Pikiran Rakyat Cetak
Setu Patok, Kecamatan Mundu Cirebon
|
Dalam buku akar Geografi untuk pelajar SMA dalam rentang
waktu tahun 1962-2012, praktis tidak ada penambhan contoh baru untuk gunung api
maar. Sejak Dr. JA Katili memberikan contoh gunung api maar di
lereng Gunung Lamongan pada tahun 1962, seperti yang terdapat dalam bukunya
Pengantar Ilmu Geologi yang diterbitkan oleh Balai Pendidikan Guru, Departemen
PDK di Bandung (1962). Buku ini menjadi pegangan wajib, yang dibagikan untuk para peserta Pendidika Guru
BI/BII Jurusan Ilmu Bumi.
Sejak tahun itu sampai tahun 2012, tidak ada penambahan
contoh dalam buku-buku ajar dari semua penerbit, paling tidak yang ada di Pulau
Jawa. Semuanya hanya mencontohkan gunung api maar, seperti dicontohkan Katili, yaitu ranu, danau
yang ada di lereng Gunung Lamongan, Jawa
Timur, seperti Ranu Bedali dan Ranu Pakis. Padahal, ada maar di kaki Gunung
Cereme, yaitu Situ Sangiang di Majalengka,Seto Sedong di Kuningan, dan Setu
Patok di Cirebon.
Juga ada maar Bambang, Gembong, dan Gunungrowo di
lereng bawah Gunung Muria. Di kaki
Gunung Gamalama, Ternante, ada Danau Tolire Jaha dan Tolire Kecil. Akibatnya,
pelajar di Majalengka yang dekat dengan Situ Sangiang, dan pelajar di Cirebon
yang dekat dengan Setu Patok, misalnya, tidak tahu bahwa kedua danau itu
merupakan contoh dari bentuk gunung api maar.
Maar itu merupakan bahasa dialek Franken Moselle di
Daun, Jerman, yang berarti genangan air atau danau. Kata asalnya dari Bahasa
Latin adalah mare, yang berarti laut. Sutikno Bronto (2010) menulis maar
adalah gunung api yang memotong batuan dasar di bawah muka air tanah, dan
membentuk kerucut berpenampang landai yang tersusun oleh rempah gunung api
berbutir halus hingga kasar, mempunyai diameter kawah, yang bervariasi antara
100 – 3.000 m, yang terkadang terisi air membentuk danau. Lebih lanjut, Bronto
menulis, “Sebagian besar maar terbentuk oleh letusan hidroklastika, tetapi juga
biasa berakhir dengan letusan magmatik, sehingga terbentuk kerucut sinder atau
kubah lava.”
Setu Patok di Desa Setupatok ini berada 27 km timur laut
Gunung Cereme, atau 7 km di selatan Cirebon danhanya 4 km dari Kecamatan Mundu.
Gunung maar Setu Patok ini dapat
dijadikan contoh gunung api maar.
Banyak yang tidak menyangka bahwa setu patok yang berupa
kerucut skorea atau kerucut sinder yang ada ditengahnya itu bekas letusan
gunung api. Dalam keadaan air danau
penuh, keliling Seto Patok panjangnya 6.875 m, dengan bentangan danau
terpanjang 1.874 m, dan terpendek 696 m. Panjang lingkaran kerucut sindernya
1.340 m.
Jejak gunung api maar ini pada umumnya lebih berupa cekungan
ketimbang kerucut seperti layaknya bentuk gunung api yang kita kenal. Boleh
dibilang, bentuk gunung api maar ini berupa gunung api kerdil karena
kecilnya. Dasar gunungnya hanya satu pertujuh atau satu per delapan gunung
komposit, seperti Gunung Tangkubanparahu, Gunung Merapi,Gunung Semeru, dll.
Gunung api kate ini termasuk ke dalam kelompok gunung api monogenesis,
gunung api yang terbentuk oleh satu periode letusan, karena energinya yang
rendah dengan magma yang kecil, sehingga waktu hidupnya sangat singkat, dan
bentuk gunungnya menjadi kecil.
Bila tidak mengamati keadaan sekeliling danau dan pulau di
tengah danau yang tersusun dari tumpukan material letusan berupa lava yang
sarang atau bom gunung api, yang biasa disebut kerucit sinder atau kerucut
skorea, pasti tidak akan menyangka bahwa Setu Patok ini berupa gunung api maar.
Apalagi sejak tahun 1921, di salah satu tebingnya diperkuat
dengan bendungan agar dapat menampung air dari Ci Telang, Ci Dukuh, dan Ci
Karamat, untuk keperluan irigasi, sehingga banyan yang menyangka ini danau
buatan. Luas Situ Patok 175 ha, pada saat airnya penuh menjadi tujuan rekreasi
air yang menarik. Di sana Anda dapat berperahu mengitari kerucut sinder.
Masyarakat juga banyak yang memancing di sini. Namun, makin ke sini setu ini
semakin mendangkal, sehingga sudah ada bagian yang menjadi sawah, dan
benar-benar menjadi kering pada saat musim kemarau, sehingga dasar danau dapat
dilalui dengan berjalan kaki.
Setu Patok terjangkau dengan mudah dari Kota Cirebon,
Kuningan, Majalengka, dan Indramayu, sehingga sangat baik bila dijadikan laboratorium kebumian. Di bekas letusan
gunung api Holosen ini, para pelajar dapat mengadakan studi lapangan untuk
melihat dari dekat apa yang disebut gunung api maar dalam buku. Penataan
lingkungan danau dengan penanaman pohon-pohon besar khas Cirebon perlu
digalakan agar mendapatkan suasana teduh dan nyaman untuk berkegiatan.
(T. Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi
Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung)***
Bro kalo bisa tgl 23-25 sep 2016 kita ada festival jaga kali art di area setu patok... mampirlah kalo ada waktu
BalasHapusBro kalo bisa tgl 23-25 sep 2016 kita ada festival jaga kali art di area setu patok... mampirlah kalo ada waktu
BalasHapusAcara'a kaya gmna tuh kang...
BalasHapusAcara'a kaya gmna tuh kang...
BalasHapusPunten kang sedong adanya masih di kabupaten cirebon bukan kuningan. Terima kasih
BalasHapusFestival jaga kali berapa kali setahun si ? Mohon informasinya
BalasHapusterimakasih sudah berbagi ya kak
BalasHapuspotato starch