms ku.
Baru saja sending, terus mau melangkah ke ruang kerja hp saya berbunyi lagi.
"Abdi tos di payun, kadieu we heula abdina moal lami", jawaban dalam sms tersebut.
Saya cepat-cepat ke luar, dan ternyata dia sudah menanti, kami pun terus mengobrol, tetapi tidak lama karena temanku ada keperluan lagi.
"Nuhun Dri, katampi pisan yeuh bandrekna", jawabku sambil mengangkat kantong keresek hitam yang berisi botol bandrek abah.
"Sami-sami Pak Ahmad, abdi bade teras we, teu tiasa lami", jawab temanku sambil memalingkan badannya terus pergi meninggalkan area halaman kantor.
***
Sesampainya di rumah saya sudah tidak sabar ingin mencoba minuman yang berasal dari jahe ini, kubaca petunjukknya meskipun hanya sekilas. Setelah diseduh, ternyata nikmat. Kalau kata Pa Bondan, maknyusssss.
Setelah beberapa hari saya mengucapkan terima kasih lagi ke temanku Andriana melalui surat di facebook. Esok harinya setiba di kantor ku buka facebook ada inbox, ternyata balasan surat dari Andriana sambil memberikan tips, kalau minum bandrek abah yang paling nikmat yakni ditambah dengan creamer. Saya pun mencoba saran temanku itu dan ternyata memang lebih nikmat tak terhankan.
Kalau orang lain memberikan informasi yang lengkap mengenai Bandrek abah-nya, saya hanya bisa memberikan dongeng saja. Mudah-mudahan dongeng saya ini tidak membuat pembaca berkerut dahi atau senyum yang penuh dengan teka-teki di dalam hati pembaca.
Menurut informasi temanku Andriana, harga bandrek abah per botolnya besar dari harga Rp25.000 hingga Rp35.000. Tersedia di daerah Banjaran, Jl. Raya Rancabali Km 7., daerah Ciwidey, dan di tukang rujak, yakni Rujak Ciherang. Terima kasih Dri.
Selamat menikmati Bandrek Abah!!!!!
***