Sabtu, 01 November 2008

Muslim dan Identitas Islam di Eropa

By Republika Contributor

Jumat, 31 Oktober 2008 pukul 10:35:00

EDWIN/REPUBLIKA

AMEL BOUBEKER : Doktor dan Peneliti di Pusat Studi Politik Eropa yang kerap mengkaji Islam kontemporer di dunia Barat.


JAKARTA- Bagi Amel Boubeker, agama yang dianutnya, yakni Islam lebih penting dari budaya dan adat-istiadat. Namun menurut perempuan keturunan Perancis-Aljazair itu tak berarti Muslim harus menghabiskan setiap harinya beribadah, berlama-lama di masjid dan berdzikir.

Peneliti di Pusat Studi Kebijakan Eropa (CEPS), yang masih berusia muda itu berkesempatan datang di Kantor Republika pada hari Kamis (30/10). Dalam kunjungannya selama hampir dua jam, ia menuturkan sekilas bunga rampai Islam di Eropa.

“Islam sangat mudah ditarget, dihina, karena Muslim di Eropa adalah kaum miskin, tidak terorganisir secara baik, jarang berpendidikan tinggi,” ungkap Amel. “Bagaimana Muslim dapat dikenal jika tidak dipromosikan,”imbuhnya.

“Seperti Yahudi, ketika mereka mempromosikan keyakinan mereka, mereka melakukan itu sebagai warga negara Perancis. Meeka aktif mendatangi pihak-pihak yang berwenang untuk berbagi dan memberi pendapat tentang hal sosial kemasyarakatan,” kata Amel. “Selain membuat Yahudi semakin diterima, mereka pun dihormati oleh warga Perancis dan Pemerintah,” ungkapnya.

Amel pun meyakini Allah dan Nabi Muhammad pun bukanlah hal yang bisa disejajarkan dengan budaya. “Itu jauh di atas dan segalanya bagi Muslim. Namun di Eropa, sulit untuk menerima pendapat itu, bahwa ada identitas yang melebihi segalanya,” ungkapnya.

“Kalau saya, saya akan mempromosikan dalam bentuk lain, melalaui buku-buku dan kajian lain dengan cara yang bisa mereka terima,” kata Amel lagi. “Namun tentu itu tidak bisa dilakukan jika kita tidak hirau dan setiap hari hanya menghabiskan waktu di masjid, dan berdzikir,” tegas Amel.

Saat itu wanita yang mengambil “Transformasi Kontemporer dalam Pergerakan Islam di Barat’’ sebagai judul desertasinya menuturkan bagaimana kebebasan berekspresi yang tinggi di Eropa memunculkan banyak penghinaan bagi Muslim. Dalam penilaian Amel itu terjadi karena komunitas Muslim yang rentan.

“Yang terjadi Muslim sangat mudah marah daripada berpikir taktis mempromosikan Islam. Padahal, sebaliknya pula, kebebasan berekspresi memungkinan kita untuk itu,” tegasnya.

Namun ia sendiri mengakui jika kontribusi ketimpangan non-Muslim memandang Islam, baik melalui media juga mempengaruhi citra Islam. “Itu sangat berkaitan dengan pembuat kebijakan kantor media, dan untuk alasan komersial, mereka ingin yang berbau kontroversial, seperti kekerasan dalam rumah tangga, Islam radikal,”

“Saya pernah melihat surat kabar, foto seorang wanita bercadar hitam, dengan ikat kepala bertuliskan huruf Allah dalam bahasa Arab. Itu wanita Hisbut Tahrir di Lebanon, tetapi yang ditulis, seolah-olah itulah citra Islam di Eropa,” tutur Amel.

“Sering pula media non-Muslim mengambil gambar sembunyi-sembunyi, lalu direkayasa lagi dengan komputer untuk menampilkan sisi gelap Islam,” kata Amel lagi. “Mereka memberitakan kebohongan, dan itu yang membuat Muslim harus waspada,” imbuhnya.

Respon Muslim terhadap propaganda media non-Muslim kadang dikeluhkan Amel. “ Ah itu kan bukan kita yang sebenarnya, Oh Islam kan tidak seperti itu. Tidak bisa hanya berkata seperti itu,” tukas Amel.

Islam memang bukan agama murni di Eropa. Agama datang dari perantauan, dibawa oleh imigran dari negara-negara bekas kolonial. Perancis, menurut Amel, imigran Islam datang dari negara-negara di Afrika Utara yang menjadi bekas jajahannya, seperti Senegal, Maroko, Tunisia, Aljazair, Mesir, Mali yang sebagian besar masuk di tahun 1974.

Mayoritas—bila tidak bisa dikatakan semua—imigran Muslim di Paris tinggal di kawasan sub urban. “Itu karena mereka sebagai besar adalah warga miskin,” ujar wanita yang fasih berbahasa Arab, Perancis, dan Inggris itu.

Saat membandingkan dengan Muslim di Inggris, Amel mengakui jika Imigran Pakistan dan India berbeda dengan imigran asal Afrika Utara. “Pakistan dan India memiliki tradisi dan latar belakang pendidikan lebih maju ketimbang negara-negara Afrika Utara, karena itu di Inggris, komunitas-komunitas Islam pun banyak dijumpai di pusat-pusat kota, berbeda di Perancis yang mayoritas di pinggir kota,” ujarnya.

Begitupun dalam mengekspresikan identitas, Menurut Amel akan mudah dijumpai orang dengan atribut identitas, India dengan kain sari, atau Muslim berjilbab, di jalan-jalan kota Inggris. “Namun kekurangannya di Inggris, identitas menjadi sangat kuat, komunitas Pakistan bisa bertetangga dengan Komunitas India. Mereka bertoleransi, namun mereka tidak membaur atau bersinggungan satu sama lain,” ungkap Amel.

Sedangkan di Perancis, karena larangan penggunaan simbol-simbol spesifik keagamaan di tempat umum, Muslim memang sulit mengekspresikan keagamannya secara total, namun pembauran antar ras terjadi lebih mulus.

Toh Amel mengungkapkan pula jika kini Larangan penggunakan atribut keagamaan spesifik termasuk jilbab yang dikeluarkan pemerintah Perancis tahun 2004 menimbulkan perlawanan. Muncul terutama dari generasi pemuda, yakni anak-anak para imigran yang lahir dan besar di Perancis.

“Ada perlawanan, mengapa kami tidak bisa mengekspresikan identitas agama kami? Apa yang kami yakini benar. Bagaimanapun kembali lagi, ajaran agama, Allah, dan Nabi Muhamad di atas segalanya,” kata Amel.

Amel sendiri mengkaji sikap Perancis melarang atribut agama berkaitan dengan sejarah panjang monarki sebelum revolusi 1489. Saat itu Raja diyakini ditunjuk oleh Tuhan, dan gereja menjadi institusi hukum yang mengikat. Revolusi muncul akibat rakyat Perancis tak tahan lagi terhadap kebobrokan sistem Kerajaan dan Gereja yang korup.

Hingga pada tahun 1905, Perancis meluncurkan undang-undang resmi yang memisah gereja dengan negara. Aturan itu dibuat berdasar prinsip-prinsip,”laicite”, atau sekularisme ketat yang ditujukan pada kekutan Gereja Katholik saat itu. Itulah, Menurut Amel, terutama di sekolah, awal pendidikan bagi seseorang, agama tidak bisa dimasukkan, sebab bagian dari prinsip negara yang diatur undang-undang.

Namun aturan itu sepertinya tidak menghentikan perjuangan Muslim untuk membuat jilbab diterima di lingkungan Perancis, terutama di Kampus.“Ada perlawanan, mengapa kami tidak bisa mengekspresikan identitas agama kami? Apa yang kami yakini benar. Bagaimanapun kembali lagi, ajaran agama, Allah, dan Nabi Muhamad di atas segalanya,” kata Amel, meski ia sendiri tidak mengenakan kerudung.

Amel menilai jika pasca peristiwa WTC 11 September, meski kelompok anti Islam tetap ada, orang sudah mulai menengok dan mengetahui Islam lebih dalam. “Bila memang kebebasan berkeyakinan, penghormatan, sudut pandang liberal adalah nilai-nilai di Eropa, itu yang seharusnya diterima Muslim pula,” ujar Amel

 “Hanya saja bagi saya apa yang luput dari Komisi Eropa adalah, mereka tidak masuk dalam deal politik, melainkan melakukan dialog antar budaya dan keyakinan. Padahal Bagi Muslim, agama bukanlah budaya, inilah yang salah diartikan,” kata Amel.

“Selama yang terjadi adalah dialog antar budaya, dan keyakinan, maka orang akan tetap membawa identitas kuat masing-masing. Seharusnya kita duduk bersama sebagai warga negara umum biasa, yang membicarakan masalah-masalah sosial beserta solusinya,” tegas Amel./it

 

Demografi Muslim di Eropa

Islam dianggap sebagai agama yang berkembang cepat di Eropa. Faktor Imigrasi dan jumlah kelahiran yang cukup besar membuat peningkatan populasi Muslim semakin pesat

Sulit dipastikan jumlah populasi Muslim secara total di Eropa. Namun sejumlah sensus di setiap negara sering menanyakan latar belakang agama dapat sedikit mengungkap fakta angka populasi Muslim di sana, meski sejumlah negara memilih untuk mengompilasi data yang mereka peroleh.

Berikut adalah beberapa negara dengan populasi Muslim berdasar sensus setiap sepuluh tahun yang di data pada awal abad ke-21.

 

ALBANIA

Populasi total: 3,1 juta

Populasi Muslim : 2,2 juta (70%)


Latar Belakang: Agama sempat dilarang keras di Albania hingga transisi pemerintahan Stalin menuju Demokrasi Soviet pada tahun 1990. Islam kini diakui terbuka sebagai salah satu agama negara. Sebagai Muslim Albania adalah Muslim Suni sebab terkait dengan sejarah mereka. Balkan selama berabad-abad sangat dekat dengan keyakinan tersebut karena menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman Turki. Ketika kekaisaran lama berlalu, kebudayaan tetap bertahan. Bahkan toleransi antar umat bergama begitu besar di sana. Ada kode sosial bernama Beza, yakni setiap orang wajib membantu dan melindungi siapapun yang mengetuk rumah mereka. Kode itu sejalan dengan keyakinan Islam. Populasi Muslim Albania cukup signifikan di negara-negara Eropa lain karena jumlah populasi yang besar.

Sumber: Populasi total - Albanian Institute of Statistics, 2005; Populasi Muslim - UK Foreign Office.

AUSTRIA

Populasi total : 8,2 million

Populasi Muslim: 339,000 (4.1%)


Latar belakang: Muslim dalam jumlah besar hidup dibawah pemerintahan Austria ketika Bosnia-Hesergovina dikuasai koalisi Austria-Hungaria pada tahun 1908. Banyak Muslim Austria memiliki akar Turki, dan yang lain datang dari negara-negara Balkan selama perang 1990, terutama karena ikatan historis. Islam telah diakui sebagai agama resmi negara selama bertahun-tahun, yang berarti memiliki peran dalam pengajaran agama di sekolah. Wina secara historis dianggat titik dimana dunia Islam mencapai titik sangat barat, sebuah peperangan menentukan di Austria pada abad ke-16 menandai awal keruntuhan Kekaisaran Turki

Sumber: Populasi total - Statistics Austria, 2005 figures; Populasi Muslim - Statistics Austria, 2001 figures.

BELGIA

Populasi total: 10,3 juta

Populasi Muslim : 0,4 juta (4%)


Latar belakang: Islam adalah agama ketujuh yang diakui secara resmi oleh Belgia, status yang membuat pemerintah memberi subsidi dan peran resmi, termasuk menyediakan guru agama. Terlepas dari itu tetap muncul banyak keluhan akibat diskriminasi. Pengangguran dan kemiskinan adalah salah satu penyebab ketegangan. Muncul klaim diskriminasi pula kepada wanita karena mengenakan pakaian Islami. Namun (menurut Amel) bentuk kerajaan yang menjadi latar belakang Belgia, membuat penghormatan terhadap identitas cukup kuat. Masjid banyak tumbuh subur di sana. Mayoritas Muslim Belgia berasal dari Maroko dan Turki, sementara yang lain berasal dari Albania. 

Sumber: Total populasi - Statistics Belgium 2001; Populasi Muslim - US State Department.

 

BOSNIA-HERSEGOVINA

Populasi total: 3,8 juta

Populasi Muslim: 1,5 juta (40%)


Latar Belakang: Bosnia-Hersegovina kini masih dalam tahap penyembuhan dari perang antar etnis berdarah 1992-1995. Sekitar 250 ribu orang terbunuh akibat konflik antara Muslim Bosnia, Kroasia, dan Serbia. Hampir 8.000 Muslim terbunuh oleh Serbia di Srebrenica pada 1995- kekerasan terburuk di Eropa terhitung sejak Perang Dunia ke-II. Banyak Muslim mengungsi, sebagaimana komunitas lain. Pasukan perdamaian tetap ditempatkan di negara tersebut, yang bertugas cukup lama menjaga perbatasan barat dari komunitas islam di Eropa.  

Sumber : Populasi Total - Agency for Statistics Bosnia and Herzegovina, 2003 figures; Populasi Muslim - US State Department.

 DENMARK

Populasi total : 5,4 juta

Muslim population: 270,000 (5%)


Latar belakang: Muslim datang ke Denmark dari Turki, Maroko dan Yugoslavia (dulu) pada 1970. Lalu pada tahun 1980-an dan 1990-an mayoritas Muslim datang sebagai pengungsi yang mencari perlindungan yakin dari Iran, Irak, Somalia, dan Bosnia. Akses memiliki rumah tingga dan pekerjaan merupakan isu besar Muslim di Denrmark (hanya minoritas Muslim yang akhirnya mendapat kewarganegaraan

Sumber: Populasi total - Statistics Denmark, 2004 figures; Populasi Muslim - US State Department.

PERANCIS

Populasi total: 62,3 juta

Populasi Muslim: 5- 6 juta (8-9.6%)


Latar Belakang : Muslim populasi Perancis adalah yang terbesar di Eropa barat. Sekitar 70 % memiliki warisan dari bekas koloni Perancis di Afrika utara, seperti Ajazair, Maroko, dan Tunisia. Perancis membantu proses integrasi dan banyak Muslim yang menjadi warga negara. Meskipun, pertumbuhan komunitas Muslim telah menantang tatanan idela di Perancis yang memisahkan ketat antara agama dan kehidupan umum. Muncul beberapa kritik yakni Muslim menghadapi pengangguran tinggi dan kerap tinggal di kawasan sub urban yang miskin. Larangan terhadap simbol keagamaan di tempat umum dan sekolah memunculkan perdebatan besar nasional, sebagaimana aturan itu melarang pula penggunaan kerudung di tempat umum. Akhir tahun 2005 kekacauan dan kerusuhan berkepanjangan menyebar di antara komunitas Imigran di penjuru Perancis

Sumber; Populasi total - National Institute for Statistics and Economic Studies, 2004 figures; Populasi Muslim - French government estimate

 

 JERMAN

Populasi total : 82,5 juta

Populasi Muslim: 3 juta (3.6%)


Latar belakang: Mayoritas populasi Muslim berasal dari Turki yang masih memiliki jalinan kuat dengan budaya asal. Sementara yang lain berasal dari Bosnia dan Kosovo yang masuk sebagai pengungsi selama perang antar negara-negara Balkan. Dulu Muslim dianggap sebagai “pekerja tamu’’ yang akan meninggalkan negara itu suatu saat, sebuah pandangan yang kini berubah. Kekerasan rasisme menjadi isu sensitif, terutama negara tersebut masih terdapat sejarah ideologi Hitler yang mengunggulkan bangsa Arya kulit putih masih melekat di beberapa warga fanatik. Pemerintah selalu berupaya dengan bermacam strategi untuk mengatasi isu tersebut. Beberapa langkah telah dibuat untuk meningkatkan integrasi. Kini di Jerman dapat ditemukan banyak bangunan masjid yang tak kalah indah dengan arsitektur gereja.

Sumber : Populasi total - Federal Statistical Office, 2004 figures; Populasi Muslim - Federal Ministry of the Interior estimate.

ITALIA

Populasi Total: 58,4 juta

Populasi Muslim: 825,000 (1.4%)


Latar Belakang: Populasi Muslim terbagi-bagi di Italia, mayoritas berasal dari Maroko, sisanya dari negara di Afrika utara, Asia selatan, Albania dan Timur Tengah. Sebagian besar masuk ke Italia pada 1980-an, dan banyak dari mereka sebagai pelajar. Italia saat ini sedang mengupayakan formalisasi hubungan antara negara dan komunitas Muslim. Ada perbedaan perlakukan terhadap Muslim di Italia utara dan Italia selatan. Bahkan di Italia sendiri ketegangan pun muncul di antara warga bagian Selatan dan Utara. Berkaitan dengan sejarah, yakni Italia utara dulu adalah bekas aliansi kerajaan yang menang perang (dibawah Liga Lombardi) atas Jerman, sedangkan bagian selatan merupakan kekuasaan Raja Sisilia. Akar budaya ribuan tahun di bagian utara kerap memunculkan aksi rasisme sebagian warga Italia kepada Muslim, salah satunya dari Partai Lega Nord (Liga Utara). Namun uniknya lebih dari 160 ribu Muslim adalah warga asliItalia, bahkan dua duta besar Italia untuk Arab Saudi masuk Islam ketika bertugas di sana. Muslim memiliki tempat untuk tinggal dan bekerja, namun tidak sebagai warga negara.

Sumber : Populasi total - Italian National Statistical Institute; Populasi Muslim - UK Foreign Office.

MACEDONIA

Populasi total: 2,1 juta

Populasi Muslim: 630,000 (30%)


Latar Belakang: Agama terbesar di Macedonia adalah Orthodox Macedonia, namun hampir sepertiga dari populasi menyatakan diri mereka sebagai Muslim. Macedonia tidak begitu terkena dampak kekerasan antar etnis yang berpengaruh pada negara-negara Balkan hingga memicu keruntuhan Yugoslavia. Namun di awal 2001, pemberontakan muncul dengan tuntutan peningkatan hak yang sama untuk minoritas etnis Albania—kelompok sebagian besar Muslim di sana. Dengan dukungan NATO dan Uni Eropa, kesepakatan damai tercapai dengan menawarkan mereka hak-hak lebih banyak, meski beberapa tetap tidak senang dengan pakta perubahan tersebut. Amerika Serikat mengatakan jika kebebasan beragama haruslah dihormati secara umum dan diskriminasi sosial lebih berdasar bias etnis ketimbang alasan keagamaan

Sumber; Populasi Total - UK Foreign Office; Populasi Muslim: - UK Foreign Office.

BELANDA

Populasi total: 16,3 juta

Populasi Muslim: 945,000 (5.8% )


Latar Belakang: Integrasi Muslim tetap menjadi perhatian dari pemerintah Belanda, terutama setelah pembua film yang mengkritik Islam di bunuh pada tahun 2004 oleh Islam radikal. Padahal (Menurut Amel) sebelum kejadian itu, kehidupan masyarakat majemuk multi budaya dan multi keyakinan menjadi bagian harmoni sehari-hari di Belanda. Ketegangan lebih jauh meningkat seputar kriminal kelas berat yang dilakukan pemuda Muslim dan masalah pengangguran di komunitas agama Islam itu. Muslim masuk ke Belanda sekitar 1950-an dari bekas negara koloni Suriname dan Indonesia. Salah satu kelompok minoritas penting di komunitas Muslim adalah Somalia, Turki, dan Maroko. Belanda pada dasarnya terbuka dengan budaya majemuk, terutama dalam mengakomodasi kelompok yang berbeda untuk mendapat persamaan hak dan perlakuan

Sumber: Populasi total- Statistics Netherlands, 2005 figures; Populasi Muslim - Statistics Netherlands, 2004 figures.

SERBIA DAN MONTENEGRO (DENGAN KOSOVO)

Populasi total: 10,8 juta (termasuk Kosovo); 8,1 juta (termasuk Kosovo)

Populasi Muslim: Serbia dan Montenegro - 405,000 (5%); Kosovo -sekitar 1,8 million (90%)


Latar belakang (tak termasuk Kosovo): Dalam Serbia dan Montenegro agaman yang dominan adalah Orthodok Serbia. Islam adalah agama terbesar kedua dengan Muslim yang meningkat hingga 20 % di Montenegro. Komunitas Muslim diakui sebagai salah satu dari “tujuh” komunitas agama tradisional. Agama dan etnis tetap berkaitan di penjuru negara dan meski perang telah berlalu, laporang tentang ketegangan diskriminasi tetap ditemukan.

Latar belakang Kosovo: Akhir 1990, saat konflik mengerikan terjadi, setelah Pasukan Pembebasan Kosovo, didukung mayoritas etnis Albania—yang sebagian besar Muslim—menyatakan terbuka memberontak terhadap pemerintah Serbia. Presiden Yugoslavia, Slobodan Milosevic, mulai melakukan pembersihan etnis terhadap populasi Albania Kosovo. Ribuan penduduk meninggal, dan ratusan ribu lain mengungsi. Pada Maret dan Juni 199, NATO turut campur dengan kampanye pengeboman selama 78 hari untuk mendorong tentara Serbia kembali dan menjadikan Kosovo dibawah perlindungan PBB. Etnis Albania sempat frustasi menunggu penetapan status masa depan Kosovo yang berkepanjangan. Serangan terhadap minoritas Kosovo yang tertinggal di populasi Serbia telah menjadi isu perhatian dunia

Sumber; Total Populasi - UK Foreign Office; Populasi Muslim - US State Department.

SPANYOL

Total Populasi: 43,1 juta

Populasi Muslim: 1 juta (2.3%)


Background: Kekuasaan Bangsa Moor selama hampir delapan abad berakhir pada tahun 1492, membutkitkan negara ini memiliki warisan Islam yang kuat, terutama di arsitektur bangunannya. Muslim moderen mulai masuk dalam jumlah signifikan pada tahun 1970. Banyak yang berasal dari Maroko, bekerja dalam bidang turisme, dan pertumbuhan berlanjut terjadi ketika keluarga mereka bergabung. Negara ini mengaku Islam, memberikan sejumlah hak termasuk mengajarkan Islam di sekolah dan hari libur keagamaan. Beberapa laporan tentang ketegangan terhadap imigran Muslim dan warga asli pernah dijumpai. Spanyol sendiri sempat diguncang pada tahun 2004, ketika serangan teror, yang diduga dari teroris Islam, membunuh 191 orang di kereta komuter Madrid. Namun seperti halnya Italia, jumlah warga asli yang memeluk Islam hampir seimbang dengan populasi imigran. Seperti kota Palencia, dari 150 ribu Muslim, 60 ribu merupakan warga asli Spanyol.

Sumber; Populasi total - Spanish National Institute of Statistics, 2005 figures; Populasi Muslim - US State Department.

SWEDIA

Total population: 9 million

Muslim population: 300,000 (3%)


Latar Belakang: Populasi Muslim datang dari luar terutama paling signifikan dari Turki, Bosnia, Irak, Iran, Libanon, dan Syria. Jumlah populasi Muslim begitu nyata sehingga parlemen menyetujui negara memberikan subsidi. Swedia terbuka dengan budaya majemuk dan imigran dapat menjadi warga negara setelah tinggal selama lima tahun. Swedia menghargai negaranya atas sikap toleransi, namun muncul juga kritikan karena Muslim serin kali disalahkan jika muncul masalah sosial

Sumber; Total populasi - Statistics Sweden, 2005 figures; Populasi Muslim- US State Department.

SWITZERLAND

Populasi total: 7,4 juta

Populasi Muslim: 310,800 (4.2%)


Latar belakang: Hasil pendataan resmi menyatakan populasi Muslim telah meningkat dua kali dalam beberapa tahun terakhir, namun beberapa sumber juga menyatakan jika ada sekitar 150 ribu Muslim yang tinggal secara ilegal di negara ini. Muslim pertama kali datang sebagai pekerja di tahun 1960-an terutama dari Turki dan Yugoslavia (dulu). Keluarga mereka menyusul di tahun 1970-an, dan beberapa tahun terakhir Muslim datang sebagai pengungsi. ( secara perbandingan, hanya sedikit yang memperoleh kewarganegaraan)

Sumber: Populasi total - Swiss Federal Statistical Office, 2003 figures; Populasi Muslim - Swiss Federal Statistical Office, 2000 figures.

INGGRIS

Populasi total: 58,8 juta

Populasi Muslim: 1.6 juta (2.8%)


Latar belakang: Inggris memiliki sejarah panjang dalam hal kontak dengan Muslim, terutama sejak Abad Pertengahan kemari. Pada Abad ke-19, warga Yaman datang untuk bekerja di pembuatan kapal, membentuk komunitas Muslim pertama di negara itu. Pada tahun 1960, sejumlah Muslim secara signifikan tiba dari bekas koloni Inggris mencari pekerjaan. Beberapa yang pertama kali datang adalah Afrika Timur dekat Asia dan sebagian besar adalah Asia selatan. has a long history of contact with Muslims, with links forged from the Middle Ages onwards. Komunitas permanen pun terbentuk dan sedikitnya 50 % populasi Muslim saat ini lahir di Inggris. Komunitas signifikan berasal dari Turki, Iran, Irak, Afghanistan, Somalia, dan Balkan juga ditemukan di negara itu. Sensus tahun 2001 menunjukkan jika sepertiga populasi Muslim berada di bawah 16 tahun. Selain itu terdapat pula tingkat penggangguran tinggi, tingkat kepemilikan rumah yang rendah, dan kualitas rumah yang rendah pula. Inggris terbuka dengan multi budaya dan ide berbagi dengan negara lain dalam masalah umum. Negara ini juga menerima setiap budaya dan latar belakang memiliki persamaan nilai dan hak serta memilik peran dalam kebijakan pemerintah terkait kelompok minoritas

Sumber : Populasi total - Office for National Statistics, 2001 figures; Populasi Muslim - Office for National Statistics, 2001 figures.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar