Minggu, 29/07/2012 - 06:15
PESAWAT
T-33 Charli yang digunakan napak tilas Siswa Sekolah penerbang TNI AU
(Sekbangau) dan Sekolah Instruktur Penerbang (SIP) akan take off di
Lanud Adi Sutjipto, Minggu (29/7).*
YOGYAKARTA, (PRLM).- Untuk mengenang peristiwa heroiknya para
pendahulu TNI Angkatan Udara, yaitu peristiwa pengeboman tangsi-tangsi
militer Belanda yang berada di Kota Salatiga, Semarang dan Ambarawa
tepatnya 65 tahun lalu oleh Kadet Penerbang AURI, Siswa Sekolah
penerbang TNI AU (Sekbangau) dan Sekolah Instruktur Penerbang (SIP)
mengadakan napak tilas peristiwa tersebut di Lanud Adi Sutjipto, Minggu
(29/7).
Pesawat yang mereka gunakan dalam pengeboman tangsi Belanda adalah pesawat-pesawat peninggalan Jepang yang sudah rusak dan di perbaiki seadanya oleh para tehnisi AURI di antaranya pesawat Guntei dan Cureng.
Dengan semangat dan keberaniannya para siswa penerbang AURI tersebut, Suharnoko Harbani didampingi gunner-nya menggunakan pesawat Cureng mengebom tangsi Belanda yang berada di Ambarawa, Sutarjo Sigit dan Sutardjo mengebom Salatiga menggunakan pesawat Cureng, sedangkan Mulyono dan Durachman denga pesawat Guntei mengebom Semarang. Walaupun bom-bom yang mereka bawa hanya dipangku dan dijatuhkan dilemparkan dengan tangan secara manual.
Peristiwa pengeboman di pagi buta dimana masih sebagian orang-orang masih terlelap tidur, sangat menggetarkan pihak militer Belanda pada waktu itu, sehingga siang harinya pihak Belanda melakukan patroli udara hingga ke wilayah Yogyakarta dan berpapasan dengan sebuah pesawat Dakota VT-CLA yang disewa pemerintah RI untuk mengangkut obat-obatan dari Malaya, dan pesawat Dakota tersebut ditembak oleh pesawat Kitty Hawk Belanda dan jatuh di Desa Ngoto.
Tertembak jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA yang dipiloti oleh penerbang berkebangsaan Australia tersebut mengakibatkan beberapa penumpangnya tewas. Di antaranya Abdurachman Saleh, Adi Sutjipto dan Adi Soemarmo, dan ketiganya saat ini menjadi nama Pangkalan TNI AU. Dari peristiwa tersebut, setiap tanggal 29 juli di peringati Hari Bakti TNI Angkatan Udara sebagai bentuk penghargaan dan penghargaan atas jasa-jasanya para pahlawan dirgantara.(A-147)***
Pesawat yang mereka gunakan dalam pengeboman tangsi Belanda adalah pesawat-pesawat peninggalan Jepang yang sudah rusak dan di perbaiki seadanya oleh para tehnisi AURI di antaranya pesawat Guntei dan Cureng.
Dengan semangat dan keberaniannya para siswa penerbang AURI tersebut, Suharnoko Harbani didampingi gunner-nya menggunakan pesawat Cureng mengebom tangsi Belanda yang berada di Ambarawa, Sutarjo Sigit dan Sutardjo mengebom Salatiga menggunakan pesawat Cureng, sedangkan Mulyono dan Durachman denga pesawat Guntei mengebom Semarang. Walaupun bom-bom yang mereka bawa hanya dipangku dan dijatuhkan dilemparkan dengan tangan secara manual.
Peristiwa pengeboman di pagi buta dimana masih sebagian orang-orang masih terlelap tidur, sangat menggetarkan pihak militer Belanda pada waktu itu, sehingga siang harinya pihak Belanda melakukan patroli udara hingga ke wilayah Yogyakarta dan berpapasan dengan sebuah pesawat Dakota VT-CLA yang disewa pemerintah RI untuk mengangkut obat-obatan dari Malaya, dan pesawat Dakota tersebut ditembak oleh pesawat Kitty Hawk Belanda dan jatuh di Desa Ngoto.
Tertembak jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA yang dipiloti oleh penerbang berkebangsaan Australia tersebut mengakibatkan beberapa penumpangnya tewas. Di antaranya Abdurachman Saleh, Adi Sutjipto dan Adi Soemarmo, dan ketiganya saat ini menjadi nama Pangkalan TNI AU. Dari peristiwa tersebut, setiap tanggal 29 juli di peringati Hari Bakti TNI Angkatan Udara sebagai bentuk penghargaan dan penghargaan atas jasa-jasanya para pahlawan dirgantara.(A-147)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar