| Jodhi Yudono | Selasa, 25 Oktober 2011 | 18:36 WIB
KOMPAS.com — Panas kian menyengat saat pria pembawa acara yang berseragam merah-merah mengumumkan bahwa tim akrobatik udara dari Kementrian Pertahanan sebentar lagi akan melintas di angkasa Nusa Dua, tempat acara launching ASEAN Fair 2011 berlangsung. Akrobatik udara ini juga dimaksudkan karena bertepatan dengan pertemuan menteri-menteri pertahanan se-ASEAN, acara peresmian akan ditutup dengan pertunjukan akrobat udara (air show) dari Kementerian Pertahanan.
Di panggung kehormatan, tampak Presiden didampingi Ibu Negara Anie Yudhoyono yang asyik memotret rangkaian peristiwa yang berlangsung sejak pukul 09.00 Wita itu. Di belakang Presiden dan Ibu Anie, tampak putra mereka dan tunangannya yang akan menikah bulan depan, yaitu Edhie Baskoro Yudhoyono dan Aliya Rajasa.
Selain calon pengantin itu, hadir pula Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dan istrinya, Okky Rajasa. Posisi duduk mereka tepat mengapit Presiden dan Ibu Ani. Selain mereka, kursi di posisi depan di panggung utama juga tampak dua tokoh lainnya, yaitu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dan suami serta Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan istri.
Sementara itu, di sisi kiri panggung, tampak beberapa menteri yang terlihat kepanasan lantaran sinar pagi menyengat mereka, di antaranya Menko Polhukam Djoko Suyanto dan istri, Menko Kesra Agung Laksono dan istri, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan istri, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, serta Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Bahkan, Djoko Suyanto, Sudi Silalahi, dan Dipo Alam menggunakan kacamata hitam untuk menghalau sinar matahari.
Acara akrobatik pesawat yang digelar TNI AU merupakan acara pungkas dari serangkaian acara pembukaan ASEAN Fair yang berlangsung pada Senin (24/10/2011).
Sebelumnya, Presiden telah memukul kentongan, pertanda acara telah resmi dibuka, kemudian dilanjutkan dengan aneka pertunjukan berupa pameran mobil hias yang menggambarkan karakter dari setiap negara anggota ASEAN serta prosesi bleganjur (gamelan yang "berjalan") dan arak-arakan ogoh-ogoh logo "Hello ASEAN". Selain itu, juga diramaikan dengan arak-arakan 30 perkusi Indonesia dan parade 30 penari Indonesia.
Dari arah timur laut, terdengar suara menderu. Lima pesawat udara yang diterbangkan dari Lanud Adisucipti, Yogyakarta, dengan gagah melintas di angkasa Nusa Dua. Tepuk tangan disertai decak kagum terdengar berkali-kali setiap tim akrobatik udara itu melintas dalam berbagai formasi.
Saat semua undangan dan peserta upacara pembukaan ASEAN Fair terkagum-kagum dengan aksi udara para prajurit TNI AU itulah, mendadak seorang lelaki tua dengan sepeda onthel melintas di area acara. Saat mendekati panggung utama, tampak seorang lelaki gondrong berbadan tinggi besar mengejarnya dari belakang. Dan... hups! Lelaki pengejar itu pun berhasil menangkap boncengan sepeda yang berisi muatan kelapa. Dua orang lelaki muncul membantu si gondrong menghentikan laju sepeda. Selanjutnya, sepeda dan penunggangnya bukan cuma berhenti, tapi langsung terguling di jalan beraspal, persis beberapa meter dari tempat duduk kepala negara.
Pengendara sepeda pun langsung digelandang menepi. Dia tak cuma ditanyai oleh aparat keamanan, tetapi juga oleh serombongan wartawan yang langsung mengerumuninya. Maka, diketahuilah, pak tua pengendara sepeda itu bernama Nyoman Minta berusia sekira 60 tahun. Dia adalah petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung yang sehari-hari membersihkan kawasan perhotelan Nusa Dua. Saat kejadian itu, tak kurang dari Pangdam Udayana Mayjen TNI Leonard Louk dan Kapolda Bali Irjen Totoy Herawan Indera ikut menanyai langsung.
"Saya mau pulang, saya tidak tahu ada acara Presiden," ujar bapak renta yang di sepeda onthelnya terdapat karung berisi kelapa, kayu dan rumput.
Nyoman berkisah bawah jalur yang dilewatinya di dekat Presiden SBY dalam pembukaan ASEAN Fair adalah rutenya sehari-hari dalam bekerja sebagai petugas kebersihan di area Bali Tourism Development Corporation (BTDC), Nusa Dua.
Kepada para wartawan dan polisi, dia mengaku hendak pulang ke rumahnya di daerah Mumbul di luar area Nusa Dua.
Pak Nyoman pasti tak pernah mengira, kejadian pagi itu akan membuat banyak orang repot, termasuk dirinya. Bayangkanlah, setelah dirinya gagal melintas di jalan yang biasa ia lalui, dirinya pun lalu ditangkap dan diinterogasi. Maklumlah, trauma terhadap bom teroris, apalagi ini di Bali, telah membuat orang gampang bercuriga. Atas nama curiga itu pula, Pak Nyoman pun harus menjalani pemeriksaan oleh petugas keamanan dan polisi.
Pak Nyoman tak repot sendirian setelah kejadian tersebut, sejumlah aparat keamanan, terutama Pasukan Pengamanan Presiden, dibuat kalang kabut. Gara-gara Pak Nyoman bisa melenggang hingga beberapa meter jaraknya dari tempat duduk Presiden, Paspampres pun dipertanyakan kesanggupannya bekerja.
Bagaimana bisa, tempat yang konon telah disterilkan itu masih kebobolan. Bayangkanlah, jika itu bukan Pak Nyoman, melainkan seorang teroris dengan bom sebesar kelapa di boncengan sepedanya.
Menyimak peristiwa ini, rasanya kita justru harus berterima kasih kepada Pak Nyoman. Gara-gara beliau itulah, kita jadi semakin tahu betapa masih lemahnya pengamanan terhadap diri seorang Presiden Republik Indonesia. Gara-gara Pak Nyoman itulah, seharusnya Pasukan Pengamanan Presiden jadi bisa belajar untuk lebih fokus ke pekerjaan ketimbang ikut asyik menonton acara yang juga ditonton oleh tuannya. (JY)
Kompas.com/Jodhi Yudono
Nyoman Minta si pengendara sepeda yang melintas di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat pembukaan ASEAN Fair di Nusa Dua, Senin (24/10).
Nyoman Minta si pengendara sepeda yang melintas di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat pembukaan ASEAN Fair di Nusa Dua, Senin (24/10).
KOMPAS.com — Panas kian menyengat saat pria pembawa acara yang berseragam merah-merah mengumumkan bahwa tim akrobatik udara dari Kementrian Pertahanan sebentar lagi akan melintas di angkasa Nusa Dua, tempat acara launching ASEAN Fair 2011 berlangsung. Akrobatik udara ini juga dimaksudkan karena bertepatan dengan pertemuan menteri-menteri pertahanan se-ASEAN, acara peresmian akan ditutup dengan pertunjukan akrobat udara (air show) dari Kementerian Pertahanan.
Di panggung kehormatan, tampak Presiden didampingi Ibu Negara Anie Yudhoyono yang asyik memotret rangkaian peristiwa yang berlangsung sejak pukul 09.00 Wita itu. Di belakang Presiden dan Ibu Anie, tampak putra mereka dan tunangannya yang akan menikah bulan depan, yaitu Edhie Baskoro Yudhoyono dan Aliya Rajasa.
Selain calon pengantin itu, hadir pula Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dan istrinya, Okky Rajasa. Posisi duduk mereka tepat mengapit Presiden dan Ibu Ani. Selain mereka, kursi di posisi depan di panggung utama juga tampak dua tokoh lainnya, yaitu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dan suami serta Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan istri.
Sementara itu, di sisi kiri panggung, tampak beberapa menteri yang terlihat kepanasan lantaran sinar pagi menyengat mereka, di antaranya Menko Polhukam Djoko Suyanto dan istri, Menko Kesra Agung Laksono dan istri, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan istri, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, serta Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Bahkan, Djoko Suyanto, Sudi Silalahi, dan Dipo Alam menggunakan kacamata hitam untuk menghalau sinar matahari.
Acara akrobatik pesawat yang digelar TNI AU merupakan acara pungkas dari serangkaian acara pembukaan ASEAN Fair yang berlangsung pada Senin (24/10/2011).
Sebelumnya, Presiden telah memukul kentongan, pertanda acara telah resmi dibuka, kemudian dilanjutkan dengan aneka pertunjukan berupa pameran mobil hias yang menggambarkan karakter dari setiap negara anggota ASEAN serta prosesi bleganjur (gamelan yang "berjalan") dan arak-arakan ogoh-ogoh logo "Hello ASEAN". Selain itu, juga diramaikan dengan arak-arakan 30 perkusi Indonesia dan parade 30 penari Indonesia.
Dari arah timur laut, terdengar suara menderu. Lima pesawat udara yang diterbangkan dari Lanud Adisucipti, Yogyakarta, dengan gagah melintas di angkasa Nusa Dua. Tepuk tangan disertai decak kagum terdengar berkali-kali setiap tim akrobatik udara itu melintas dalam berbagai formasi.
Saat semua undangan dan peserta upacara pembukaan ASEAN Fair terkagum-kagum dengan aksi udara para prajurit TNI AU itulah, mendadak seorang lelaki tua dengan sepeda onthel melintas di area acara. Saat mendekati panggung utama, tampak seorang lelaki gondrong berbadan tinggi besar mengejarnya dari belakang. Dan... hups! Lelaki pengejar itu pun berhasil menangkap boncengan sepeda yang berisi muatan kelapa. Dua orang lelaki muncul membantu si gondrong menghentikan laju sepeda. Selanjutnya, sepeda dan penunggangnya bukan cuma berhenti, tapi langsung terguling di jalan beraspal, persis beberapa meter dari tempat duduk kepala negara.
Pengendara sepeda pun langsung digelandang menepi. Dia tak cuma ditanyai oleh aparat keamanan, tetapi juga oleh serombongan wartawan yang langsung mengerumuninya. Maka, diketahuilah, pak tua pengendara sepeda itu bernama Nyoman Minta berusia sekira 60 tahun. Dia adalah petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung yang sehari-hari membersihkan kawasan perhotelan Nusa Dua. Saat kejadian itu, tak kurang dari Pangdam Udayana Mayjen TNI Leonard Louk dan Kapolda Bali Irjen Totoy Herawan Indera ikut menanyai langsung.
"Saya mau pulang, saya tidak tahu ada acara Presiden," ujar bapak renta yang di sepeda onthelnya terdapat karung berisi kelapa, kayu dan rumput.
Nyoman berkisah bawah jalur yang dilewatinya di dekat Presiden SBY dalam pembukaan ASEAN Fair adalah rutenya sehari-hari dalam bekerja sebagai petugas kebersihan di area Bali Tourism Development Corporation (BTDC), Nusa Dua.
Kepada para wartawan dan polisi, dia mengaku hendak pulang ke rumahnya di daerah Mumbul di luar area Nusa Dua.
Pak Nyoman pasti tak pernah mengira, kejadian pagi itu akan membuat banyak orang repot, termasuk dirinya. Bayangkanlah, setelah dirinya gagal melintas di jalan yang biasa ia lalui, dirinya pun lalu ditangkap dan diinterogasi. Maklumlah, trauma terhadap bom teroris, apalagi ini di Bali, telah membuat orang gampang bercuriga. Atas nama curiga itu pula, Pak Nyoman pun harus menjalani pemeriksaan oleh petugas keamanan dan polisi.
Pak Nyoman tak repot sendirian setelah kejadian tersebut, sejumlah aparat keamanan, terutama Pasukan Pengamanan Presiden, dibuat kalang kabut. Gara-gara Pak Nyoman bisa melenggang hingga beberapa meter jaraknya dari tempat duduk Presiden, Paspampres pun dipertanyakan kesanggupannya bekerja.
Bagaimana bisa, tempat yang konon telah disterilkan itu masih kebobolan. Bayangkanlah, jika itu bukan Pak Nyoman, melainkan seorang teroris dengan bom sebesar kelapa di boncengan sepedanya.
Menyimak peristiwa ini, rasanya kita justru harus berterima kasih kepada Pak Nyoman. Gara-gara beliau itulah, kita jadi semakin tahu betapa masih lemahnya pengamanan terhadap diri seorang Presiden Republik Indonesia. Gara-gara Pak Nyoman itulah, seharusnya Pasukan Pengamanan Presiden jadi bisa belajar untuk lebih fokus ke pekerjaan ketimbang ikut asyik menonton acara yang juga ditonton oleh tuannya. (JY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar