Aksara Sunda Diakui Masyarakat Internasional
BANDUNG, (PR).-
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat berencana kembali memasukkan mata pelajaran bahasa Sunda ke dalam kurikulum wajib yang harus dipelajari oleh siswa di sekolah. Hal ini menyusul go international-nya aksara Sunda berkat prakarsa seorang warga Jawa Barat, Dian Tresna Nugraha.
Hal tersebut dikemukakan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dadang Dally seusai menghadiri peluncuran "Direktori Aksara Sunda untuk Unicode" di Aula Universitas Padjadjaran, Jln. Dipati Ukur Bandung, Senin (20/10).
"Ke depan kita akan coba mengumpulkan para inohong, budayawan, serta pakar dalam bidang bahasa Sunda untuk membahas bagaimana bahasa Sunda ini bisa menjadi bahasa indung yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah. Apalagi sekarang sudah masuk ke kancah internasional melalui unicode aksara Sunda," katanya.
Menurut Dadang, pembahasan tersebut juga mencakup layak tidaknya mata pelajaran bahasa Sunda termasuk pembelajaran aksara Sunda untuk dijadikan mata pelajaran wajib. Sebab, sampai saat ini bahasa Sunda masih sebatas mata pelajaran muatan lokal (mulok). "Akan kita diskusikan dulu, yang jelas kalau aksara Sunda sudah internasional seperti sekarang kita akan arahkan bagaimana agar anak-anak bisa membuka dan ikut mempelajari aksara Sunda," tuturnya.
Dadang juga menambahkan, sebelum sampai kepada kurikulum, pihaknya juga harus melakukan pembenahan terlebih dahulu. Pembenahan terutama dilakukan terhadap guru-guru bahasa Sunda yang sampai saat ini jumlahnya masih terbatas. "Ini masih menjadi persoalan tersendiri, sebab guru bahasa Sunda masih belum memadai. Sebagian besar guru bahasa Sunda di sekolah-sekolah kita masih merangkap-rangkap, jadi mereka mengajar mata pelajaran yang lain juga," ungkapnya.
Naskah Sunda
Sementara itu, Rektor Universitas Padjadjaran Ganjar Kurnia mengatakan, sampai saat ini masih banyak naskah lama yang menggunakan aksara sunda atau kagana yang masih belum diterjemahkan. Dengan adanya unicode ini, dia berharap naskah-naskah kuno ini bisa diterjemahkan secara bertahap.
"Ada sekitar 600 naskah Sunda, dan kalau itu bisa dibuka kembali saya yakin ada banyak kearifan lokal yang bisa didapat. Bisa jadi dalam naskah itu bukan hanya tercantum sejarah Sunda, melainkan kearifan lainnya baik itu bidang pertanian, peternakan, dan berbagai khazanah lainnya," ujarnya.
Meski saat ini aksara Sunda bisa dikatakan mati, Ganjar berharap unicode ini menjadi salah satu upaya untuk melestarikan salah satu aset Sunda. Bukan tidak mungkin ke depan unicode aksara Sunda bisa bernilai ekonomis.
"Di Unpad juga melalui Fakultas Sastra kita berupaya agar aksara Sunda ini bisa menjadi mata kuliah walaupun sekarang sudah, khususnya di Sastra Sunda. Kalau ini bisa dikembangkan apalagi sekarang sudah masuk internasional, orang akan semakin tahu dan mudah-mudahan bisa menjadi daya tarik dunia internasional," tuturnya.
Sementara itu, pemrakarsa komputerisasi aksara Sunda, Dian Tresna Nugraha menuturkan, upaya komputerisasi aksara Sunda ini sudah dilakukan sejak 2004 silam. Alumnus Institut Teknologi Bandung yang kini bekerja di Jerman ini pun kemudian mendapat dukungan dari seorang ahli aksara komputer dunia dari Irlandia, Michael Everson. "Dan kini aksara Sunda diakui secara internasional melalui komputerisasi ini," katanya. (A-157)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar