Salah satu daya tarik di wilayah Bandung Selatan adalah
objek wisata pegunungan yang berhawa sejuk dan memiliki pemandangan indah. Primadona
tempat wisata yang terletak di daerah tersebut adalah Kawah Putih. Satu dari
dua kawah yang terdapat di Gunung Patuha memiliki ketinggian 2.434 mdpl. Objek
wisata tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan karena keunikannya. Kawah
putih tak hanya terkenal di kalangan wisatawan lokal, tetapi juga menyedot
banyak perhatian wisatawan mancanegara.
Kombinasi danau kawah dibingkai dengan bebatuan dan pasir
yang berwarna putih menjadi pesona alam unik yang diandalkan. Air danau kawah
dapat berubah-ubah warna biru, hijau, atau coklat. Perubahan tersebut
bergantung pada konsentrasi sulfur, suhu, atau tingkat oksidasi di dalam air
danau. Selain itu, reaksi dengan air danau kawah yang asam (memiliki pH
0,5-1.3) juga mengakibatkan pasir dan bebatuan di sekitar danau berwarna putih.
Daerah menuju ke Kawah Putih dikelilingi hutan belantara. Bau belerang sangat
menyengat di sekitar kawah karena gas belerang masih keluar dari dalam danau
kawah.
Karena pesona alam Kawah Putih, aktivitas berfoto hampir
tidak pernah dilewatkan oleh sebagian besar wisatawan. Tak untuk sekadar
mengabadikan momen berwisata, tetapi banyak juga yang menjadikan Kawah Putih
sebagai lokasi pemotretan prapernikahan. Bahkan, Kawah Putih juga tak jarang
menjadi latar di layar lebar yang romantis. Sebut saja film layar lebar
Indonesia berjudul “Heart” (2006) yang mengambil lokasi shooting film di sana.
Kawah putih yang terbentuk akibat letusan yang terjadi
sekitar abad X dan XII, pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan dari
Jerman, Franz Wilhelm Junghun. Sebelum di teliti, masyarakat setempat
menganggap Gunung Patuha menyimpan kekuatan gaib yang angker sehingga tidak ada
yang berani melintasi daerah tersebut. Anggapan tersebut bukan tanpa alasan
karena tidak ada burung yang berani terbang melintasi daerah Kawah Putih. Franz
Wilhelm Junghun tidak begitu saja percaya, ia kemudian melakukan penelitian
pada 1837 dan menemukan bahwa burung menghindari Kawah Putih karena tingginya
kandungan sulfur saat itu.
Setelah adanya penelitian yang dilakukan Junghun, pemerintah
Hindia-Belanda kemudian membangun pabrik belerang di dekat Kawah Putih. Pabrik
tersebut kemudian terus beroperasi, bahkan berlanjut sampai Jepang menguasai
Indonesia. Setelah itu barulah pada 1987, Kawah Putih dijadikan tempat wisata
yang terbuka untuk umum. Kini lubang-lubang yang dahulu digunakan sebagai pintu
masuk terowongan untuk menambang
belerang menjadi saksi bisu aktivitas penambangan yang dahulu pernah
berlangsung.
Terlepas dari semua itu, pemandangan dan hawa khas
pegunungan yang sejuklah menjadikan Kawah Putih objek wisata alam yang berharga
untuk dikunjungi. (Garry Gumelar Pratama/Periset
“PR”, berbagai sumber) PR, Minggu 3 Maret 2013.
Fachri Fauzi/"PR" |
Lokasi : Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat (sekitar 40 km dari pintu tol Kopo).
Fasilitas : Tempat parkir, mushola, transportasi, pusat
informasi, dan tempat penjualan makanan.
Jam Buka : Setiap hari, pukul 07.00-17.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar