Selasa, 27/12/2011 - 02:21
KARAWANG, (PRLM).- Petambak Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang banyak yang beralih dari petambak udang ke ikan mujaer. Hal tersebut dilakukan karena mujaer lebih tahan terhadap kondisi air dan cuaca buruk.
"Kami terus merugi saat menanam benih udang karena sering mati akibat kondisi air yang jika terkena air hujan lebih banyak lebih dari lima puluh persen benih udang yang kami sebar selalu mati. Namun pengembangan budi daya ikan mujaer dengan teknik keramba jaring apung," ucap salah seorang petambak, Naja (42), Senin (26/12).
Hanya saja, kata Naja, pengembangan budidaya ikan mujaer dengan teknik keramba jaring terapung membutuhkan dukungan, terutama modal untuk berinovasi kisaran Rp 100-150 juta dengan keadaan keramba sebanyak 6 lubang, atau berukuran keramba sepanjang 60 meter dan lebar 4 meter.
“Ini modal awal untuk membangun keramba selebihnya jika budidaya sudah berjalan modal tidak akan sebanyak itu. Modal tersebut lebih murah daripada modal untuk menanam benih udang," katanya.
Naja mengatakan petani jaring apung menghabiskan biaya awal berkisar Rp 100 jutaan, di antaranya untuk fisik kontruksi keramba, seperti jaring madang, besi dan drum besi, menghabiskan dana berkisar Rp 37 juta. Sementara untuk biaya benih ikan berkisar Rp 20 juta, dan pakan pelet berkisar 21 ton untuk pakan selama 6 bulan sebesar Rp 137 juta.
Saat ini, kata Naja, perkembangkan budi daya ikan mujaer masih berukuran bibit, sehingga mengantisipasi perubahan cuaca di tahun mendatang petani perlu mempersiapkan keramba tambahan. Pasalnya, tambahan keramba untuk kebutuhan para petani jaring terapung di Kecamatan Pakisjaya akan diusulkan pada instansi terkait.
"Syukurlah, ikan yang kita kembangkan itu bersahabat dengan alam. Ikan tidak banyak yang mati, boleh dibilang hanya 10% dari benih yang ditabur. Itu juga hanya dikarenakan termakan oleh ular,” tutur Ucang (40), petambak lainnya.
Ucang optimis sekitar 80% benih ikan budi daya mampu berkembang lebih baik dan efektif para prosesnya dengan dukungan yang cukup. “Pengembangan ikan menggunakan keramba jaring apung secara intensif itu, kita adopsi dari pengembangan ikan budidaya di daerah lainnya," katanya.
Lebih lanjut Ucang mengatakan tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat atau lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang atau dinding kolam. (A-186/A-88)***
WILUJENG KHARISMA/"PRLM"
BEBERAPA Jaring terapung muajer di Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Senin (26/12). Budibaya Ikan Mujaer bisa menjadi pilihan bagi petambak lainnya yang sedang mengalami...
KARAWANG, (PRLM).- Petambak Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang banyak yang beralih dari petambak udang ke ikan mujaer. Hal tersebut dilakukan karena mujaer lebih tahan terhadap kondisi air dan cuaca buruk.
"Kami terus merugi saat menanam benih udang karena sering mati akibat kondisi air yang jika terkena air hujan lebih banyak lebih dari lima puluh persen benih udang yang kami sebar selalu mati. Namun pengembangan budi daya ikan mujaer dengan teknik keramba jaring apung," ucap salah seorang petambak, Naja (42), Senin (26/12).
Hanya saja, kata Naja, pengembangan budidaya ikan mujaer dengan teknik keramba jaring terapung membutuhkan dukungan, terutama modal untuk berinovasi kisaran Rp 100-150 juta dengan keadaan keramba sebanyak 6 lubang, atau berukuran keramba sepanjang 60 meter dan lebar 4 meter.
“Ini modal awal untuk membangun keramba selebihnya jika budidaya sudah berjalan modal tidak akan sebanyak itu. Modal tersebut lebih murah daripada modal untuk menanam benih udang," katanya.
Naja mengatakan petani jaring apung menghabiskan biaya awal berkisar Rp 100 jutaan, di antaranya untuk fisik kontruksi keramba, seperti jaring madang, besi dan drum besi, menghabiskan dana berkisar Rp 37 juta. Sementara untuk biaya benih ikan berkisar Rp 20 juta, dan pakan pelet berkisar 21 ton untuk pakan selama 6 bulan sebesar Rp 137 juta.
Saat ini, kata Naja, perkembangkan budi daya ikan mujaer masih berukuran bibit, sehingga mengantisipasi perubahan cuaca di tahun mendatang petani perlu mempersiapkan keramba tambahan. Pasalnya, tambahan keramba untuk kebutuhan para petani jaring terapung di Kecamatan Pakisjaya akan diusulkan pada instansi terkait.
"Syukurlah, ikan yang kita kembangkan itu bersahabat dengan alam. Ikan tidak banyak yang mati, boleh dibilang hanya 10% dari benih yang ditabur. Itu juga hanya dikarenakan termakan oleh ular,” tutur Ucang (40), petambak lainnya.
Ucang optimis sekitar 80% benih ikan budi daya mampu berkembang lebih baik dan efektif para prosesnya dengan dukungan yang cukup. “Pengembangan ikan menggunakan keramba jaring apung secara intensif itu, kita adopsi dari pengembangan ikan budidaya di daerah lainnya," katanya.
Lebih lanjut Ucang mengatakan tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat atau lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang atau dinding kolam. (A-186/A-88)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar