Bahasa Media Massa
Penulis : Nasru Alam Aziz | Jumat, 29 Juni 2012 | 21:11 WIB
Kompas/Nasru Alam Aziz
Forum Bahasa Media Massa (FBMM) menggelar diskusi Sastra dan
Bahasa Media Massa di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (29/6/2012). Diskusi
menghadirkan narasumber penyair Taufiq Ismail, Dekan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Indonesia Dr Bambang Wibawarta, dan wartawan Kompas
Putu Fajar Arcana, dengan moderator Rita Sri Hastuti dari FBMM.
JAKARTA, KOMPAS.com -- Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
diharapkan lebih gencar dalam upaya membakukan kosa kata asing yang
semakin banyak digunakan masyarakat. Pembakuan tersebut harus dibarengi
dengan sosialisasi.
Keresahan dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa asing, terutama di media massa, mengemuka dalam diskusi Sastra dan Bahasa Media Massa, yang diselenggarakan Forum Bahasa Media Massa (FBMM) dan Harian Kompas di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (29/6/2012). Diskusi menampilkan narasumber penyair Taufiq Ismail, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dr Bambang Wibawarta, dan wartawan Kompas Putu Fajar Arcana, dengan moderator Rita Sri Hastuti dari FBMM.
“Badan Bahasa harus lebih berperan membakukan kosa kata asing yang muncul di masyarakat, terutama bahasa-bahasa gaul, dan menyosialisasikannya,” kata Bambang.
Menurut Bambang, lebih baik menyerap kosa kata bahasa daerah yang sangat kaya, ketimbang menggunakan kosa kata asing. Indonesia terdiri dari 1.128 suku dengan sekitar 700 bahasa yang bisa memperkaya bahasa Indonesia.
Ketua FBMM TD Asmadi mengemukakan bahwa selama ini Badan Bahasa kurang sigap dalam mencari padanan kosa kata asing. Badan Bahasa juga dinilai abai dalam menyosialisasikan terjemahan kata-kata asing yang tepat.
Taufiq secara khusus menyoroti maraknya penggunaan bahasa Inggris di media, yang ia sebut sebagai bahasa Amerika Serikat. “Kita pernah lama dijajah bahasa Belanda, dan akhirnya kita merdeka dari penjajahan itu. Sekarang kita dijajah oleh bahasa Amerika,” kata Taufiq.
Sementara itu, Fajar Arcana membahas pemaduan bahasa jurnalistik dengan bahasa sastrawi di media massa. Di satu sisi, bahasa sastrawi digunakan oleh jurnalis, dan di sisi lain, sastrawan menggunakan metode-metode jurnalisme dalam berkarya.
Bahkan, menurut Fajar Arcana, metode jurnalistik telah dipraktikkan oleh Mpu Prapanca pada abad ke-13 dalam kitab Nagarakretagama.
Keresahan dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa asing, terutama di media massa, mengemuka dalam diskusi Sastra dan Bahasa Media Massa, yang diselenggarakan Forum Bahasa Media Massa (FBMM) dan Harian Kompas di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (29/6/2012). Diskusi menampilkan narasumber penyair Taufiq Ismail, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dr Bambang Wibawarta, dan wartawan Kompas Putu Fajar Arcana, dengan moderator Rita Sri Hastuti dari FBMM.
“Badan Bahasa harus lebih berperan membakukan kosa kata asing yang muncul di masyarakat, terutama bahasa-bahasa gaul, dan menyosialisasikannya,” kata Bambang.
Menurut Bambang, lebih baik menyerap kosa kata bahasa daerah yang sangat kaya, ketimbang menggunakan kosa kata asing. Indonesia terdiri dari 1.128 suku dengan sekitar 700 bahasa yang bisa memperkaya bahasa Indonesia.
Ketua FBMM TD Asmadi mengemukakan bahwa selama ini Badan Bahasa kurang sigap dalam mencari padanan kosa kata asing. Badan Bahasa juga dinilai abai dalam menyosialisasikan terjemahan kata-kata asing yang tepat.
Taufiq secara khusus menyoroti maraknya penggunaan bahasa Inggris di media, yang ia sebut sebagai bahasa Amerika Serikat. “Kita pernah lama dijajah bahasa Belanda, dan akhirnya kita merdeka dari penjajahan itu. Sekarang kita dijajah oleh bahasa Amerika,” kata Taufiq.
Sementara itu, Fajar Arcana membahas pemaduan bahasa jurnalistik dengan bahasa sastrawi di media massa. Di satu sisi, bahasa sastrawi digunakan oleh jurnalis, dan di sisi lain, sastrawan menggunakan metode-metode jurnalisme dalam berkarya.
Bahkan, menurut Fajar Arcana, metode jurnalistik telah dipraktikkan oleh Mpu Prapanca pada abad ke-13 dalam kitab Nagarakretagama.
Editor :Nasru Alam Aziz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar