Senin, 04 Juli 2011

Membuat Matematika Lebih Menyenangkan

Pendidikan
Indra Akuntono | Inggried | Senin, 4 Juli 2011 | 07:08 WIB


shutterstock
Ilustrasi 


JAKARTA, KOMPAS.com — Selama ini selalu ada cap "menakutkan" terhadap pelajaran Matematika. Padahal, pelajaran hitung-menghitung ini bisa dibuat menyenangkan. Bagaimana caranya?

Tokoh Sains dan Matematika Indonesia, Yohannes Surya menjelaskan, Matematika terasa menyenangkan ketika seseorang mengerjakan soal-soal Matematika dalam waktu yang cukup lama. Larut dalam keasyikan sehingga membuat seseorang cenderung tak ingin diganggu. Salah satunya dengan menggunakan alat peraga.

"Asyik dan menyenangkan. Ketika kita bicara asyik, kita cenderung tidak mau diganggu. Biasanya orang benci Matematika karena dianggap susah dan tidak menarik. Tapi dengan alat peraga, Matematika akan menjadi lebih mudah," kata Yohannes, Jumat (1/7/2011) di Jakarta.

Bagi mereka yang sudah menemukan keasyikan Matematika, pasti akan mengerjakan ribuan soal, seperti tidak mengerjakannya. "Puji terus biar tambah semangat. Terlebih jika mengemasnya dalam sebuah game atau lagu, itu akan sangat menyenangkan," ujarnya.

Ia berharap, dengan menyukai Matematika, logika anak akan berkembang. Selain itu, Matematika akan menjadi teman dan Sains akan disukai. Dengan menguasai Matematika, menurutnya, mempelajari Sains juga akan lebih mudah.

"Itu yang kita harapkan karena logika yang berkembang akan membantu dia (anak) dalam menyelesaikan masalah," tandasnya.

Membuat Matematika mudah

Yohannes juga mengatakan, harus ada perubahan persepsi terhadap Matematika. "Pendapat yang menganggap Matematika sebagai momok harus kita ubah. Karena Matematika begitu gampang dan semua orang bisa memahaminya. Saya yakin setiap anak bisa Matematika," ujarnya.

Untuk membantu anak cepat memahami Matematika, selain metode Gasing, cara lain bisa dilakukan dengan konsep bermain, dan lakukan latihan sesering mungkin. Jika sudah mengerti, dua jam sehari latihan mengerjakan soal Matematika akan terasa cepat karena sudah dianggap sebagai hal yang mengasyikkan.

"Jika sudah merasa asyik, anak akan merasa kurang hanya dengan dua jam. Di Papua, anak-anak yang saya ajari meminta enam jam setiap hari untuk latihan Matematika. Bahkan mereka bilang, mereka mau belajar Matematika sampai jam 10 malam, karena asyik," tandasnya.

"Dalam Matematika, mengerjakan soal bukan menguji, melainkan memuji. Semua orang suka dipuji, itu konsep yang selama ini belum dipakai orang," tambah Yohannes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar