Kamis, 29/11/2012 - 16:06
BANDUNG, (PRLM).- Iki, adalah nama panggilan akrab teman-temannya. Seorang anak laki-laki berumur 10 tahun, kelas 5 SD yang bersekolah di SD Nurul Huda, Citarip Timur, Kota Bandung ini adalah tukang ojek payung dadakan. “Ngojek payung dari awal kelas 5,” ujarnya, Kamis (29/11/12).
Dia adalah anak yang ceria meskipun dengan keadaan kurang dari cukup dibandingkan dengan sebagian teman-temannya. “Yaah...lumayan bisa untuk bantu-bantu mama sama adik-adik saya,” ujarnya berharap untuk bisa membantu ibunya yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa dan ayahnya yang hanya seorang kuli angkut barang di pasar.
Rizky Firmansyah nama lengkapnya, adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dia mengais rezeki di kala hujan deras yang mengguyur kota. “Saya jadi tukang ojek payung nggak kayak teman-teman saya yang selalu berprofesi jadi tukang ojek payung. Saya cuman ikut-ikutan saja. Sehari-hari saya cuman tukang koran dan siswa SD biasa. Jadi pas hujan gede aja saya jadi tukang ojek payung dadakan dan meninggalkan pekerjaan jadi tukang koran dulu,“ ujarnya.
Dengan berpenghasilan yang cukup lumayan berkisaran Rp 30 ribu per hari, dan memasang tarif Rp 5 ribu, pengojek payung ini berharap bisa untuk membantu keluarganya. (Risma-job/A-88)***
RISMA/JOB
IKI, tukang ojek payung dadakan.*
BANDUNG, (PRLM).- Iki, adalah nama panggilan akrab teman-temannya. Seorang anak laki-laki berumur 10 tahun, kelas 5 SD yang bersekolah di SD Nurul Huda, Citarip Timur, Kota Bandung ini adalah tukang ojek payung dadakan. “Ngojek payung dari awal kelas 5,” ujarnya, Kamis (29/11/12).
Dia adalah anak yang ceria meskipun dengan keadaan kurang dari cukup dibandingkan dengan sebagian teman-temannya. “Yaah...lumayan bisa untuk bantu-bantu mama sama adik-adik saya,” ujarnya berharap untuk bisa membantu ibunya yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa dan ayahnya yang hanya seorang kuli angkut barang di pasar.
Rizky Firmansyah nama lengkapnya, adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dia mengais rezeki di kala hujan deras yang mengguyur kota. “Saya jadi tukang ojek payung nggak kayak teman-teman saya yang selalu berprofesi jadi tukang ojek payung. Saya cuman ikut-ikutan saja. Sehari-hari saya cuman tukang koran dan siswa SD biasa. Jadi pas hujan gede aja saya jadi tukang ojek payung dadakan dan meninggalkan pekerjaan jadi tukang koran dulu,“ ujarnya.
Dengan berpenghasilan yang cukup lumayan berkisaran Rp 30 ribu per hari, dan memasang tarif Rp 5 ribu, pengojek payung ini berharap bisa untuk membantu keluarganya. (Risma-job/A-88)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar