Kamis, 27/02/2014 - 18:34
|
WILUJENG KHARISMA/"PRLM" |
SUASANA
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Pasir Sembung, Kec. Cilaku, Kab.
Cianjur, yang dipenuhi pemulung. TPA tersebut dinilai sudah tidak
ideal tidak lagi digunakan. Selain kondisinya yang sudah melebihi
kapasitas, tidak adanya penggunaan teknologi pengolahan sampah yang
ramah lingkungan dinilai sudah tidak sesuai.*
CIANJUR, (PRLM).- Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Pasir
Sembung, Pasir Hayam, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur dinilai sudah
tidak ideal tidak lagi digunakan. Selain kondisinya yang sudah melebihi
kapasitas, tidak adanya penggunaan teknologi pengolahan sampah yang
ramah lingkungan dinilai sudah tidak sesuai.
Saat ini, TPA Pasir Sembung masih menggunakan teknik pengolahan
sampah open dumping (ditimbun di tanah lapang terbuka) masih dibiarkan
saja. Padahal, pengelolaan dengan cara tersebut sudah tidak lagi
dianjurkan karena menyeabkan pencemaran lingkungan.
Demikian diungkapkan Koordinator Wahana Lingkungan Hidup (Walhi)
Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur), Eko Wiwid kepada "PRLM", Kamis
(27/2/2014). "Seharusnya sudah ada alih teknologi dalam pengelolaan
sampahnya. Lokasi TPA yang berada di pemukiman juga menyebabkan polusi
air lindi dan bau sampah. Warga sekitar TPA sudah sering mengeluhkan hal
itu," katanya.
Eko mengatakan alih fungsi teknologi menjadi sanitary landfill (
tempat pemusnahan sampah yang berupa cekungan atau tanah yang digali dan
digunakan untuk menimbun sampah) seharusnya sudah digunakan beberapa
waktu lalu. Wacana relokasi TPA di Cianjur ini juga sudah ada beberapa
tahun lalu, namun hingga kini belum pernah ada realisasinya.
"Akibat kelebihan kapasitas bisa dilihat di jalan-jalan protokol Kota
Cianjur kadang ada penumpukan sampah. Meski tidak bisa dipungkiri jika
perilaku masyarakat juga belum sepenuhnya sadar membuang sampah pada
tempatnya," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Cianjur,
Rika Ida Mustikawati mengakui jika TPA Pasir Sembung yang luasnya
sekitar enam hektare ini pengelolaannya masih open dumping dan memang
sudah melebihi kapasitas.
"Namun, kami sudah berupaya agar tahun depan pengelolaan sampah
diganti dengan sanitary landfill. Tiap tahun volume sampah di Cianjur
memang naik. Saat ini, rata-rata per bulan volume sampah menapai 600
meter kubik," ujarnya.
Meskipun demikian, kata Rika, pihaknya berupaya untuk mengurangi
dampak pencemaran dengan melakukan pengurukan sampah menggunakan tanah.
Itupun hanya dilakukan setahun dua kali.
"Idealnya pun setiap bulan harusnya diuruk. Namun, anggaran yang ada
tidak memungkinkan. Kami mencoba memperluas dengan sisa lahan yang masih
ada sekitar 4.000 meter persegi tahun ini," tuturnya.
Rika mengakui jika terkendal pada relokasi. Pasalnya, dua yaitu TPSA
di Kec. Cikalongkulon dan Tanggeung hingga kini masih mendapat penolakan
terhadap warga sekitar.
"Untuk mengurangi kapasitas sampah, kami sudah membina warga dengan
bank sampah. Saat ini baru ada enam titik, dan kami sudah merintis 30
titik," ujarnya.
Bank sampah, kata Rika, nantinya juga akan menimbulkan kesadaran
warga mengenai pemilahan sampah. Sehingga mereka tahu, betapa pentingnya
persoalan sampah itu bagi masyarakat.
"Untuk mengurangi penimbunan sampah di jalan kami pun sudah menambah
angkutan sampah yang sebula hanya 16 armada, saat ini sudah ada 22
armada dengan penambahan dua jalur baru" katanya. (A-186/A-89)***