Selasa, 16/07/2013 - 19:28
ADANG Standar Supaya (51) dalang sekaligus yang membuat wayang serok menunjukkan wayangnya di kediamannya di Kampung Cipurut, Desa Baros, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Selasa (16/7/2013). Sejak dua tahun lalu Adang menggeluti wayang serok yang berbahan barang bekas perabotan rumah seperti serok, teko, cangkir, dan lainnya.*
PRLM - Bermula dari mata pencaharian sebagai tukang rongsokan, justru memberi berkah bagi Abah Adang Standar Supaya (51), rongsokan-rongsokan miliknya itu diubah menjadi karya seni bernilai tinggi.
Dari barang-barang rongsokan yang ia miliki dia ciptakan wayang-wayang golek berkepala aneh, kepala wayang golek yang biasanya terbuat dari ukiran-ukiran kayu diubah oleh Abah Adang menjadi cangkir, serok, penggorengan, lampu dan berbagai jenis bentuk barang rongsokan lainnya.
"Sudah dua tahun saya mulai iseng-iseng bikin wayang kayak gini, dulu saya mah karena suka wayang dan senang mempelajari kesenian, maka tertarik untuk membuat wayang-wayang rongsokan ini," kata Abah Adang, di Kediamannya di Kampung Cipurut, RT 04/05, Desa Baros, Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, Selasa (16/7/2013).
Abah Adang menjelaskan pada mulanya dia hanya membuat wayang-wayang saja dari rongsokan-rongsokan itu, namun akhirnya terpikir untuk membuat grup wayang sendiri, yang berisikan warga sekitar rumahnya.
"Semua personelnya ada delapan orang dan semuanya warga di sini, kecuali pemain rebab yang merupakan warga Katapang, Kabupaten Bandung," kata Abah Adang.
Sementara itu ketika disinggung cerita wayang yang dimainkannya ternyata sedikit berbeda dengan pertujunkan wayang golek biasanya.
"Kalau saya lebih ke menceramahi di Kampung-Kampung yang mengundang saya, dan memberikan sindiran kepada pemerintah, tentu saja dengan diiringi humor," kata Abah Adang.
Dan dari mulut ke mulut kini Abah Adang mulai dikenal di Kabupaten Bandung karena kesenian yang ia sebut sebagai Wayang Serok ini, karena terinspirasi dari wayang pertama yang ia buat dari serok penggorengan. (Mochamad Iqbal Maulud/"PRLM"/A_88)***
USEP USMAN NASRULLOH/"PRLM" |
ADANG Standar Supaya (51) dalang sekaligus yang membuat wayang serok menunjukkan wayangnya di kediamannya di Kampung Cipurut, Desa Baros, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Selasa (16/7/2013). Sejak dua tahun lalu Adang menggeluti wayang serok yang berbahan barang bekas perabotan rumah seperti serok, teko, cangkir, dan lainnya.*
PRLM - Bermula dari mata pencaharian sebagai tukang rongsokan, justru memberi berkah bagi Abah Adang Standar Supaya (51), rongsokan-rongsokan miliknya itu diubah menjadi karya seni bernilai tinggi.
Dari barang-barang rongsokan yang ia miliki dia ciptakan wayang-wayang golek berkepala aneh, kepala wayang golek yang biasanya terbuat dari ukiran-ukiran kayu diubah oleh Abah Adang menjadi cangkir, serok, penggorengan, lampu dan berbagai jenis bentuk barang rongsokan lainnya.
"Sudah dua tahun saya mulai iseng-iseng bikin wayang kayak gini, dulu saya mah karena suka wayang dan senang mempelajari kesenian, maka tertarik untuk membuat wayang-wayang rongsokan ini," kata Abah Adang, di Kediamannya di Kampung Cipurut, RT 04/05, Desa Baros, Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, Selasa (16/7/2013).
Abah Adang menjelaskan pada mulanya dia hanya membuat wayang-wayang saja dari rongsokan-rongsokan itu, namun akhirnya terpikir untuk membuat grup wayang sendiri, yang berisikan warga sekitar rumahnya.
"Semua personelnya ada delapan orang dan semuanya warga di sini, kecuali pemain rebab yang merupakan warga Katapang, Kabupaten Bandung," kata Abah Adang.
Sementara itu ketika disinggung cerita wayang yang dimainkannya ternyata sedikit berbeda dengan pertujunkan wayang golek biasanya.
"Kalau saya lebih ke menceramahi di Kampung-Kampung yang mengundang saya, dan memberikan sindiran kepada pemerintah, tentu saja dengan diiringi humor," kata Abah Adang.
Dan dari mulut ke mulut kini Abah Adang mulai dikenal di Kabupaten Bandung karena kesenian yang ia sebut sebagai Wayang Serok ini, karena terinspirasi dari wayang pertama yang ia buat dari serok penggorengan. (Mochamad Iqbal Maulud/"PRLM"/A_88)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar