Kamis, 21/02/2013 - 12:32
DUA anggota Mahasiswa Relawan Bencana (Maharena) Priangan mencoba
perahu anti bocor yang diberi nama ampibi maharena. Perahu yang dibuat
mereka, digunakan untuk mengevakuasi korban banjir.
SOREANG, (PRLM).- Sekelompok mahasiswa yang tergabung di Mahasiswa Relawan Bencana (Maharena) Priangan membuat perahu anti bocor. Perahu yang dibuat mereka, digunakan untuk mengevakuasi korban banjir.
Ketua Maharena Miftahudin menjelaskan, selama melakukan evakuasi korban bencana banjir, kerap dihadapkan sejumlah masalah. Mulai dari sempitnya gang atau akses jalan menuju rumah warga yang terendam. Lalu, perahu yang kerap bocor akibat terkena benda tajam.
"Kenapa kita membuat perahu ini, biayanya murah. Lalu, perahu ini dapat masuk ke daerah evakuasi yang sempit seperti masuk gang. Dan, aman dari kebocoran," ucapnya ketika ditemui di tugu Bandung Lautan Api, Kecamatan Dayeuhkolot, Markas Komando Batalyon Zeni Tempur III Dayeuhkolot yang ada di Jalan Raya Dayeuhkolot, Kamis (21/2/2013).
Miftahudin mengatakan, perahu berukuran 1 meter x 1,5 meter itu dinamakan Ampibi Maharena. Bentuknya pun unik. Sebab, menggunakan bathtub. Kemudian, dipasangi pula pipa berukuran lima inci agar dapat mengambang.
Selanjutnya, perahu yang mereka cat dengan warna hitam kombinasi oranye itu menggunakan roda penggerak di bawahnya. Dengan begitu, dapat dipakai pula di daratan atau kedalaman air kurang dari 20 sentimeter.
"Kalau perahu karet, itu bisa memakan biaya mencapai Rp 8 juta lebih. Tetapi, perahu yang kita buat hanya Rp 250 ribu dan dibuat dalam waktu satu hari," ujarnya.
Awal mula ide itu tercetus yaitu ketika evakuasi banjir. Saat itu, perahu karet yang digunakan bocor karena terkena duri, paku, kayu, dan benda tajam lainnya. Dengan ampibi Maharena, kini warga yang ada di dalam gang dapat dievakuasi. Lalu tidak khawatir perahu bocor. (A-195/A-147)***
M. ILHAM PRATAMA/"PRLM" |
SOREANG, (PRLM).- Sekelompok mahasiswa yang tergabung di Mahasiswa Relawan Bencana (Maharena) Priangan membuat perahu anti bocor. Perahu yang dibuat mereka, digunakan untuk mengevakuasi korban banjir.
Ketua Maharena Miftahudin menjelaskan, selama melakukan evakuasi korban bencana banjir, kerap dihadapkan sejumlah masalah. Mulai dari sempitnya gang atau akses jalan menuju rumah warga yang terendam. Lalu, perahu yang kerap bocor akibat terkena benda tajam.
"Kenapa kita membuat perahu ini, biayanya murah. Lalu, perahu ini dapat masuk ke daerah evakuasi yang sempit seperti masuk gang. Dan, aman dari kebocoran," ucapnya ketika ditemui di tugu Bandung Lautan Api, Kecamatan Dayeuhkolot, Markas Komando Batalyon Zeni Tempur III Dayeuhkolot yang ada di Jalan Raya Dayeuhkolot, Kamis (21/2/2013).
Miftahudin mengatakan, perahu berukuran 1 meter x 1,5 meter itu dinamakan Ampibi Maharena. Bentuknya pun unik. Sebab, menggunakan bathtub. Kemudian, dipasangi pula pipa berukuran lima inci agar dapat mengambang.
Selanjutnya, perahu yang mereka cat dengan warna hitam kombinasi oranye itu menggunakan roda penggerak di bawahnya. Dengan begitu, dapat dipakai pula di daratan atau kedalaman air kurang dari 20 sentimeter.
"Kalau perahu karet, itu bisa memakan biaya mencapai Rp 8 juta lebih. Tetapi, perahu yang kita buat hanya Rp 250 ribu dan dibuat dalam waktu satu hari," ujarnya.
Awal mula ide itu tercetus yaitu ketika evakuasi banjir. Saat itu, perahu karet yang digunakan bocor karena terkena duri, paku, kayu, dan benda tajam lainnya. Dengan ampibi Maharena, kini warga yang ada di dalam gang dapat dievakuasi. Lalu tidak khawatir perahu bocor. (A-195/A-147)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar