Minggu, 04/09/2011 - 19:07
CIAMIS, (PRLM).- Memasuki H+4 lebaran kawasan wisata di Tatar Galuh Ciamis masih diserbu wisatawan. Selain kawasan pantai andalan Jawa Barat yaitu Pantai Pangandaran, objek wisata lain yang juga menjadi salah satu tujuan kunjungan wisatawan saat lebaran adalah Situ (Danau) Lengkong atau Situ Panjalu di wilayah Ciamis utara.
Ribuan wisatawan dari berbagai wilayah, Minggu (4/9) memadati kawasan Situ Lengkong yang memiliki luas 76,2 hektar. Dibandingkan daerah lain, seperti Bandung, Jakarta, maupun luar Pulau Jawa seperti Lampung, wisatawan dari Provinsi Jawa Timur masih mendominasi. Selain menikmatai pemandangan alam yang masih asri, sebagian di antara mereka sengaja melakukan wisata minat khusus yaitu berziarah.
"Setiap penumpang yang saya tanya selalu mengaku dari Jawa Timur, boleh dikata 90 persen dari wilayah tersebut. Mereka tidak hanya pesiar saja tetapi yang uatam melakukan ziarah. Har ini (Minggu (4/9) pengunjung sangat banyak, bahkan paling banyak dibandingkan hari sebelumnya," tutur Yaya (35) yang berprofesi sebagai penarik perahu persiar di Situ Lengkong.
Umumnya wisatawan dari Jawa Timur lanjut dia, banyak menghabiskan waktu dengan naik perahu mengitari Nusa Gede (sebuah pulau yang ada di tengah Situ Panjalu), serta melakukan ziarah di makam putra Raja Panjalu, Prabu Borosngora. Selain itu mereka juga dapat menikmati pemandangan alam, ribuan kalong atau kalelawar berukuran besar yang banyak bergelantungan di pohon besar yang terdapat di tengah pulau.
Banyaknya wisatawan tidak pelak membuat pemilik atau pengelola perahu persiar mendapatkan banyak rezeki. Untuk mengantar wisatawan keliling pulau serta antar jemput menuju lokasi dermaga sekitar makam di Nusa Gede dikenakan dikenakan ongkos Rp 120.000 per perahu . Dia mengungkapkan pada masa libur lebaran ini setiap perahu rata-rata bisa menghasilkan uang sewa sebesar Rp 1 juta - Rp 1,5 juta.
"Yah rezeki setahun sekali. Dibandingkan hari biasa, tentunya sangat jauh, hanya sekitar Rp 50.000 per hari. Selain lebaran, keramaian juga terjai saat peringatan isra'mikraj. Kalau hari biasa kadang dapat penumpang, tetapi lebih sering tidak ada wisatawan naik perahu," ungkapnya.
Salah seorang wisatawan, Sugiono (53) warga Tuban, Jawa Timur mengaku sudah tiga kali melakukan wisata ziarah ke Situ Panjalu. Pada masa lebaran ini, dia datang bersama dengan rombongan yang diangkut dengan tiga bus. Selain Situ Panjalu, kawasan lain yang dikunjungi adalah Situs Karangkamulyan di Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis yang jaraknya sekitar 40 kilometer dari tempat tersebut.
Dia mengungkapkan, selain tujuan utama ziarah, pulangnya juga membawa oleh-oleh khas panjalu berupa ikan mujair lokal Situ Panjalu, selain itu membawa air yang diambil dari sekitar Nusa Gede. Air dari tempat tersebut dipercaya sebagai air zam-zam. "Berdasar cerita yang saya terima air Situ Lengkong itu pada awalnya adalah air zamzam. Peminatnya ke Situ Lengkong juga semakin banyak, tahun lalu hanya dua bus, sekarang tiga bus," ungkapnya.
Keberadaan Situ Lengkong memang menarik bagi sebagian warga Jawa Timur, selain menyimpan nilai kesejarahan perjuangan Islam pada masa lampau, juga adanya lontaran dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang juga mengaku sebagai keturunan Panjalu.
Sementara itu adanya kepercayaan air Situ Lengkong sebagai air zam-zam itu bermula dari sekitar abar ketujuh. Bermula ketika Kerajaan Panjalu yang merupakan kerajaan Hindu diperintah oleh Prabu Sang Hyang Cakradewa. Dia berharap putra mahkotanya yang bernama Borosngora menimba ilmu yang ampuh dan sempurna. Dalam perjalanan menuntut ilmu, Borosngora memerdalam ilmu sampai ke tanah Suci Mekah.
Selama di Mekah, ia mendalami agama Islam. Setelah tuntas menimba ilmu, Borosngora kembali pulang sembari membawa air zam-zam. Air tersebut kemudian ditumpahkan di sebuah lembah yang bernama Lembah Pasir Jambu. Anehnya air yang ditumpahkan tersebut semakin bertambah banyak hingga pada akhirnya terbentuk sebuah situ, yang kemudian bernama Situ Lengkong atau dikenal sebagai Situ Panjalu. (A-101/das)***
NURHANDOKO/"PRLM"
MEMASUKI H+4 lebaran, wisatawan memadati Situ Lengkong Panjalu, Kabupaten Ciamis, Minggu (4/9). Selain menikmati keindahan alam, mereka juga dapat mengelilingi Nusa Gede dengan naik perahu pesiar...
CIAMIS, (PRLM).- Memasuki H+4 lebaran kawasan wisata di Tatar Galuh Ciamis masih diserbu wisatawan. Selain kawasan pantai andalan Jawa Barat yaitu Pantai Pangandaran, objek wisata lain yang juga menjadi salah satu tujuan kunjungan wisatawan saat lebaran adalah Situ (Danau) Lengkong atau Situ Panjalu di wilayah Ciamis utara.
Ribuan wisatawan dari berbagai wilayah, Minggu (4/9) memadati kawasan Situ Lengkong yang memiliki luas 76,2 hektar. Dibandingkan daerah lain, seperti Bandung, Jakarta, maupun luar Pulau Jawa seperti Lampung, wisatawan dari Provinsi Jawa Timur masih mendominasi. Selain menikmatai pemandangan alam yang masih asri, sebagian di antara mereka sengaja melakukan wisata minat khusus yaitu berziarah.
"Setiap penumpang yang saya tanya selalu mengaku dari Jawa Timur, boleh dikata 90 persen dari wilayah tersebut. Mereka tidak hanya pesiar saja tetapi yang uatam melakukan ziarah. Har ini (Minggu (4/9) pengunjung sangat banyak, bahkan paling banyak dibandingkan hari sebelumnya," tutur Yaya (35) yang berprofesi sebagai penarik perahu persiar di Situ Lengkong.
Umumnya wisatawan dari Jawa Timur lanjut dia, banyak menghabiskan waktu dengan naik perahu mengitari Nusa Gede (sebuah pulau yang ada di tengah Situ Panjalu), serta melakukan ziarah di makam putra Raja Panjalu, Prabu Borosngora. Selain itu mereka juga dapat menikmati pemandangan alam, ribuan kalong atau kalelawar berukuran besar yang banyak bergelantungan di pohon besar yang terdapat di tengah pulau.
Banyaknya wisatawan tidak pelak membuat pemilik atau pengelola perahu persiar mendapatkan banyak rezeki. Untuk mengantar wisatawan keliling pulau serta antar jemput menuju lokasi dermaga sekitar makam di Nusa Gede dikenakan dikenakan ongkos Rp 120.000 per perahu . Dia mengungkapkan pada masa libur lebaran ini setiap perahu rata-rata bisa menghasilkan uang sewa sebesar Rp 1 juta - Rp 1,5 juta.
"Yah rezeki setahun sekali. Dibandingkan hari biasa, tentunya sangat jauh, hanya sekitar Rp 50.000 per hari. Selain lebaran, keramaian juga terjai saat peringatan isra'mikraj. Kalau hari biasa kadang dapat penumpang, tetapi lebih sering tidak ada wisatawan naik perahu," ungkapnya.
Salah seorang wisatawan, Sugiono (53) warga Tuban, Jawa Timur mengaku sudah tiga kali melakukan wisata ziarah ke Situ Panjalu. Pada masa lebaran ini, dia datang bersama dengan rombongan yang diangkut dengan tiga bus. Selain Situ Panjalu, kawasan lain yang dikunjungi adalah Situs Karangkamulyan di Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis yang jaraknya sekitar 40 kilometer dari tempat tersebut.
Dia mengungkapkan, selain tujuan utama ziarah, pulangnya juga membawa oleh-oleh khas panjalu berupa ikan mujair lokal Situ Panjalu, selain itu membawa air yang diambil dari sekitar Nusa Gede. Air dari tempat tersebut dipercaya sebagai air zam-zam. "Berdasar cerita yang saya terima air Situ Lengkong itu pada awalnya adalah air zamzam. Peminatnya ke Situ Lengkong juga semakin banyak, tahun lalu hanya dua bus, sekarang tiga bus," ungkapnya.
Keberadaan Situ Lengkong memang menarik bagi sebagian warga Jawa Timur, selain menyimpan nilai kesejarahan perjuangan Islam pada masa lampau, juga adanya lontaran dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang juga mengaku sebagai keturunan Panjalu.
Sementara itu adanya kepercayaan air Situ Lengkong sebagai air zam-zam itu bermula dari sekitar abar ketujuh. Bermula ketika Kerajaan Panjalu yang merupakan kerajaan Hindu diperintah oleh Prabu Sang Hyang Cakradewa. Dia berharap putra mahkotanya yang bernama Borosngora menimba ilmu yang ampuh dan sempurna. Dalam perjalanan menuntut ilmu, Borosngora memerdalam ilmu sampai ke tanah Suci Mekah.
Selama di Mekah, ia mendalami agama Islam. Setelah tuntas menimba ilmu, Borosngora kembali pulang sembari membawa air zam-zam. Air tersebut kemudian ditumpahkan di sebuah lembah yang bernama Lembah Pasir Jambu. Anehnya air yang ditumpahkan tersebut semakin bertambah banyak hingga pada akhirnya terbentuk sebuah situ, yang kemudian bernama Situ Lengkong atau dikenal sebagai Situ Panjalu. (A-101/das)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar