NGAMPRAH, (PRLM).- Warga Desa Situwangi, Kec
Cihampelas, Kab Bandung Barat, belum semuanya bisa menikmati listrik
dari PLN. Hal itu terjadi karena rendahnya tingkat kesejahteraan ekonomi
warganya.
Wawan (50), warga Kp Pasir Kalapa, RT 03/RW 04, adalah salah satu warga Desa Situwangi yang belum bisa menikmati listrik PLN. Selama ini dia ikut menyambung listrik dari rumah mertuanya yang jaraknya cukup berdekatan.
"Saya menyambung listrik ke mertua untuk satu gantungan. Listrik itu saya pergunakan buat nyalain radio atau lampu 5 watt buat penerangan kalau malam tiba," ujarnya saat ditemui, Kamis (29/8/2013).
Wawan membayar pemakaian listrik ke mertuanya itu sebesar Rp 10.000/bulan. Menurutnya, penggunaan listrik untuk lampu dan radio itu semata-mata agar ada penerangan saat malam hari, dan suasana tidak terlalu sepi saat siang. "Uang untuk mendaftar listrik PLN itu terlalu mahal. Saya tidak mampu membayarnya," kata dia.
Saat ini Wawan bekerja serabutan. Terkadang dia menjadi buruh, atau membuat tusukan sate bersama istrinya. Saat ini dia memiliki lima orang anak.
Ketua RT 03, Kp Pasir Kalapa, Asep Dedi, mengatakan, masih ada puluhan rumah di lingkungannya yang masih belum bisa menikmati listrik dari PLN. Penyebabnya karena tingkat kesejahteraan warga di lingkungannya mayoritas masih rendah.
"Kebanyakan warga di sini itu bekerja sebagai perajin bambu. Beberapa di antaranya ada yang bekerja sebagai buruh tani atau TKI," tuturnya. (A-204/A-26)***
Wawan (50), warga Kp Pasir Kalapa, RT 03/RW 04, adalah salah satu warga Desa Situwangi yang belum bisa menikmati listrik PLN. Selama ini dia ikut menyambung listrik dari rumah mertuanya yang jaraknya cukup berdekatan.
"Saya menyambung listrik ke mertua untuk satu gantungan. Listrik itu saya pergunakan buat nyalain radio atau lampu 5 watt buat penerangan kalau malam tiba," ujarnya saat ditemui, Kamis (29/8/2013).
Wawan membayar pemakaian listrik ke mertuanya itu sebesar Rp 10.000/bulan. Menurutnya, penggunaan listrik untuk lampu dan radio itu semata-mata agar ada penerangan saat malam hari, dan suasana tidak terlalu sepi saat siang. "Uang untuk mendaftar listrik PLN itu terlalu mahal. Saya tidak mampu membayarnya," kata dia.
Saat ini Wawan bekerja serabutan. Terkadang dia menjadi buruh, atau membuat tusukan sate bersama istrinya. Saat ini dia memiliki lima orang anak.
Ketua RT 03, Kp Pasir Kalapa, Asep Dedi, mengatakan, masih ada puluhan rumah di lingkungannya yang masih belum bisa menikmati listrik dari PLN. Penyebabnya karena tingkat kesejahteraan warga di lingkungannya mayoritas masih rendah.
"Kebanyakan warga di sini itu bekerja sebagai perajin bambu. Beberapa di antaranya ada yang bekerja sebagai buruh tani atau TKI," tuturnya. (A-204/A-26)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar