Yunanto Wiji Utomo | Inggried Dwi Wedhaswary | Kamis, 22 Desember 2011 | 15:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Taksonom serangga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Rosichon Ubaidillah M.Phil mengatakan, jumlah taksonom serangga di Indonesia saat ini masih minim. Saat ini, kata dia, hanya terdapat 6-7 orang taksonom, termasuk dirinya.
"Saat ini, Indonesia hanya punya 6-7, termasuk saya. Bidangnya antara lain adalah Lepidoptera atau jenis Kupu-Kupu, Hymenoptera atau jenis tawon, kemudian semut dan ada yang menekuni jenis laba-laba gua," kata Rosichon, yang baru dikukuhkan sebagai profesor riset bidang zoologi, Rabu (21/12/2011).
Dari sejumlah taksonom tersebut, tiga diantaranya masih menyelesaikan studi di Amerika dan Jepang. Rosichon sendiri menekuni jenis lebah parasitoid atau Eulopheniae yang juga masuk ordo Hymenoptera.
Untuk biodiversitas serangga di Indonesia yang sangat besar, jumlah enam taksonom dinilai masih sangat jauh dari kebutuhan.
"Dengan 50 taksonom saja penelitian taksonomi serangga tidak akan selesai dalam 20 tahun," kata Rosichon.
Rosichon mengungkapkan, Indonesia sebagai negara kaya biodiversitas dan telah menandatangani COP 10 berkewajiban mengungkap kekayaan hayati yang dimiliki. Pengungkapkan bertujuan bagi konservasi dan pemanfaatan.
Oleh karena itu, kata Rosichon, pemerintah wajib mendukung kegiatan penelitian taksonomi dengan pendanaan dan pembinaan SDM. Penelitian taksonomi tidak boleh mandek, karena pemanfaatan suatu organisme akan sangat bergantung pada penelitian taksonomi.
Capung jenis Leucorrhinia intacta
JAKARTA, KOMPAS.com - Taksonom serangga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Rosichon Ubaidillah M.Phil mengatakan, jumlah taksonom serangga di Indonesia saat ini masih minim. Saat ini, kata dia, hanya terdapat 6-7 orang taksonom, termasuk dirinya.
"Saat ini, Indonesia hanya punya 6-7, termasuk saya. Bidangnya antara lain adalah Lepidoptera atau jenis Kupu-Kupu, Hymenoptera atau jenis tawon, kemudian semut dan ada yang menekuni jenis laba-laba gua," kata Rosichon, yang baru dikukuhkan sebagai profesor riset bidang zoologi, Rabu (21/12/2011).
Dari sejumlah taksonom tersebut, tiga diantaranya masih menyelesaikan studi di Amerika dan Jepang. Rosichon sendiri menekuni jenis lebah parasitoid atau Eulopheniae yang juga masuk ordo Hymenoptera.
Untuk biodiversitas serangga di Indonesia yang sangat besar, jumlah enam taksonom dinilai masih sangat jauh dari kebutuhan.
"Dengan 50 taksonom saja penelitian taksonomi serangga tidak akan selesai dalam 20 tahun," kata Rosichon.
Rosichon mengungkapkan, Indonesia sebagai negara kaya biodiversitas dan telah menandatangani COP 10 berkewajiban mengungkap kekayaan hayati yang dimiliki. Pengungkapkan bertujuan bagi konservasi dan pemanfaatan.
Oleh karena itu, kata Rosichon, pemerintah wajib mendukung kegiatan penelitian taksonomi dengan pendanaan dan pembinaan SDM. Penelitian taksonomi tidak boleh mandek, karena pemanfaatan suatu organisme akan sangat bergantung pada penelitian taksonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar