Rabu, 07 September 2011

Kebiasaan Makan Buruk Berawal Sejak Remaja

K32-11 | Dini | Rabu, 7 September 2011 | 09:03 WIB

SHUTTERSTOCK
Setengah dari remaja wanita memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat, seperti tidak makan seharian.

KOMPAS.com - Tantangan orangtua di masa kini sepertinya semakin panjang saja. Tidak hanya harus pintar-pintar berkomunikasi dengan anak-anak remajanya agar terhindar dari seks bebas, narkoba, ataupun kebiasaan merokok, mereka juga perlu banyak memberi edukasi pada remaja seputar pentingnya memiliki pola makan yang sehat.

Studi terakhir di Amerika Serikat memperlihatkan setengah dari remaja wanita memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat. Misalnya, tidak makan seharian, makan hanya sedikit, menggunakan makanan pengganti (makanan cair atau minuman pengganti makanan), dan melewatkan sedikitnya satu kali waktu makan. Selain itu, mereka juga merokok dengan tujuan memertahankan berat badan. Pada remaja pria, persentasenya lebih rendah, yaitu satu banding tiga. Pola makan dan kebiasaan buruk ini, menurut ahli, akan terus berlanjut hingga mereka dewasa nanti.

Yang mengagetkan, para peneliti juga menemukan bahwa sekitar 8-20 persen remaja wanita menggunakan cara-cara ekstrem untuk mencapai berat badan ideal. Antara lain dengan minum pil diet, dengan sengaja memuntahkan makanannya, hingga menggunakan obat pencahar -semua kebiasaan ini juga akan dibawa terus hingga sepuluh tahun ke depan, ketika mereka dewasa.

"Dengan semakin besarnya kekhawatiran akan masalah obesitas, penting bagi para orangtua untuk memberitahu anak-anak remajanya bahwa diet yang tidak sehat dan gangguan pola makan seperti ini bisa berakibat buruk bagi kesehatan," kata peneliti Dianne Neumark-Sztainer, PhD, MPH, RD, profesor dari School of Public Health, University of Minnesota.

"Para remaja yang peduli akan berat badan mereka perlu diberikan dukungan untuk mengadopsi kebiasaan makan yang baik serta aktivitas fisik yang positif. Bila ini dapat dilakukan dalam jangka panjang, mereka akan terhindar dari berbagai tindakan berbahaya," tambahnya lagi.

Sumber: MedicineNet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar