KORPORASI
Rabu, 15 Agustus 2012 | 07:56 WIB
Shutterstock
Ilustrasi
”Maaf, itu mangga Thailand. Silakan membeli. Namun, setengah jam lagi, istri saya akan membawa mangga terbaik Pakistan. Enaknya tiada tara,” ujar Mohammad Fawzan (34), pedagang buah asal Somalia, di pasar kaget tak jauh dari Stasiun Kereta Api Woolwich Arsenal, London, 9 Agustus lalu.
Begitu istrinya muncul dengan mangga Pakistan, Fawzan langsung berteriak lantang. ”Mangga Pakistan sudah datang. Silakan beli,” ujarnya.
Fawzan tidak hendak menyepelekan mangga dari negara tertentu. Kenyataan lapangan menunjukkan bahwa mangga Pakistan lebih disukai, menyusul Thailand, Vietnam, China, dan Malaysia. Mangga dari Indonesia tidak disebut-sebut. Warga Inggris juga menyukai buah asal benua Asia, seperti semangka, pisang, nanas, pepaya, dan buah naga.
”Buah Indonesia? Pisang dan mangga asal Jawa Timur pernah masuk beberapa waktu lalu, tetapi kemudian lesap. Entah mengapa,” ujar Eliot Emmamuel, rekan Fawzan.
Ilustrasi di atas sekadar menggambarkan keadaan riil. Bicara buah mangga, nilai nominal yang muncul adalah angka-angka yang kecil. Tidak akan mengangkat nilai ekspor sebuah negara.
Namun kalau ekspor buah itu dilakukan secara massal, misalnya menembus sepuluh negara Eropa, angkanya tentu lain. Apalagi kalau disertai buah-buah yang lain, misalnya pisang dan pepaya, tentu angkanya fantastis.
Sekadar gambaran, Belanda yang jadi eksportir bunga tulip mampu meraup miliaran euro tiap tahun. Padahal, yang diekspor hanya bunga tulip. Belanda pun dijuluki ”Negeri Tulip”.
Indonesia kiranya perlu memikirkan mengekspor lebih banyak buah dan sayuran segar ke mancanegara. Ekspor tersebut hendaknya tidak hanya dipandang dari aspek finansial.
Akan tetapi, sebutlah semacam ”awareness” tentang eksistensi Indonesia. Kita suka kalau nama negeri ini diucapkan dengan penuh kekaguman oleh warga dunia karena buah kita enak. Entah itu mangga, pisang, atau nanas.
Begitulah pikiran sederhana yang muncul saat berlangsung Olimpiade 2012 London. Buah yang dijual umumnya buah dari negara lain. Umumnya dari negara-negara Asia, di antaranya Malaysia, Vietnam, Kamboja, Thailand, Pakistan, bahkan India, Banglades, dan Singapura. Bayangkanlah, Singapura juga berjualan buah di Eropa. Hebat.
Di kafe-kafe di sekitar gelanggang Olimpiade London, dijual aneka minuman ringan dengan merek terkenal yang menjadi favorit. Minuman lain, misalnya jus buah dari beberapa negara, juga menjadi minuman yang disukai. Untuk minuman air mineral, evian dari Perancis dan beberapa minuman alami Inggris disukai. Ada minuman alami lain, yakni dari Fiji. Selain kemasannya atraktif, rasanya pun sangat segar.
Fiji, negara kepulauan kecil di Pasifik, mampu menyuguhkan minuman mineral. Memang hanyalah minuman mineral, tetapi ia menjadi bahan percakapan publik dunia. Minuman itu hadir di lima benua. Diam-diam Fiji menjadi produsen minuman mineral yang bermutu dan disukai. Ini iklan gratis untuk Fiji.
Ini sungguh soal kecil, tetapi perlu jadi perhatian pemerintah dan para usahawan. Masak susah mengekspor mangga, pisang, pepaya, dan nanas? Fiji yang ”kecil” saja mampu menembus pasar dunia. Kok, Indonesia dengan jumlah penduduk nomor empat terbesar di dunia tidak mampu? (Abun Sanda)
Sumber :Kompas Cetak
Editor : Erlangga Djumena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar