PENYUSUTAN ES ARKTIK
Jumat, 21 September 2012 | 08:30 WIB
AFP/DANIEL BELTRA
MY Arctic Sunrise, kapal milik organisasi lingkungan hidup
Greenpeace, sedang mendokumentasikan penyusutan lapisan es di kawasan
Samudra Arktik, Selasa (11/9). Lapisan es di kawasan Arktik dekat Kutub
Utara itu menyusut drastis dan mencatat rekor terendah dalam sejarah
tahun ini.
NEW YORK, KOMPAS.com - Bumi dalam keadaan darurat karena pelepasan gas metana dari lapisan es abadi (permafrost) di kawasan kutub yang terus mencair. Efisiensi gas metana dalam menahan radiasi panas Matahari 25 kali lebih kuat dari gas karbondioksida.
Keduanya merupakan gas rumah kaca (GRK) penyebab pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Ada enam jenis GRK yang diidentifikasi para ahli sebagai penyebab pemanasan global. Keenamnya dihasilkan dari aktivitas manusia membakar bahan bakar fosil, dari sampah, serta dari mencairnya lapisan es.
”Penurunan luas lapisan es, antara tahun 1979 dan 2012 sebesar 13 persen per dekade, lebih cepat dari penyusutan enam persen per tahun antara tahun 1979 dan 2000,” ujar ahli kelautan Wieslaw Maslowski dari US Naval Postgraduate School.
Angka tersebut lebih buruk dari perkiraan para ahli sebelumnya. Namun, menurut ahli iklim dari Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) James Hansen, ”Ada kesenjangan antara apa yang diketahui para ahli dan publik. Kita dalam kondisi darurat Bumi.”
”Jika tren ini berjalan terus, pada akhir dekade ini kita tidak punya laut es lagi,” tambah Maslowski.
Terjebaknya panas Matahari akan memperburuk kondisi perubahan iklim karena suhu atmosfer dan permukaan Bumi berubah.
Emisi gas metana akibat mencairnya permafrost akan mengakibatkan kenaikan suhu permukaan laut. Akibatnya, akan semakin banyak GRK yang lepas karena semakin banyak es mencair.
Menurut ahli lingkungan dari Earth Institute Universitas Columbia, Peter Schlosser, dampak mencairnya es di pucuk kutub sulit dipastikan. Namun, ”Arktik merespons lingkungan dengan cepat dan lebih parah dampaknya dari wilayah lain di bumi ini.”
Dia mengungkapkan, dengan mencairnya es di Arktik, peran aktivitas manusia terhadap perubahan global semakin nyata.
”Di masa depan akan lebih besar lagi dampaknya,” katanya. Jalur laut di utara yang terbuka diincar untuk menjadi jalur pelayaran, sementara aktivitas pengeboran minyak di kawasan tersebut diprediksi akan meningkat. Kedua aktivitas tersebut akan memperparah kondisi Arktik. (AFP/AP/ISW)
Sumber :Kompas Cetak
Editor :Egidius Patnistik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar