Sabtu, 08 November 2008

Tiga Pahlawan Nasional

Natsir, Bung Tomo, dan Abdul Halim
KOMPAS/ALIF ICHWAN / Kompas Images Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan ucapan selamat kepada Ny Sulistina Soetomo (kiri), istri almarhum Bung Tomo atau Soetomo, saat menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputra Adipradana di Istana Negara, Jakarta, Jumat (7/11). Presiden juga menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputra Adipradana kepada keluarga almarhum Dr Mohammad Natsir dan keluarga almarhum KH Abdul Halim.



Sabtu, 8 November 2008 03:00 WIB
Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan dan menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Dr Mohammad Natsir, Mayor Jenderal (Purn) Soetomo atau Bung Tomo, dan KH Abdul Halim. Ketiganya telah mengabdi dan berjasa secara luar biasa kepada negara dan bangsa.
Penetapan Presiden yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 041/TK/Tahun 2008 tertanggal 6 November 2008 itu didasarkan pada hasil sidang Badan Pembina Pahlawan Pusat Tahun 2008 dan sidang Dewan Tanda-tanda Kehormatan RI.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional dalam rangkaian peringatan Hari Pahlawan 10 November 2008 itu dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (7/11).
Natsir, Bung Tomo, dan Abdul Halim dianugerahi gelar Pahlawan Nasional setelah mereka lama meninggal dunia.
Natsir, mantan Perdana Menteri RI (1950-1951) pertama, meninggal dunia 7 Februari 1993. Sutomo, mantan anggota DPR (1956-1959), meninggal pada 7 Oktober 1981.
Abdul Halim, mantan Ketua Umum Persatuan Umat Islam, meninggal pada 7 Mei 1962.
Dalam sejarah Indonesia, Natsir berperan besar ketika menyatakan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dinyatakan pada 17 Agustus 1950 di tengah krisis kredibilitas Republik Indonesia Serikat.
”Mosi Integral” Natsir merupakan salah satu mosi paling bernilai dalam sejarah parlemen dan sejarah kontemporer Indonesia.
Natsir juga salah satu penandatangan ”Petisi 50” untuk mengoreksi kebijakan Presiden Soeharto.
Bung Tomo adalah salah satu tokoh dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya saat melawan Belanda. Ia adalah sedikit dari tokoh pejuang kemerdekaan yang mendapat panggilan kehormatan ”Bung” bersama Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Sjahrir.
Sementara itu, Abdul Halim berperan sejak perjuangan pembentukan dan kemerdekaan Indonesia hingga upaya mempertahankannya dari agresi Belanda.
Abdul Halim juga ikut bergerilya bersama pejuang mempertahankan kemerdekaan dengan basis di sekitar kaki Gunung Ciremai pada Agresi Belanda II.
Ia memimpin penghadangan pergerakan militer Belanda di wilayah Karesidenan Cirebon.
Pengusulan Abdul Halim sebagai Pahlawan Nasional diajukan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat dan organisasi massa Persatuan Umat Islam Jabar. Abdul Halim adalah pahlawan ke-12 yang berasal dari Jabar.

Bintang Mahaputra
Selain tiga gelar Pahlawan Nasional, Presiden juga menganugerahkan Bintang Mahaputra Utama kepada Petta Lolo La Sinrang (almarhum), tokok pejuang Kerajaan Sawitto. Diberikan Bintang Budaya Parama Dharma kepada Wahyu Sihombing (almarhum) dan Marah Roesli (almarhum). (CHE/INU)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar