Museum Pos Indonesia terpilih menjadi yang terbaik untuk kunjungan wisata di Jawa Barat pada kategori museum pada tahun 2011. - blogspot.com
Oleh:
Jabar - Kamis, 5 Januari 2012 | 21:11 WIB
INILAH.COM, Bandung- Museum Pos Indonesia terpilih menjadi yang terbaik untuk kunjungan wisata di Jawa Barat pada kategori museum pada tahun 2011.
"Dinas Pariwisata Jabar yang menetapkan Museum Pos Indonesia menjadi yang terbaik," kata penanggung jawab Museum Pos Indonesia Supariati di Bandung, Kamis.
Disela-sela melayani pelajar dan masyarakat umum yang sedang berkunjung pada musim libur sekolah, ia mengemukakan hingga awal 2012 ini, koleksi benda-benda yang terkait dengan sejarah pos dan telegraf itu berasal dari 131 negara di dunia.
Museum yang lokasinya di sayap timur Gedung Sate, pusat pemerintahan Provinsi Jabar yang dibangun tahun 1931 cukup ramai didatangi masyarakat, khususnya pelajar.
"Kalau musim libur panjang seperti ini, pelajar yang datang tidak berombongan, namun bersama keluarga. Kunjungan rombongan biasanya malah saat aktif sekolah, seperti study tour, yang disertai tugas-tugas untuk menulis laporan," kata Supriati, yang menjadi penanggung jawab museum tersebut sejak tahun 2005.
Ia menjelaskan, pada 1931 gedung seluas 706 meter persegi yang terletak di Jalan Cilaki Nomor 73 Kota Bandung itu difungsikan sebagai museum, dengan nama Museum Pos Telegrap dan Telepon (Museum PTT) pada zaman penjajahan Belanda.
"Namun, saat itu belum terbuka untuk umum," katanya.
Menyadari arti penting peran dan fungsi museum sebagai sarana pendidikan, informasi, rekreasi dan wisata dengan minat khusus, bagi generasi sekarang maupun mendatang, katanya, maka dilakukan renovasi agar sejarah yang ada terpelihara.
Karena itu, Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi saat itu (1983) Achmad Tahir meresmikan museum itu dengan nama Museum Pos dan Giro, dan dinyatakan terbuka untuk umum.
Seiring perubahan nama Pos dan Giro menjadi PT Pos Indonesia pada 20 Juni 1995, maka museum itu juga berganti menjadi Museum Pos Indonesia.
Dijelaskannya pula keberadaan Museum Pos Indonesia itu, tidak hanya sekadar untuk tujuan wisata, namun juga menjadi objek penelitian bagi kalangan perguruan tinggi.
"Khususnya yang terkait dengan bidang-bidang ilmu budaya dan sejarah," katanya.
Supriati memberi rujukan bahwa perguruan tinggi yang mencari referensi untuk penelitiannya, tidak hanya dari Bandung dan Jawa Barat, namun juga universitas dari luar Jawa, seperti dari Lampung.
Sedangkan bagi warga negara asing, khususnya dari Belanda dan kawasan Eropa, karena mempunyai keterkaitan kesejarahan dengan Indonesis pada masa lampau, umumnya datang untuk mengetahui berbagai benda sejarah.
Menurut dia, keberadaan Museum Pos Indonesia yang berada di bawah Direktorat Umum dan SDM PT Pos Indonesia itu, tidak memungut biasa masuk bagi masyarakat.
"Selain terbuka untuk umum, semua pengunjung gratis masuk museum. Kebijakan ini juga bagian dari dukungan untuk gerakan 'Wajib Cinta Museum'," katanya.
Sedangkan untuk pemeliharaan museum tersebut, semuanya dialokasikan dari dana perusahaan, katanya. Pihaknya mengharapkan bagi masyarakat yang punya minat mengenai filateli dan hal terkait lainnya bisa berkunjung ke museum itu, karena koleksi dari 131 negara di dunia bisa ditemukan.
"Selain koleksi perangko, juga bisa dilihat sejarah pos di masa lalu, seperti kartu pos, warkat pos hingga produk-produk terbaru masa kini," demikian Supriati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar