Sabtu, 30 Juni 2012

Pantai Sawarna, Mutiara Wisata di Selatan Banten

Penulis : M Nasir | Sabtu, 23 Juni 2012 | 16:19 WIB


KOMPAS/M NASIR
Bermain di batu karang adalah salah satu kegiatan yang bisa dilakukan pengunjung Pantai Sawarna di selatan Lebak, Banten, seperti terlihat Sabtu (23/6/2012).


KOMPAS/M NASIR 
Batu karang besar menjadi obyek foto menarik para pengunjung di Pantai Sawarna, Sabtu (23/6/2012).


KOMPAS/M NASIR 
Bermain di batu karang adalah salah satu kegiatan yang bisa dilakukan pengunjung Pantai Sawarna di selatan Lebak, Banten, seperti terlihat Sabtu (23/6/2012).




LEBAK, KOMPAS.com- Kawasan Pantai Sawarna yang membentang di pantai selatan Lebak, Provinsi Banten, dalam satu dasawarsa terakhir muncul sebagai tujuan wisata baru.

Kawasan hutan pantai yang dulu terkenal sebagai desa siluman itu kini bangkit sebagai tujuan wisata yang lebih menarik daripada Pelabuhan Ratu di Sukabumi yang berada dalam satu garis pantai di kawasan itu. Kawasan ini dapat dikatakan sebagai mutiara baru di selatan Banten.

Hendy, pemilik sebuah homestay di Desa Sawarna, Sabtu (22/6/2012), mengatakan, Sawarna mulai dilirik wisatawan lokal dan asing sejak tahun 2000. Sekarang sudah dikenal di seluruh dunia lewat internet.

"Sayangnya jalan menuju lokasi ini dari Jakarta belum mulus," ujar seorang wisatawan lokal yang ditemui di Sawarna. Banyaknya wisatawan, mencapai ratusan perhari, membuat penduduk setempat menyulap rumah mereka menjadi homestay dengan tarif relatif murah, sekita Rp 120.000 semalam per orang termasuk makan .

Banyak pantai menawan dengan laut biru yang bisa dinikmati di lokasi ini, antara lain Tanjung Layar, Karang Bokor (Cipamadangan), dan Pulau Manuk. "Pantai Sawarna sekarang banyak dijadikan sasaran obyek foto. Saya sering mengantar orang-orang yang belajar memotret kemari," tutur Hendy yang juga merangkap sebagai pemandu wisata.

Untuk menuju kawasan Sawarna, wisatawan dari arah Jakarta bisa melalui Tangerang, Tigaraksa, lalu Malimping, Bayah.

Dari arah Bandung bisa melalui Pelabuhan Ratu, lalu menyusuri pantai ke arah barat. Tentu harus banyak tanya di jalan, karena petunjuk arah menuju kawasan ini belum memadai.

Akan tetapi jangan banyak kaget kalau banyak penduduk Lebak sendiri yang belum tahu dan bahkan belum pernah mendengar tentang Sawarna.

Editor :Marcus Suprihadi

Kakus Hebat Ubah Tinja Jadi Listrik

Penulis : Yunanto Wiji Utomo | Jumat, 29 Juni 2012 | 19:06 WIB


Nanyang Technological University 
No-Mix Vacuum Toilet buatan Nanyang Technological University, Singapura.  




SINGAPURA, KOMPAS.com - Ilmuwan dari Nanyang Technological University menciptakan kakus hebat yang bisa mengubah tinja menjadi listrik dan pupuk, sekaligus menghemat pemakaian air sebanyak 90 persen.
Jamban dengan nama No-Mix Vacuum Toilet tersebut memiliki dua wadah untuk memisahkan limbah padat dan cair. Jamban ini menggunakan tekanan untuk "mengguyur" tinja. Jadi, jumlah air yang dibutuhkan untuk sekali guyur hanya 0,2 liter alias secangkir.

Toilet konvensional di Singapura saat ini membutuhkan 4-6 liter air sekali guyur. Jika jamban inovatif ini diaplikasikan di toilet umum, dengan 100 kali guyuran sehari, maka kakus ini bisa menghemat 160.000 liter. Volume itu cukup untuk mengisi kolam renang berukuran 10 x 8 x 2 meter.

Untuk menghasilkan listrik dan pupuk, kakus ini akan memisahkan komponen padat dan cair. Dari kakus lewat sistem pembuangan, limbah cair akan dikirim ke fasilitas pengolahan tempat nitrogen, fosfor, dan potasium akan dipanen.

Pada saat yang sama, tinja akan dikirim ke bioreaktor untuk diolah agar menghasilkan biogas yang kaya metana. Metana nantinya bisa dimanfaatkan sebagai pengganti gas untuk memasak maupun diubah menjadi listrik.

"Dengan toilet inovatif kami, kita bisa memakai cara yang lebih sederhana dan murah untuk menghasilkan unsur berguna dan memproduksi bahan bakar dan energi dari limbah," kata Wang Jing-Yuan, Direktur Residues and Resource Reclamation Centre (R3C) di NTU.

Terpadu dengan sistem itu, air yang telah dipakai untuk mencuci, mandi, dan dari dapur bisa dipakai lewat sistem drainase tanpa pengolahan kompleks. Adapun limbah makan an juga bisa dikirim ke bioreaktor untuk dijadikan kompos.

Dari informasi di website NTU, kakus ini mulai akan diuji secara terbatas di Kampus NTU. Pengujinya adalah 500 mahasiswa yang diminta memakainya. Setelahnya, kakus akan diuji selama 2 tahun di Singapura.

Editor : Laksono Hari W

Budidaya Jarak, Harga Bagus 4 Bulan Sudah Panen


Perwakilan Bionas di Indonesia Darningsih menyebutkan pilot project pengembangan bahan bakar bio jarak, kerja sama dengan Biomas digelar di Majalengka. - ekowidaryanto.lecture.ub.ac.id 


Oleh:
Jabar - Jumat, 29 Juni 2012 | 10:55 WIB 
 
 INILAH.COM, Bandung - Perwakilan Bionas di Indonesia Darningsih yang juga pengusaha di Jawa Barat menyebutkan pilot project pengembangan bahan bakar bio jarak, kerja sama dengan Biomas digelar di Majalengka.

Saat ini, kata dia, sudah ada sekitar 20 petani pendeder benih jarak jenis unggul itu untuk selanjutnya disebarkan ke seluruh daerah di Jawa Barat.

"Jarak bisa tumbuh di mana saja di Jabar, empat bulan sudah berbuah dan usia pohonnya sangat panjang bisa lebih 50 tahun. Di sisi lain, harga beli jarak saat ini cukup bagus Rp3.300,00 per kilogram," kata Darningsih.

Wanita paruh baya yang berhasil menggandeng Bionas melebarkan sayapnya di Jawa Barat itu menyatakan sudah melakukan MoU dengan perusahaan produsen tekstil dan produk tekstil yang bersedia untuk memanfaatkan bahan bakar bio produksi mereka.

"Saat ini, sudah ada perusahaan yang siap menggunakan bio solar dari jarak itu peminatnya cukup besar. Diharapkan dalam satu dua tahun ke depan, produksi biofuelnya sudah bergulir," katanya.

Bahan bakar bio itu, kata Darningsih diharapkan bisa memangkas biaya produksi bagi pabrik dan juga bagi pengguna kendaraan bermotor.

Sementara itu Ketua Kadin Jawa Barat Agung Suryaman Sutrisno menyambut baik program pemberdayaan tanaman jarak untuk menjadi bahan bakar bio itu. Ia juga mengapresiasi masuknya investor yang akan mengembangkan sektor pengadaan bahan bakar alternatif itu.

"Tentunya perlu fokus dan adanya kesungguhan dari berbagai pihak baik yang para pelaku sektor hulu, hilir dan juga dukungan dari pemerintah. Harus terpadu dan kontinuitasnya terjamin, sehingga tidak ada lagi tanaman jarak yang tidak termanfaatkan," kata Agung menambahkan.[ito]

Gedung NTMC Baru Siap Pantau Arus Lalu Lintas di Kota Besar

Penulis : Dian Maharani | Sabtu, 30 Juni 2012 | 09:39 WIB

 
DIAN MAHARANI
Ruang National Traffic Management Centre (NTMC) Polri di gedung baru NTMC, Jalan MT Haryono kavling 37-38, Jakarta Selatan. 
 
 
JAKARTA, KOMPAS.com - Melalui 400 kamera CCTV (Closed-Circuit Television) yang tersebar di Indonesia, Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri dapat memantau situasi arus lalu lintas dalam gedung National Traffic Management Center (NTMC) Polri. Monitor-monitor memperlihatkan situasi arus lalu lintas jalan raya di kota-kota besar seluruh Indonesia.

Gedung NTMC Polri  yang baru saja diresmikan Jumat (29/6/2012) ini, berada di Jalan MT Haryono Kavling 37-38, Jakarta Selatan. Dalam gedung megah itu kini terdapat 30 monitor dengan satu layar besar yang hampir memenuhi dinding ruangan. Layar tersebut berukuran empat kali lebih besar dari layar yang digunakan sebelumnya. Pada layar inilah para petugas Korlantas Polri dapat memantau arus lalu lintas di 10 kota besar seluruh Indonesia.

Selain itu petugas lalu lintas di lapangan juga dapat melaporkan secara langsung kondisi arus lalu lintas. Arus yang lancar, macet, kecelakaan lalu lintas, dapat langsung termonitor di sana.

Kepala Korlantas Polri, Irjen Pol Pudji Hartanto menerangkan, NTMC saat ini dikembangkan dengan teknologi yang canggih. Teknologi yang dapat mengsinergikan segala informasi di berbagai tempat.
"CCTV yang tadinya statis, kita kembangkan dengan kamera yang digendong. Jadi bisa berpindah di mana posisi yang kita inginkan," ujarnya di Gedung NTMC, Jumat. Uniknya, semua petugas Korlantas Polri mengenakan sepatu sandal karet warna hitam bermodel Crocs saat berada dalam ruang NTMC. Mereka tak lagi beralaskan sepatu pantofel hitam yang ramping dan mengkilap itu. Hal ini, menurut Pudji, untuk membuat ruang NTMC menjadi steril tanpa debu.

Setibanya di ruang NTMC para petugas wajib membuka alas kaki, dan menggantinya dengan sepatu karet tersebut. "Pakai alas kakinya tidak boleh keluar masuk. Tidak bisa dibawa keluar," terangnya.

Gedung tujuh lantai dengan dua lantai basement ini menelan anggaran hingga Rp 109 miliar. Pembangunannya dilakukan dalam dua tahap pada tahun 2010 dan 2011 lalu. Pudji menjelaskan anggaran tersebut berasal dari Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP). Nantinya akan ada sekitar 32 petugas yang memantau masing-masing monitor tersebut dalam tiga bagian selama 24 jam.

Untuk penyampaian informasi lalulintas pada masyarakat, NTMC Polri juga menggunakan media situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook.

"Jadi ini merupakan inovasi kerativitas dari Korlantas Polri dalam mengembangkan sistem informasi untuk pelayanan publik," pungkasnya.

Dia berharap akan lebih banyak kamera yang memantau arus lalu lintas tersebut khususnya di jalanan yang padat dilalui kendaraan atau  di titik rawan kemacetan dan kecelakaan.

Editor : Pepih Nugraha
 

Badan Bahasa Harus Gencar Bakukan Kosa Kata Asing

Bahasa Media Massa
 
Penulis : Nasru Alam Aziz | Jumat, 29 Juni 2012 | 21:11 WIB


Kompas/Nasru Alam Aziz 
Forum Bahasa Media Massa (FBMM) menggelar diskusi Sastra dan Bahasa Media Massa di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (29/6/2012). Diskusi menghadirkan narasumber penyair Taufiq Ismail, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dr Bambang Wibawarta, dan wartawan Kompas Putu Fajar Arcana, dengan moderator Rita Sri Hastuti dari FBMM. 

JAKARTA, KOMPAS.com -- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diharapkan lebih gencar dalam upaya membakukan kosa kata asing yang semakin banyak digunakan masyarakat. Pembakuan tersebut harus dibarengi dengan sosialisasi.

Keresahan dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa asing, terutama di media massa, mengemuka dalam diskusi Sastra dan Bahasa Media Massa, yang diselenggarakan Forum Bahasa Media Massa (FBMM) dan Harian Kompas di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (29/6/2012). Diskusi menampilkan narasumber penyair Taufiq Ismail, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dr Bambang Wibawarta, dan wartawan Kompas Putu Fajar Arcana, dengan moderator Rita Sri Hastuti dari FBMM.

“Badan Bahasa harus lebih berperan membakukan kosa kata asing yang muncul di masyarakat, terutama bahasa-bahasa gaul, dan menyosialisasikannya,” kata Bambang.

Menurut Bambang, lebih baik menyerap kosa kata bahasa daerah yang sangat kaya, ketimbang menggunakan kosa kata asing. Indonesia terdiri dari 1.128 suku dengan sekitar 700 bahasa yang bisa memperkaya bahasa Indonesia.

Ketua FBMM TD Asmadi mengemukakan bahwa selama ini Badan Bahasa kurang sigap dalam mencari padanan kosa kata asing. Badan Bahasa juga dinilai abai dalam menyosialisasikan terjemahan kata-kata asing yang tepat.

Taufiq secara khusus menyoroti maraknya penggunaan bahasa Inggris di media, yang ia sebut sebagai bahasa Amerika Serikat. “Kita pernah lama dijajah bahasa Belanda, dan akhirnya kita merdeka dari penjajahan itu. Sekarang kita dijajah oleh bahasa Amerika,” kata Taufiq.

Sementara itu, Fajar Arcana membahas pemaduan bahasa jurnalistik dengan bahasa sastrawi di media massa. Di satu sisi, bahasa sastrawi digunakan oleh jurnalis, dan di sisi lain, sastrawan menggunakan metode-metode jurnalisme dalam berkarya.

Bahkan, menurut Fajar Arcana, metode jurnalistik telah dipraktikkan oleh Mpu Prapanca pada abad ke-13 dalam kitab Nagarakretagama. 

Editor :Nasru Alam Aziz

Temuan Baru Tegaskan 2012 Bukan Kiamat

Penulis : Yunanto Wiji Utomo | Jumat, 29 Juni 2012 | 14:55 WIB

 

David Stuart Blok batu yang ditemukan di situs suku Maya kuno di La Corona, Guatemala.  






MEXICO CITY, KOMPAS.com — Penemuan prasasti tertanggal 669 M di Tortugero, Meksiko, menuai kontroversi, membuat beberapa kalangan memprediksi akan adanya kiamat pada 21 Desember 2012. Namun, temuan terbaru kini menegaskan bahwa kiamat 2012 cuma isapan jempol.

Arkeolog beberapa waktu lalu menjelajahi reruntuhan sisa peradaban Maya di La Corona, Guatemala. Mereka berhasil menemukan balok bertuliskan huruf paku yang terkait dengan akhir penanggalan Suku Maya.

Diketahui sebelumnya, kalender panjang Suku Maya membagi masa dalam bak'tuns, siklus 144.000 hari yang bermula pada penciptaan Suku Maya. Tanggal 21 Desember 2012 adalah akhir dari bak'tun ke-13, yang oleh sebagian orang ditafsirkan sebagai akhir masa.

Dalam penemuan ini, terungkap bahwa akhir bak'tun ke-13 merupakan hari spesial dan peringatan penting bagi Suku Maya. Namun, peringatan tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepunahan massal atau kiamat.

Berdasarkan observasi, arkeolog menemukan bahwa tulisan paku pada balok yang ditemukan I La Corona berisi peringatan akan kedatangan Yuknoom Yich'aak K'ahk' dari Calakmul, pimpinan Maya terkuat saat itu yang juga dikenal dengan Jaguar Paw. Ia kalah bertempur melawan Kerajaan Tikal pada tahun 695 M.

Para sejarawan sebelumnya beranggapan bahwa Jaguar Paw mati atau ditangkap pada perang itu. Namun ternyata ia justru lari meunju La Corona. Kemungkinan, ia berupaya menarik simpati rakyatnya setelah kekalahan perang sejak empat tahun sebelumnya.

Sebagai upaya menarik perhatian, Jaguar Paw menjuluki dirinya "Raja 13 K'aktun". K'aktun adalah bagian dari kalender Maya lainnya yang memiliki periode 7200 hari atau 20 tahun. Jaguar Paw memimpin hingga akhir masa k'aktun ke-13 pada tahun 692.

Di sinilah misteri 2012 diterangkan. Sebagai upaya melanggengkan kekuasaannya, Jaguar Paw menghubungkan masa kekuasaannya dengan siklus 13 lainnya, yaitu bak'tun. Akhir bak'tun ke-13 akan jatuh pada 21 Desember 2012 nanti. Tanggal itu diperingati sebagai hari kedatangan Jaguar Paw, bukan kiamat.

"Teks ini lebih bicara tentang sejarah politik kuno dibanding sebuah ramalan. Bukti baru ini menunjukkan bahwa bak'tun ke-13 adalah peringatan penting yang akan dirayakan Maya. Mereka sama sekali tidak meramalkan kiamat," kata Marcello Canuto, Direktur Tuane University Middle America Research Institute seperti dikutip Livescience, Kamis (28/6/2012).

La Corona adalah situs maya kuno yang sudah dieksplorasi arkeolog selama 15 tahun terakhir. Dalam penelitian ini, ditemukan 22 batu kuno beserta 264 tulisan paku yang bercerita tentang sejarah politik Maya. Teks yang ditemukan merupakan teks Suku Maya terpanjang di Guatemala.

Sumber :LiveScience
Editor :Kistyarini

Rabu, 27 Juni 2012

Wisata Alam di Timur Bandung

Senin, 25 Juni 2012 | 11:17 WIB


Wisatawan melakukan camping di Kawasan Wisata Konservasi Masigit Kareumbi di Cicalengka, Jawa Barat. (23/6). Ekowisata merupakan salah satu tren di industri pariwisata. TEMPO/Aditya Herlambang Putra



TEMPO.CO , Bandung - Wisatawan lokal dan mancanegara mulai menyerbu kawasan Bandung di musim libur tahun ini. Mereka lebih banyak menumpuk di kawasan Jalan RE Martadinata dan Jalan Dago yang menjadi pusat belanja dan kuliner. Padahal kawasan Bandung Raya menyimpan aneka ragam eksotisme alam yang masih banyak luput dari perhatian wisatawan.

Salah satunya adalah lokasi ekowisata Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi. Letaknya tak jauh-jauh amat dari Kota Bandung. Kawasan ini berada di 40 kilometer arah timur Kota Bandung. Di sini wisatawan bisa menikmati lebatnya hutan hujan tropis dengan keanekaragaman hayatinya. Selain itu, Anda juga bisa menjadi wali pohon untuk ikut menghijaukan kembali kawasan hutan yang gundul.

Tak ada penunjuk yang jelas dari pemerintah untuk menuju kawasan ini. Jika Anda naik kendaraan dari Bandung, masuklah tol menuju Cileunyi. Keluar jalan tol arahkan mobil Anda ke jalur menuju Garut. Dari situ Anda hanya perlu mencari jalan menuju curug Cinulang. Orang lebih mengenal kawasan ini sebagai KW, jadi jika Anda perlu peta mulut, sebutlah nama itu pada penduduk dan mereka akan menunjukkan jalan menuju kawasan ini.

Pemandangan alam nan indah akan menemani kita sepanjang perjalanan. Sawah terasering berwarna hijau jadi pencuci mata yang membawa kita pada cerita kakek nenek tentang indahnya alam di tanah Pasundan.

Jalan kecil dan berkelak-kelok akan mengantarkan kita pada gerbang kawasan yang ditandai dengan hadirnya jalan makadam. Diperlukan kendaraan yang fit untuk bisa melintasinya.

Anda akan melihat juga beberapa pohon yang baru ditanam dengan nama orang yang menanam di sisinya. Itu adalah program wali pohon yang digalakkan pengelola kawasan ini. Salah satunya adalah prasasti Bukit Yusril Djalinus yang ditanami 999 pohon di bukit yang dulunya gundul.

Memasuki kawasan ekowisata kita akan disambut petugas dari Wanadri yang mengelola kawasan ini. Dari sinilah petualangan dimulai. Jika Anda berencana berkemah, pengelola telah menyiapkan peralatan tenda dan sebagainya untuk keperluan itu.

Kalau ingin merasakan sensasi tidur di rumah pohon, pengelola menyediakan fasilitas rumah pohon yang bisa ditinggali hingga 6 orang. "Kami menyediakan sleeping bag untuk tiap orangnya," kata Ipey yang bertanggung jawab atas rumah pohon.

Dari rumah pohon ini yang dikelilingi hutan pinus ini, saban pagi wisatawan akan ditemani beragam suara burung dan hewan hutan lainnya. "Biasanya monyet ekor panjang juga ada di sini," katanya.

Hewan hutan lainnya yang kerap muncul adalah babi hutan. Selain itu Hutan Masigit Kareumbi juga merupakan rumah bagi Kukang Jawa yang telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi. Jika beruntung, Anda bisa melihat hewan ini.

Budi, seorang wisatawan asal Bandung yang tengah mendirikan tenda, menyebut liburan di kawasan ini menyenangkan. "Kami ingin menikmati alam," ujarnya. Selain itu fasilitas lain yang ada di sini adalah penangkaran rusa. Dulu kawasan ini memang tempat berburu rusa.

Wisatawan juga bisa menikmati berkano di sungai yang tak terlalu dalam. "Untuk kano kami juga menyediakan," kata Ipey. Menghirup udara segar dan menikmati suara burung dan hewan hutan lainnya bisa Anda nikmati tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam di tempat ini.

Nah, jika Anda tertarik, kenapa tak bergegas menuju kawasan ini!

JULI HANTORO

Senin, 25 Juni 2012

Luas Gunung Padang 10 Kali Borobudur

Ditemukan 20 terasering yang tersusun memanjang rapi.

 Minggu, 24 Juni 2012, 06:43                                                                        Denny Armandhanu, Permadi (Sukabumi)

 

 Sketsa imajiner Gunung Padang 

 
VIVANews - Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang, meyakini situs megalitik ini 10 kali lipat lebih luas dari Candi Borobudur. Hal ini disampaikan oleh arkeolog Ali Akbar kepada VIVAnews, Sabtu 23 Juni 2012, setelah struktur Gunung Padang wilayah timur berhasil terbuka.

“Dari sebelah timur ini kita menemukan 20 lebih terasering yang menjadi bagain dari konstruksi Gunung Padang saat ini. Terasering ini cukup tersusun rapi, diperkirakan terus memanjang hingga 200 meter lebih dari konstruksi punden berundak," kata Ali.

"Hingga saat ini kita sudah mencapai jarak seratus meter keberadaan terasering di bagian timur hingga utara secara melingkar. Ini 10 kali lebih luas dari Borobudur,” lanjutnya lagi.

Untuk struktur di bagian selatan, tim mendapatkan kesulitan. Kondisi teras-teras ditemukan sudah berantakan, diduga akibat bencana besar di masa lalu. Hal ini membuat konstruksinya longsor dan hancur. Namun tim masih menemukan struktur berupa teras-teras kecil yang tersisa.

Untuk eskavasi di bagian barat, tim terkendala tumpukan tanah akibat longsor dari bukit yang ada di sebelahnya. Di sisi ini tumpukan tanah diperkirakan jauh lebih tebal dibandingkan wilayah timur dan selatan, sehingga tim hanya menyusuri struktur dari permukaan saja.

“Dari setiap sudut ini kita menemukan beberapa tangga yang diduga jalan untuk masuk ke puncak punden berundak yang diperkuat oleh adanya mata air di setiap gerbangnya. Namun bukti adanya pintu masuk ke dalam perut situs ini nampak dari bagian timur," dia menjelaskan.

Berbagai langkah dan metode terus dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil arkeolog di sekitar kawasan Gunung Padang. Namun riset ini difokuskan di wilayah timur. “Kita terus berkoordinasi dengan tim geologi. Hasil pemindaian menjadi acuan utama eskavasi arkeologi untuk menemukan misteri ruang dan pencarian jalan masuknya,” ujarnya.

 

 

 

 

Agus Gunawan Ingin Lestarikan Wayang Golek





MUNADY/"PRLM"
AGUS Gunawan kesulitan memperoleh dana untuk mengembangkan wayang golek.*
 
 
 
CIAMIS, (PRLM).- Agus Gunawan menjadi perajin wayang golek karena tradisi yang turun temurun. Dia merupakan generasi ketiga dari keluarga, yang tidak sekadar membuat wayang golek, tapi juga menjadi dalang yang menggunakan dua bahasa, yakni Inggris dan Sunda.

Agus Gunawan mengaku, sejak tahun 1990 meneruskan warisan sang kakek membuat wayang golek dari bahan kayu Albasia karena kayu albasia. Pilihan kayu albasia karena barangnya masih mudah didapat, selain itu gampang diukir. Uniknya lagi, Agus tidak hanya membuat wayang dengan wajah tokoh-tokoh pewayangan, tapi juga wajah-wajah kontemporer sesuai keinginan pemesan. "Golek yang saya buat bisa juga berwajah bule, tergantung pesanan saja," kata Agus.

Menurut Agus, pembuatan satu wayang golek bisa mencapai tiga minggu. Tapi itu semua relatif karena tergantung tingkat kesulitan ukirannya. Selain warga Indonesia yang meminta pembuatan wayang golek, banyak juga warga asing seperti dari Belanda dan Jerman yang suka minta dibuatkan wayang golek. Hasil karya Agus biasanya dijual antara Rp 500.000,00 hingga Rp 2 juta.

"Warga asing yang suka memesan kepada saya, kebanyakan berasal dari Belanda. Mungkin mereka juga sudah mengenal budaya wayang, jadi suka meminta. Biasanya mereka tidak hanya meminta golek yang wajahnya tokoh pewayangan. Ada juga permintaan khusus, sehingga golek yang jadi pun kadang bisa berwajah bule," kata Agus yang tinggal di Desa Sukaresik, Kecamatan Sukamulih, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Agus Gunawan menegaskan dirinya punya bertekad untuk melestarikan budaya peninggalan warisan sang kakek. Apalagi sekarang sedikit saja generasi muda yang mengenal budaya wayang golek. Hanya, di satu sisi Agus kadang meras kesulitan untuk mengembangkan kerajinan wayang golek tersebut. Di antaranya, terbentur dengan masalah pendanaan. Ia sudah beberapa kali mengajukan pinjaman ke bank, namun kurang mendapat respons.

"Saya memang kesulitan dana untuk membeli bahan baku. Pernah mengajukan kredit ke bank, malah ditanya balik berapa penghasilan setiap bulannya. Pendapatan saya jelas tidak tetap. Padahal saya punya keinginan untuk membuka galery," tuturnya.(Mun/A-147)***
 

Sindiran Jokowi Bikin Foke 'Mati Kutu'

Senin, 25 Juni 2012, 10:57 WIB

                                                                                              Antara


Cagub-Cawagub DKI Jakarta Jokowi-Ahok
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lewat paparan visi dan misinya, calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo membuat Cagub DKI lainnya, Fauzi Bowo mati kutu. Pasalnya, saat memaparkannya di ruang sidang paripurna DPRD DKI, Ahad (24/6) kemarin, Jokwi dan pasangnya, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok menyindir sejumlah kebijakan yang dilakukan Pemerintah Daerah DKI Jakarta era kepemimpinan Foke.

Pasangan yang dijagokan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Gerindra ini mengusung visi misi berjudul 'Jakarta Baru, Kota yang Modern dan Tertata Rapi' pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012. Dalam pidato penyampian visi dan misi, Jokowi mengunakaan slide show mengkritisi kinerja Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Fauzi Bowo.

Jokowi mencontohkan proyek Banjir Kanal Timur (BKT) yang mampu mengurangi banjir di Jakarta, dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan bukan Pemprov DKI. "Proyek KBT menggunakan alokasi dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum, bukan APBD DKI. Namun, hasil kerjanya diklaim oleh Pemprov DKI," sindir Jokowi yang disambut gelak tawa dan tepuk tangan para pendukungnya.

Jokowi menuturkan, bila dirinya dan Ahok dipercaya memimpin Jakarta pihaknya telah menyiapkan serangkaian program penanganan kemacetan di Ibukota. "Pembangunan MRT harus dipercepat. Ini sudah lima tahun, MRT baru akan (dibangun). Serta proyek monorel yang sempat terhenti beberapa waktu akan dilanjutkan untuk diselesaikan," tuturnya.

Ditegaskan Wali Kota Solo itu, pihaknya juga akan menambah kapasitas umum Bus Transjakarta sebanyak seribu unit. Serta peremajaan metromini dan kopaja yang tidak memberatkan pengusaha angkutan umum. "Kami juga mempersiapkan program Jabodetabek Transportation Authority. Untuk membenahi masalah kemacetan di Jakarta, juga harus membina hubungan dengan pemerintah pusat," jelasnya.

Sentilan Jokowi berlanjut lantaran selama lima kepemimpinan Foke, hanya satu koridor baru busway yang bisa ditambahkan. "Padahal dari 2002-2007, sudah ada 10 koridor baru," cetusnya disambut tawa para hadirin sementara reaksi tersenyum simpul pun terlihat dari bibir Fauzi Bowo dari kejauhan.

Khusus pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan bagi warga miskin, Jokowi mengungkapkan, pihaknya akan memberlakukan dua kartu yakni Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. "Kartu Sehat Jakarta ini bisa digunakan di rumah sakit negeri dan swasta. Semuanya dengan nama, alamat, dan foto," tutur Jokowi.

Jokowi menambahkan, percuma anggaran besar?digelontorkan apabila masyarakat masih susah mengakses pendidikan murah di Ibukota. Masih banyak anak yang tidak sekolah di SMP dan SMA, dan banyak yang tidak bisa mengambil ijazah. "Di masa mendatang, dengan menunjukkan kartu tersebut, anak-anak miskin? yang saat ini tidak bisa sekolah dapat menikmati pendidikan gratis," tuntasnya.

Redaktur: Karta Raharja Ucu
Sumber: Antara

Ini Para Ahli Ekskavasi Gunung Padang

Dari latar geologi, arkeologi, antropologi, astronomi sampai filologi

 Para ahli mengambil sampel Gunung Padang Cianjur (VIVAnews/ Muhamad Solihin)

 

 VIVAnews - Temuan bangunan berbentuk piramida di situs Gunung Padang Cianjur Jawa Barat oleh Tim Bencana Katastropik Purba telah ditindaklanjuti dengan dibentuknya Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang. Dan dalam beberapa bulan terakhir, Tim Terpadu telah menemukan beberapa fakta seperti adanya ruangan dan timbunan logam di bawah Situs Gunung Padang Cianjur.

Tim Terpadu ini terdiri dari ahli dari berbagai lintas ilmu, mulai dari arkeologi, astronomi, sampai budaya. Prof. Dr. Zaidan Nawawi, M.Si. (Ketua Forum Guru Besar Kebijakan Publik), salah satu anggota dewan pengarah pada Tim Terpadu, mengatakan, jika riset ini berhasil membuktikan ada bangunan di bawah situs, maka untuk pertama kali dalam sejarah para ahli indonesia geolog, arkeolog, kompleksitas, arsitek, teknik konstruksi, filolog (bahasa), astronom, sejarawan, sosiolog, budaya dan cabang ilmu lain, mampu bersinergi dan menghasilkan riset terpadu kelas dunia.
 Tim ini bukan saja memberikan sumbangsih kepada dunia, satu sejarah baru, artefak baru, bukti baru tentang peradaban dunia yang begitu hebat dan tua, tapi tim ini juga memberikan sejarah baru untuk Indonesia. "Para peneliti lintas ilmu dan intitusi mampu bersinergi hingga menghasilkan sesuatu yang spektakuler, seperti yang mereka temukan di Situs Gunung Padang,” kata Zaidan dalam siaran pers yang dikirim Tim Katastropik Purba, Jumat 22 Juni 2012.

Selain Zaidan, di Dewan Pengarah Tim Terpadu terdapat antara lain Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Soemantri (Rektor Universitas Indonesia), Prof Dr. Hasan Jafar (Guru Besar Universitas Indonesia), Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak (Ahli Paleolitik), Dr. Soeroso, M.P., M.Hum. (Arkeolog senior),  Acil “Bimbo” Darmawan Hardjakusumah (budayawan) dan Andi Arief (Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial & Bencana Alam).

Tim Terpadu ini diisi oleh ilmuwan beken seperti Dr. Danny Hilman Natawidjadja (Geotek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Dr. Andang Bachtiar (Geolog dan Dewan Penasihat  Ikatan Ahli Geologi Indonesia), Dr (Phil) Lily Tjahjandary (Manajer Penelitian & Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia), Dr. Ali Akbar, S.S., M.Hum. (Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia), Dr. Wahyu Triyoso (Seismologi Institut Teknologi Bandung), Dr. Undang A. Darsa, M.Hum. (Filolog), Dr. Pon Purajatnika (Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Barat), Dr. Andri Hernandi, (Ahli Petrografi), Hokky Situngkir (Ilmuwan Kompleksitas dari Bandung Fe Institute) dan para peneliti lainya.

Zaidan juga mengatakan bahwa dalam beberapa kali perjalanan di luar negeri sewaktu memberikan seminar, dia seringkali ditanya oleh pihak luar, seperti lembaga riset di Eropa dan kementerian di Malaysia, apakah membutuhkan bantuan seperti dana atau tenaga ahli.
“Saya kira, seperti yang pernah dirilis oleh Pak Andi Arief, periset Indonesia masih mampu. Jadi biarlah mereka (peneliti) merampungkan tugas mereka. Soal tawaran bantuan dari pihak luar negeri, kita cukup menyampaikan berterima kasih saja atas maksud baik mereka,” kata Zaidan. (umi)