Tuntas pekerjaan tahap awal Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang
yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan dari sejumlah instansi.
- inilah.com/Benny Bastiandy
Oleh:
Jabar - Sabtu, 30 Juni 2012 | 09:00 WIB
Jabar - Sabtu, 30 Juni 2012 | 09:00 WIB
INILAH.COM, Bandung - Tuntas pekerjaan tahap awal Tim Terpadu
Penelitian Mandiri Gunung Padang. Hasil penelitian para pakar yang
berasal dari berbagai disiplin ilmu dan dari sejumlah instansi itu pun
sudah secara resmi diumumkan.
Gunung Padang yang terletak di Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur adalah sebuah situs megalitikum berbentuk punden berundak atau piramida, yang dibuat manusia sekitar 4.700 tahun Sebelum Masehi.
Ini bisa dibilang sebagai ihwal paling hot bagi masyarakat Jawa Barat pada semester pertama tahun ini, setelah heboh piramida Gunung Sadahurip di Kabupaten Garut. Bayangkan, bangunan punden berundak Gunung Padang diyakini 10 kali lebih luas dari Candi Borobudur, dan luas kompleks situsnya sendiri lebih dari 75 hektare. Dan, jika benar, situs peradaban megalitikum tersebut bisa dibilang yang terbesar di Asia Tenggara.
Keyakinan itu muncul setelah struktur di bagian timur situs tersebut dibuka dan ditemukan 20 terasering yang memanjang hingga 200 meter lebih melingkar ke bagian utara. Semuanya tersusun dengan rapi. Kondisi struktur di bagian selatan dan barat telah berantakan, diduga akibat bencana besar di masa lalu, dan sebagian tertimbun longsoran tanah. Namun masih ada sisa bangunan berupa bagian teras kecil. Di setiap sudut ada tangga menuju bagian puncak, dengan mata air di setiap gerbangnya.
Para peneliti sepakat arsitektur situs megalitikum Gunung Padang sudah sangat maju, setara dengan piramida Michu-Pichu di Peru, Amerika Selatan. Hasil survei dengan metode geolistrik, georadar, dan geomagnet serta pengeboran menunjukkan ada geometri konstruksi bangunan di bawah situs Gunung Padang. Ada ruangan-ruangan yang luas di dalam perut Gunung Padang. Bahkan lantai salah satu ruangan berlapis pasir halus dan seragam, mengindikasikan ruang tersebut digunakan untuk menyimpan sesuatu.
Setelah melakukan penelitian intensif selama 1,5 bulan, Tim Terpadu menyimpulkan situs Gunung Padang adalah mahakarya arsitektur dari zaman prasejarah Nusantara dan bukan peninggalan sebuah masyarakat purba yang primitif. Menurut tim periset bidang teknik sipil dari Kementrian Riset dan Teknologi, pembangunan piramida Gunung Padang itu melibatkan sekitar 2.000 orang dan berlangsung selama lima tahun.
Pertanyaannya, mungkinkah Desa Karyamukti Kecamatan Campaka, yang terpencil itu pernah dihuni sekelompok manusia dengan peradaban yang jauh lebih maju daripada bangsa Mesir Kuno? Ilmu pengetahuan memang tidak menafikan kemungkinan-kemungkinan dan untuk itulah penelitian dilakukan.
Berdasarkan paparan pakar genetik dan struktur DNA manusia dari Universitas Oxford, Inggris, Prof Stephen Oppenheimer, dalam bukunya Eden In the East, Indonesia adalah bagian dari satu kawasan tempat lahirnya peradaban maju homosapiens. Banjir hebat pada akhir Zaman Es yang menenggelamkan benua Asia Tenggara menyebabkan penyebaran populasi manusia dan tumbuh suburnya berbagai budaya neolitikum di China, India, Mesopotamia, Mesir, dan Mediterania Timur. Menurut Oppenheimer, orang-orang Polinesia bukan berasal dari China, tapi dari pulau-pulau Asia Tenggara, dan budaya menanam padi bermula dari Semenanjung Malaya pada 9.000 tahun silam.
Namun, seperti biasa, tidak semua orang percaya pada hasil sebuah penelitian. Seperti halnya Gunung Sadahurip, sejumlah pakar -- yang belum melakukan penelitian mendalam – yakin Gunung Padang bukanlah sebuah piramida, melainkan gunung berapi purba biasa.
Bagi masyarakat Jabar, persoalannya bukan yakin atau tidak yakin. Alam menyimpan begitu banyak rahasia yang harus diungkap. Dan, alam juga meninggalkan banyak jejak yang harus ditelusuri. Oleh karena itu ekskavasi Gunung Padang harus dilanjutkan.[ang]
*Tulisan Fokus InilahKoran, Sabtu (30/6/2012)
Gunung Padang yang terletak di Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur adalah sebuah situs megalitikum berbentuk punden berundak atau piramida, yang dibuat manusia sekitar 4.700 tahun Sebelum Masehi.
Ini bisa dibilang sebagai ihwal paling hot bagi masyarakat Jawa Barat pada semester pertama tahun ini, setelah heboh piramida Gunung Sadahurip di Kabupaten Garut. Bayangkan, bangunan punden berundak Gunung Padang diyakini 10 kali lebih luas dari Candi Borobudur, dan luas kompleks situsnya sendiri lebih dari 75 hektare. Dan, jika benar, situs peradaban megalitikum tersebut bisa dibilang yang terbesar di Asia Tenggara.
Keyakinan itu muncul setelah struktur di bagian timur situs tersebut dibuka dan ditemukan 20 terasering yang memanjang hingga 200 meter lebih melingkar ke bagian utara. Semuanya tersusun dengan rapi. Kondisi struktur di bagian selatan dan barat telah berantakan, diduga akibat bencana besar di masa lalu, dan sebagian tertimbun longsoran tanah. Namun masih ada sisa bangunan berupa bagian teras kecil. Di setiap sudut ada tangga menuju bagian puncak, dengan mata air di setiap gerbangnya.
Para peneliti sepakat arsitektur situs megalitikum Gunung Padang sudah sangat maju, setara dengan piramida Michu-Pichu di Peru, Amerika Selatan. Hasil survei dengan metode geolistrik, georadar, dan geomagnet serta pengeboran menunjukkan ada geometri konstruksi bangunan di bawah situs Gunung Padang. Ada ruangan-ruangan yang luas di dalam perut Gunung Padang. Bahkan lantai salah satu ruangan berlapis pasir halus dan seragam, mengindikasikan ruang tersebut digunakan untuk menyimpan sesuatu.
Setelah melakukan penelitian intensif selama 1,5 bulan, Tim Terpadu menyimpulkan situs Gunung Padang adalah mahakarya arsitektur dari zaman prasejarah Nusantara dan bukan peninggalan sebuah masyarakat purba yang primitif. Menurut tim periset bidang teknik sipil dari Kementrian Riset dan Teknologi, pembangunan piramida Gunung Padang itu melibatkan sekitar 2.000 orang dan berlangsung selama lima tahun.
Pertanyaannya, mungkinkah Desa Karyamukti Kecamatan Campaka, yang terpencil itu pernah dihuni sekelompok manusia dengan peradaban yang jauh lebih maju daripada bangsa Mesir Kuno? Ilmu pengetahuan memang tidak menafikan kemungkinan-kemungkinan dan untuk itulah penelitian dilakukan.
Berdasarkan paparan pakar genetik dan struktur DNA manusia dari Universitas Oxford, Inggris, Prof Stephen Oppenheimer, dalam bukunya Eden In the East, Indonesia adalah bagian dari satu kawasan tempat lahirnya peradaban maju homosapiens. Banjir hebat pada akhir Zaman Es yang menenggelamkan benua Asia Tenggara menyebabkan penyebaran populasi manusia dan tumbuh suburnya berbagai budaya neolitikum di China, India, Mesopotamia, Mesir, dan Mediterania Timur. Menurut Oppenheimer, orang-orang Polinesia bukan berasal dari China, tapi dari pulau-pulau Asia Tenggara, dan budaya menanam padi bermula dari Semenanjung Malaya pada 9.000 tahun silam.
Namun, seperti biasa, tidak semua orang percaya pada hasil sebuah penelitian. Seperti halnya Gunung Sadahurip, sejumlah pakar -- yang belum melakukan penelitian mendalam – yakin Gunung Padang bukanlah sebuah piramida, melainkan gunung berapi purba biasa.
Bagi masyarakat Jabar, persoalannya bukan yakin atau tidak yakin. Alam menyimpan begitu banyak rahasia yang harus diungkap. Dan, alam juga meninggalkan banyak jejak yang harus ditelusuri. Oleh karena itu ekskavasi Gunung Padang harus dilanjutkan.[ang]
*Tulisan Fokus InilahKoran, Sabtu (30/6/2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar