Pembeli Asing Tinjau Pembudidayaan Rempah-rempah

Minggu, 03/07/2011 - 13:52

KODAR SOLIHAT/"PRLM"
TANAMAN rempah-rempah yang berasal dari Garut kini menarik minat pembali dari luar negeri.*

GARUT, (PRLM).- Seiring kembali menggeliatnya usaha agrobisnis dan agroindustri rempah-rempah di Jabar, sejumlah lokasi pembuidayaan komoditas tersebut memperoleh kunjungan dan pesanan langsung dari pembeli luar negeri. Perkembangan ini di antaranya diperoleh usaha pembudidayaan tanaman rempah-rempah di Kab. Garut, di mana sejumlah pembeli asal Filipina dan Portugal kembali melihat lokasi dan menghitung kuota pesanan.

Pebisnis agro asal Bandung, Iyus Supriatna, selaku pembudidaya tanaman rempah-rempah di Garut, Minggu (3/7) menyebutkan, sejumlah pembeli untuk pasar ekspor mengatakan, pesanan rempah-rempah asal Jabar meningkat untuk dijual ke India, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Singapura, serta ke Eropa. Kemitraan sudah dilakukan bersama beberapa kelompok tani, untuk ditentukan jenis-jenis rempah-rempah yang diminati berikut harga sesuai kontrak, volume, ukuran, jenis, dll.

Para pembeli asal Filipina dan Portugal tersebut, langsung memberikan gambaran produk-produk yang diminati sekaligus kontrak harga, sehingga para anggota kelompok tani bersangkutan memperoleh gambaran pasti penjualan hasil panen mereka. Diperkirakan, setiap bulan pembeli tersebut akan menambah jumlah kuota pesanan, yang harus dapat dipenuhi oleh para pembudidaya.

"Komoditas rempah-rempah merupakan bahan pokok untuk bumbu masak, bio farmaka, dll, yang selama ini sangat laris di pasaran. Apalagi ada kecenderungan warga dunia sedang kembali ke tren alam, di mana produk-produk rempah-rempah menjadi bahan baku yang kini kembali tergolong vital," katanya.

Disebutkan, potensi agrobisnis rempah-rempah sangat potensial kembali diusahakan di Jabar, asalkan para pembudidaya dapat melakukan perencanaan produksi, jenis, keococokan lahan, dll. Paling tidak, saat ini usaha pertanian di Jabar sedang rebutan kebutuhan, antara produksi pangan, sayuran, rempah-rempah, peternakan, perikanan, dll, sehingga seharusnya masing-masing komoditas memperoleh pesanan pasar yang lebih besar dibandingkan produksi. (A-81/A-147) ***