Rabu, 29/01/2014 - 04:53
BANDUNG,(PRLM).- Pemahaman mahasiswa terhadap tarian tradisional
baru sebatas estetika belum sampai kepada isi atau filosofi. Sebagai
seni komunal milik masyarakat kesenian tarian tradisional selain
memiliki nilai estetik juga nilai filosofi dan bahkan nilai religius.
“Mahasiswa STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Bandung, jurusan tari memasuki semester tujuh (VII) mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu langsung dari seniman tari tradisional langsung, atau dari maestronya. Ini dimaksudkan, selain untuk mendapatkan transfer ilmu langsung dari pelaku seni di luar akademik, juga untuk mendapatkan nilai-nilai yang tidak diajarkan di kampus,” ujar dosen pembimbing jurusan tari, Mas Nanu Muda, S.Sen. M.Hum., di sela-sela kegiatan pegelaran Tari Tradisional hasil Nyatrik”, bertempat di Studio Tari STSI Bandung, Selasa (28/1).
Terhadap pemahaman mahasiswanya yang masih belum sepenuhnya memahami arti kesenian tradisional, Mas Nanu Muda, tidak mempersalahkan. “Karena ada banyak seniman tradisional yang hanya mau memberikan ilmu secara lisan, jadi sangat beruntung bila ada mahasiswa yang mendapat ilmu langsung dengan gerakannya. Apalagi dengan nilai-nilai filosofi didalamnya,” ujar Mas Nanu.
Pegelaran Tari Tradisional hasil Nyatrik” menampilkan tarian Tari Cikeruhan (Kab. Bandung), Ketuk Tilu (Kota Bandung), Tari Gaplek (Kab. Subang), Tayub Kosar (Kab. Subang), Doger Kontrak, Randu Kentir dan Banjet. (A-87/A-108)***
TARI
Topeng Banjet asal Kab. Karawang hasil Program Nyantrik (penyadapan)
saat ditampilkan di pegelaran Tari Tradisional hasil Nyatrik”, bertempat
di Studio Tari STSI Bandung, Selasa (28/1/14).*
“Mahasiswa STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Bandung, jurusan tari memasuki semester tujuh (VII) mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu langsung dari seniman tari tradisional langsung, atau dari maestronya. Ini dimaksudkan, selain untuk mendapatkan transfer ilmu langsung dari pelaku seni di luar akademik, juga untuk mendapatkan nilai-nilai yang tidak diajarkan di kampus,” ujar dosen pembimbing jurusan tari, Mas Nanu Muda, S.Sen. M.Hum., di sela-sela kegiatan pegelaran Tari Tradisional hasil Nyatrik”, bertempat di Studio Tari STSI Bandung, Selasa (28/1).
Terhadap pemahaman mahasiswanya yang masih belum sepenuhnya memahami arti kesenian tradisional, Mas Nanu Muda, tidak mempersalahkan. “Karena ada banyak seniman tradisional yang hanya mau memberikan ilmu secara lisan, jadi sangat beruntung bila ada mahasiswa yang mendapat ilmu langsung dengan gerakannya. Apalagi dengan nilai-nilai filosofi didalamnya,” ujar Mas Nanu.
Pegelaran Tari Tradisional hasil Nyatrik” menampilkan tarian Tari Cikeruhan (Kab. Bandung), Ketuk Tilu (Kota Bandung), Tari Gaplek (Kab. Subang), Tayub Kosar (Kab. Subang), Doger Kontrak, Randu Kentir dan Banjet. (A-87/A-108)***