Bahasa Indonesia, Basa Sunda, Bahasa Asing, Kamus, Fotografi, Sejarah, Budaya, Dongeng, Teknologi, Kesehatan, Hukum dan Kriminal, Konservasi, Kuliner, Pembangunan, Krisis, Tokoh, Olahraga, Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Jalan-Jalan. (Indonesian Language, Sundanese Language, Foreign Languages, Dictionary, Photography, History, Culture, Story, Technology, Healthy, Law and Criminal, Conservation, Development, Crisis, Figure, Sports, Agriculture, Plantation, Fishery, and Travelling)
Situs layanan video Youtube menghadirkan program baru berupa penayangan film-film Hollywood berdurasi penuh.
JAKARTA, KOMPAS.com — Situs layanan video YouTube telah menambahkan lebih dari 400 film berdurasi penuh. Film ini gratis dan bisa dilihat di youTube.com/movies.
Seperti diberitakan Telegraph, YouTube juga telah mengumumkan sebuah kerja sama baru dengan www.blinkbox.com, sebuah situs film online dan pengoleksi acara TV asal Inggris.
Situs itu akan menghadirkan 165 film yang tersedia sebagai bagian dari kanal film baru itu dengan judul-judul seperti The Addiction, Dark Side of The Sun yang dibintangi Brad Pitt, dan Film Death Train yang dibintangi Pierce Brosnan.
Film lain yang tersedia adalah Cathy Come Home atau film klasik, seperti The Clan of the Cave Bear (Daryl Hannah sebagai seorang Neanderthal), dan Loved (Sean Penn).
Donagh O`Malley, Kepala Kemitraan Video YouTube, mengatakan, "Ini merupakan satu dari banyak upaya untuk meyakinkan bahwa orang dapat menemukan semua jenis video yang ingin mereka saksikan, mulai dari laporan videoblog (vlogs) di kamar tidur dan jurnalisme warga hingga film-film berdurasi penuh dan acara-acara televisi. Ini merupakan langkah awal."
Pihak YouTube berharap bahwa langkahnya akan melengkapi situs www.youtube.com/shows yang menyertakan program berdurasi penuh dari Channel 4 dan 5, seperti Peep Show, The inbetweeners, dan Fifth Gear.
Penulis: EH | Editor: Eko Hendrawan Sofyan | Sumber : ANT
Kamar pengantin di dasar Samudra Hindia milik sebuah resor di Maladewa
KOMPAS.com — Sebuah hotel di Maladewa menawarkan tamunya tempat menginap paling romantis, sebuah suite kaca di dasar Samudra Hindia.
Hotel Conrad telah mengonversi restoran bawah air mereka "Ithaa" di resor Kepulauan Rangali Maladewa menjadi suite bulan madu di bawah gelombang laut. Akuarium berkubah terbalik itu biasanya berisi selusin pengunjung restoran dan menyuguhkan pemandangan mengamumkan tentang kehidupan bawah laut yang eksotis termasuk ikan kakaktua (parrot fish) dan kakap bergaris biru.
Namun, untuk merayakan ulang tahun kelima hotel itu, sebagai dilansir Telegraph, Senin (30/8/2010), pengelola telah mengubah ruangan tersebut demi mengakomodasi tempat tidur ganda. Maka, tempat itu lalu menjadi salah satu suite pengantin yang paling memanjakan di pasar. Para tamu juga dijamu dengan sampanye gratis di pagi hari.
Meski hotel itu tidak mengiklan tarif kamar tersebut, pengalaman yang tersajikan tidak mungkin murah. Semalam menginap di resor di atas air, sebuah King Deluxe Water Villa, tarifnya 1.156 pound.
Anda tertarik? Pelanggan disarankan untuk memesan kamar itu setidaknya 14 hari sebelumnya.
Ngamprah (ANTARA) - Balai Arkeologi Bandung kembali menemukan sejumlah kepingan fosil sisa makanan pada zaman prasejarah dalam kotak ekskavasi baru di Situs Gua Pawon, Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Peneliti dari Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri mengatakan ekskavasi atau penggalian untuk tujuan penelitian di Situs Gua Pawon akan berlangsung dua pekan, atau berakhir hingga 4 September 2010.
"Penelitian kali ini dilakukan dengan membuat kotak ekskavasi baru. Berbeda dengan kotak yang digunakan pada ekskavasi sebelumnya. Semoga saja temuan ini benar-benar fosil," kata Lutfi Yondri.
Sebelumnya, pada awal Juli, arkeolog dikejutkan dengan temuan juru kunci Gua Pawon, Ecep Suhaya (54). Ecep menemukan ratusan keping tulang serta dua gigi yang diduga fosil manusia purba di lokasi situs.
Jika benar, kata dia, merupakan rangka manusia prasejarah. Dan, temuan tersebut menjadi rangka manusia prasejarah ketujuh yang ditemukan di kawasan Gua Pawon. Namun, temuan itu masih dalam tahap kajian.
Sebelumnya diwartakan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia mengusulkan agar Gua Pawon dan Karst Citatah dijadikan cagar alam warisan dunia ke UNESCO.
Sekretaris Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudyaan dan Pariwisata, Soeroso M.P. mengungkapkan usulan tersebut sudah dilakukan pasca-ekspos penemuan fosil manusia purba di kawasan Karst Citatah KBB, yang kemudian disebut "manusia Pawon".
Adanya usulan tersebut merupakan bukti perhatian pemerintah pusat terhadap penemuan benda bersejarah atau cagar budaya.
Menurut Soeroso, Indonesia akan bersaing dengan sekitar 200 negara mengusulkan hal yang sama. Namun, yang akan diakui untuk setiap negara hanya satu di bidang budaya dan satu bidang alam.
Seoroso berharap Gua Pawon bisa segera ditetapkan menjadi salah satu cagar alam warisan budaya dari Indonesia. Hal itu agar pelestariannya tidak hanya menjadi tanggung jawab Indonesia, namun menjadi tanggung jawab dunia.
Disebutkan, jika usulan itu diterima, maka kepedulian terhadap Gua Pawon bukan hanya tanggung jawab Indonesia, tetapi juga dunia.
"Memang tidak mudah untuk masuk dalam kategori UNESCO. Tapi, kita harapkan supaya Gua Pawon bisa masuk ke dalam situs yang diakui dunia," ujarnya.
Dijelaskan Soeroso, ditawarkannya Gua Pawon menjadi cagar alam dunia karena Karst Citatah sebagai tempat ditemukannya "manusia Pawon" (fosil) yang menjadi ciri karst dari Indonesia.
Selain itu, kata dia, "manusia Pawon" yang ditemukan merupakan penemuan yang sangat langka. "Kami mengusulkannya karena Gua Pawon memiliki dua kelebihan, selain karena karst, juga ada penghuninya (manusia Pawon)," pungkasnya.
Pendidikan Tinggi Senin, 30 Agustus 2010 | 11:21 WIB
shutterstock
Ilustrasi: Para peneliti Batan juga banyak yang menjadi pembimbing mahasiswa atau dosen Malaysia yang ingin memperdalam tentang seputar nuklir.
JAKARTA, KOMPAS.com — Dengan berbagai cara yang dilakukannya, Malaysia terus mengincar para dosen dan peneliti Indonesia yang menguasai ilmu-ilmu dasar dan rekayasa untuk mau bekerja di Malaysia. Selain menawari dosen-dosen di program studi di perguruan tinggi Indonesia untuk mengajar dan meneliti di Malaysia, model tawaran lain yang kerap digunakan Malaysia untuk mendapatkan dosen-dosen Indonesia adalah dengan dengan menawarkan kerja sama riset.
Kepala Pusat Diseminasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Syahril mengatakan, Malaysia sangat aktif dalam menawarkan kerja sama riset dalam multidisiplin ilmu. Para peneliti Batan juga banyak yang menjadi pembimbing mahasiswa atau dosen Malaysia yang ingin memperdalam seputar nuklir.
”Malaysia memang menyiapkan basis kapasitas iptek dosen dan mahasiswanya cukup tinggi. Indonesia memang lebih dulu membangun infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia iptek, tetapi kini terbatas dananya,” katanya.
Karena itulah, dosen-dosen ilmu-ilmu dasar dan rekayasa banyak diminati, seperti Matematika, Fisika, Kimia, Teknik Nuklir, Aeronautika dan Astronautika, Teknik Mesin, dan Teknik Material. Dengan ilmu-ilmu itu, Syahril yakin Malaysia memiliki rencana yang jelas untuk mengembangkan industri strategis mereka.
Malaysia saat ini sudah berencana mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pada tahun 2021. Mereka banyak belajar dari ahli-ahli nuklir Indonesia walaupun tidak pernah menyebutkan secara pasti bahwa tujuan mereka belajar ke Batan untuk mendirikan PLTN.
Menurut Leonardo yang menolak tawaran bekerja ke Malaysia, gaji dan fasilitas yang diberikan Malaysia memang lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia. Namun, dalam apresiasi keilmuan, para peneliti dan dosen Indonesia harus menginduk pada dosen Malaysia. Kondisi tersebut membuat peneliti Indonesia hanya bisa menjadi ”orang nomor dua” atau peneliti pendamping.
”Kalau di Indonesia, peneliti bisa bebas walau harus berebut dana penelitian yang peluangnya terbatas. Menjadi dosen dan peneliti di Indonesia dituntut memiliki kemampuan survival tinggi,” katanya.
Kini, peluang untuk bekerja dan meneliti di Indonesia juga sudah terbuka. Lulusan Aeronautika tidak semata-mata bekerja di PT Dirgantara Indonesia, tetapi banyak juga yang bekerja di sejumlah maskapai penerbangan.
Walaupun dengan gaji dan fasilitas memadai, Hakim yang pernah bekerja meneliti di Jepang menilai bahwa apa yang diberikan Malaysia tidak terlalu istimewa. Negara-negara lain, seperti Jepang, juga memberikan gaji dan fasilitas yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan Malaysia. (MZW)
Katabibliografi banyak artinya, tetapi yang dimaksud dalam uraian ini adalah daftar pustaka yang terdapat dalam sebuah buku. Cara menulis daftar pustaka bermacam-macam karena setiap bidang ilmu mengikuti tradisinya masing-masing. Sementara itu, dewasa ini terdapat kecenderungan kepada melepaskan diri dari cara yang mengadat, dan memilih cara baru dengan memanfaatkan hasil kemajuan di bidang ilmu dan teknologi. Orang sekarang memilih cara yang hemat, sederhana, dan berdasar nalar. Namun, bagaimanapun bentuk dan caranya, yang lebih penting bagi penerbit adalah ketaatasasan penggunaannya di dalam suatu karya tulis. Dalam uraian ini diberikan beberapa contoh keanekaragaman cara yang memerikan pustaka, dan dijelaskan bagaimana caranya menyusun data kepustakaan untuk daftar pustaka.
Definisi
Yang dimaksud dengan bibliografi dalam uraian ini tidak lain dari daftar pustaka dalam sebuah karya tulis. Kata bibliografi sering membingungkan karena sepanjang sejarahnya berubah-ubah maknanya, dan sekarang pun digunakan untuk beberapa pengertian. Kata itu berasal dari dua kata Yunani, yaitu biblion yang bermakna ‘buku’ dan graphein, ‘menulis’. Yang disebut bibliographos oleh orang Yunanidulu tidak lain dari seorang tukang yang pekerjaannya menyalin buku. Dalam bahasa Inggris, penyalin buku itu disebut bibliographer, sedangkan bibliography berarti ‘kegiatan menyalin buku’. Kata bibliography kemudian diperluas maknanya meliputi kegiatan menganggit sebuah komposisi, tetapi untuk beberapa lamanya bertahan pada makna ‘kegiatan menyalin naskah’. Tatkala pengajian teori bibliografi meruak di Perancis pada paruh kedua abad kedelapan belas, barulah kata itu mendapat kedudukan lain yang lebih penting artinya. Maknanya berubah sejak tahun 1763 dari ‘menyalin buku’ menjadi ‘menulis tentang buku’, dan makna tersebut bertahan serta berkembang sampai sekarang. Kini, yang dimaksud bibliografi ialah pengetahuan tentang terjadinya buku, jenis dan bentuknya, tentang sejarah dan teknik mencetak buku, penjilidan, ilustrasi, tentang perdagangan buku dan perpustakaan, pemerian (penjelasan) lahiriah buku bercetak, penyusunan daftar buku, dan daftar buku itu sendiri atau daftar pustaka.
Seperti terlihat di atas, saya tidak menyebut daftar buku, tetapi daftar pustaka. Kata buku dipungut dari kata Belanda boek yang maknanya sama dengan ‘kitab’, yakni kata Indonesia juga, tetapi dipungut dari bahasa Arab. Dalam konferensi tahun 1964 Unesco menetapkan patokan mengenai apa yang disebut buku sebagai berikut:
… terbitan bercetak yang tidak berkala dengan tebal sekurang-kurangnya empat puluh Sembilan halaman, tidak termasuk halaman sampul. (Harrod 1977)
Berdasar patokan itu, berkala seperti majalah tidak termasuk buku; demikian pula surat kabar, kaset suara, kaset video, renikan (microform), dan bahan lain yang dicakup oleh istilah bibliografi walaupun biblio itu sendiri, seperti diterangkan di atas, berarti ‘buku’. Menurut Louis Shores, bibliografi adalah
… daftar yang memuat catatan tentang peradaban, baik yang ditulis tangan, dicetak, ataupun dibuat dengan cara lain, termasuk buku, serial, gambar, peta, film, rekaman, barang museum, naskah, dan media komunikasi yang lain. (Chakraborti 1975)
Jadi, terdapat perluasan makna bibliografi tanpa mengindahkan makna kata yang sesungguhnya. Hal tersebut tidak asing dalam peristilahan keilmuan. Pompa hidraulik, misalnya, sekarang digerakkan oleh oli atau zat cair lain walaupun ‘hidrau-‘ itu sendiri berasal dari kata Yunani hudor yang bermakna ‘air’.
Kata ‘pustaka’ berasal dari bahasa Kawi yang menurut Wojowasito (1977) bermakna ‘buku; naskah’. Dalam bahasa Bali, kata itu bermakna ‘lontar; naskah; kitab’ (Kersten 1980); Zain (t.t.) memadankannya dengan ‘surat-surat lama, tulisan, kitab, buku, sedangkan Poerwadarminta (1976) memaknainya ‘kitab; buku; kitab primbon’. Kata pustaka ini saya perluas maknanya sehingga meliputi semua bahan yang tercakup oleh istilah bibliografi di atas. Dengan demikian, kata itu padan dengan istilah bibliographical unit dalam bahasa Inggris, yang menurut rumusan IFLA adalah
Sebuah dokumen sebagai satuan yang berdiri sendiri dan diperikan dalam aran utama yang terpisah di dalam sebuah katalog.
Kata ‘dokumen’ di situ dipakai dalam makna
Segala jenis bahan, tanpa memperhatikan bentuk ragawi atau sifatnya, yang muat rekaman informasi. (Harrod 1977)
Bibliografi atau Daftar Pustaka
Bibliografi dalam makna daftar buku dan acuan lain yang digunakan oleh pengarang untuk menyiapkan tulisannya dapatlah kita terjemahkan dengan Daftar Pustaka atau lebih singkat Pustaka saja. Dalam bahasa Inggris, selain kata Bibliography digunakan juga kata Select Bibliography, Works Cited, Literature Cited, Reference, FurtherReading, dan yang lain lagi. Williamson (1966) membagi Bibliography dalam tiga kelompok, yaitu Authorities, For Further Reading, dan By the Same Author. Yang pertama adalah daftar semua pustaka yang dipakai oleh pengarang untuk menyiapkan tulisannya, biasanya disebut References yang dapat kita terjemahkan ‘Sumber pengacuan,’ ‘Pustaka acuan,’ ‘Rujukan,’ atau ‘Acuan’. Acuan harus dan hanya muat semua karya tulis yang dikutip dalam nas dan catatan kaki atau catatan akhir. Jika ada di antara karya tulis itu yang tidak dicantumkan, daftar itu disebut Select Bibliography atau Select References; dalam bahasa Indonesia ‘Acuan pilih’.
Golongan yang kedua For Further Reading, muat judul pustaka tentang perkara yang sama, yang dianjurkan oleh pengarang untuk dibaca sebagai perluasan bahan yang dibahas dalam bukunya. Barangkali istilah itu dapat diterjemahkan dengan ‘Bacaan lanjutan’. Golongan ketiga, By the Same Author terdapat dalam sebuah buku, dan muat semua atau sebagian karya penulis buku tersebut. Daftar ini hanyalah iklan belaka, dan biasanya ditempatkan pada balik halaman pancir atau pada sarung buku. Jadi, karya itu tidak ada kaitannya dengan perkara yang dibahas dalam buku itu, kecuali ditulis oleh penulis yang sama.
Masih ada kelompok keempat. Dewasa ini tidak jarang ditemukan buku yang menyajikan sebuah daftar karya tulis (buku, artikel, laporan, dsb.) mengenai perkara yang dibahas dalam buku tersebut, yang terbit dalam jangka waktu tertentu. Bibliografi seperti itu sangat besar manfaatnya bagi pembaca yang ingin mengaji perkara tersebut lebih mendalam. Buku Rogers & Shoemaker, Communication of innovations (1971), misalnya, mencantumkannya sebagai lampiran setebal 80 halaman yang terbagi atas dua kolom.
Pada umumnya, Pustaka ditempatkan di bagian penyudah sebelum penjurus (indeks). Cara ini memudahkan pembaca untuk melihat semua bacaan secara keseluruhan, baik yang dipakai maupun yang dianjurkan oleh pengarang. Lain halnya dengan Pustaka dalam buku ajar, yang sering ditempatkan di akhir setiap bab. Walaupun ditulis oleh seorang pengarang, setiap bab dalam buku ajar dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satuan yang bulat. Hal itu berhubungan dengan cara menggunakan buku ajar itu sendiri, yang tidak sekaligus dibaca dari awal sampai akhir, tetapi bab demi bab dalam kurun tertentu sesuai dengan jadwal kuliah yang menggunakan buku tersebut. Oleh karena itu, Acuan ditempatkan pada akhir setiap bab, dan sering judul pustaka yang sama termuat dalam Acuan di beberapa bab. Di samping Acuan, dalam buku ajar biasanya terdapat juga ‘Pustaka lanjutan’.
Biasanya Pustaka disusunberabjad sebagai satu daftar yang muat judul buku, artikel, makalah, dll. Untuk memudahkan pembaca, tidak jarang Pustaka dibagi dalam beberapa bagian, misalnya buku dipisahkan dari majalah, dan kalau banyak dipakai dan dianggap penting, surat kabar juga dipisahkan sebagai daftar tersendiri. Pembagian dapat pula berdasar perkara yang dibahas atau dikelompokkan menurut bab bersangkutan.
Pustaka dapat pula disertai catatan yang menilai atau memerikan isi buku dengan maksud hendak mengarahkan pembaca kepada buku lain sebagai bacaan lanjut. Dalam ‘Puskata beranotasi’ ini pengarang melampirkan sebuah ulasan singkat pada semua atau sejumlah judul dalam daftar seperti contoh berikut.
Culler, Jonathan, 1976, Saussure, London, Fontana. A good place to star, with an illustration exposition of the European ‘modern master’ of semiotics.
Hawkes, Terence, 1977, Structuralism and semiotics, London, Methuen. Sets semiotics into its world-historical context, with lucid explanations of most of the influential writers in the field . Biased towards literature. Recommended as the best general introductions, with a full bibliography.
Pada buku untuk bacaan umum sering kita temukan Pustaka bentuk lain yang disebut ‘Risalah pustaka’ atau kadang-kadang diberi juluk Pustaka saja. Di situ pustaka disusun dalam bentuk karangan, baik dengan mengelompokkannya menurut perkara yang dibahas atau pun tidak, dan ditempatkan pada akhir bab yang bersangkutan. Contohnya sebagai berikut.
Pustaka
Buku pengantar linguistik tidak banyak jumlahnya. Satu di antaranya, Trudgill (1974c), sangat mudah dibaca karena banyak menyajikan contoh, tetapi sedikit berbicara tentang teori dan boleh dikata hanya membahas gejala makro. Dalam Schlieben-Lange (1973) terdapat bagian yang bersistem dan juga ikhtisar tentang sosiolinguistik dibahasnya dari segi hubungan antara bahasa dan kelas sosial.
Risalah pustaka ini disertai Pustaka di bagian akhir buku, yang muat semua judul yang diulas di dalamnya dengan pemerian yang lengkap.
Cara menulis Acuan
Sebagaimana disebutkan di atas, Acuan harus dan hanya muat sema karya tulis yang dikutip dalam nas dan catatan kaki atau catatan akhir. Mengenai Acuan ini, dan Pustaka pada umumnya, pendapat orang atau penerbit berbeda-beda tentang macam keterangan yang diperlukan untuk memerikan sebuah pustaka, bagaimana urutannya, ejaannya, dan aturan tanda bacanya. Di samping itu, terdapat kelaziman pada bidang ilmu tertentu, yang membuat pemerian pustaka pada bidang ilmu yang satu berbeda caranya dengan pada bidang ilmu yang lain. Penulis sastra, sejarah, dan kesenian biasanya memilih cara berikut untuk buku dan majalah:
Smith, John Q. Urban Turmoil: The Politics of Hope. New City: Polis Publishing Co., 1986
Wise, Penelope. ‘Money Today: Two Cents for a Dollar.’ No Profit Review 2 (1987): 123-42.
Penulisan di bidang ilmu kealaman dan sosial akan menulis judul tersebut seperti berikut:
Smith, J. Q. 1986. Urban turmoil: The politics of hope. New City: Polis.
atau:
Smith, J.Q. 1986. Urban turmoil. New City: Polis.
Wise, P. 1987. Money today: Two cents for a dollar. No Profit Rev. 2: 123–42.
atau:
Wise, P. 1987. Money today. No Profit Rev. 2: 123–42.
atau:
Wise, P. 1987. No Profit Rev.. 2:123–42.
Pada kelompok pertama terlihat bahwa nama pertama ditulis penuh, sedangkan pada kelompok kedua, disingkatkan dengan huruf awalnya saja. Judul buku dan artikel pada kelompok kedua ditulis dengan onderkas (huruf kecil) kecuali huruf awal pada kata pertama. Akan tetapi,perbedaan ini tidak kaku; kadang-kadang dijumpai Pustaka pada kelompok kedua yang menulis nama pertama pengarang dengan penuh dan hal sebaliknya dapat terjadi pada kelompok pertama. Mengenai judul majalah, International list of periodical title word abbreviations mengizinkan tiga cara penulisannya sebagai contoh berikut:
Phys. Med. Biol.
PHYS. MED. BIOL.
Phys. Med. biol
Pada halaman berikut disajikan beberapa contoh Pustaka yang dikutip dari beberapa buku ajar terbitan mutakhir untuk memperlihatkan keanekaragaman bentuknya. Semangat yang terpantul dari balik keanekaragaman itu ialah bahwa sejak prang dunia kedua, penulis dan penerbit tidak lagi mengingat dirinya pada tata cara yang sudah mengadat, tetapi berusaha memilih cara lain, yang dianggapnya lebih baik. Di dalam keanekaragaman itu terdapat kesamaan pendapat yang dipatuhi oleh semua penerbit karena dianggap lebih penting daripada keseragaman cara, yaitu ketaatatasan. Jika penerbit tidak terlalu ketat mematuhi gaya selingkuhnya (house style) ia akan mempersilakan pengarang menyusun Pustaka menurut gayanya sendiri, asal dilaksanakan dengan taat asas dalam keseluruhan daftar tersebut.
Mengapa adat ditinggalkan dan, setelah itu, patokan apakah yangkemudian digunakan untuk membuat gantinya? Biasanya adat ditinggalkan karena tidak sesuai lagi dengan zaman yang telah berubah. Dewasa ini terdapat kecenderungan kepada menghilangkan aturan yang hanya bersifat perjanjian belaka tanpa dilandasi alas an yang makul. Aturan disederhanakan dengan jalan menghilangkan keterangan yang dianggap tidak perlu dan mengurangi jumlah dan macam tanda baca. Asas komunikasi dan kenalaran lebih diutamakan daripada mengikuti adat-kebiasaan belaka. Pada contoh di bawah ini, misalnya, data kepustakaan dipisahkan oleh suatu tanda baca saja, yaitu koma dan titik.
Barghouti, S.M., 1974, ‘the role of communication in Jordan’s rural development’, Journalism quarterly, 51, 434-9
atau:
Barghouti, S.M. 1974, The role of communication in Jordan’s rural development, Journalism quarterly, 51, 434-9
atau:
Barghouti, S. M., 1974. The role of communication in Jordan’s rural development. Journalism quarterly 51. 434-9
Kadang-kadang tanda baca dibuang sama sekali kalau tanpa itu pun sudah cukup jelas. Misalnya, tanda baca di antara nama pengarang, judul artikel, dan judul majalah dapat dibuang karena ketiga keterangan itu jelas dibedakan oleh jenis hurufnya: nama pengarang ditulis dengan huruf tegak; judul artikel juga dengan huruf tegak tetapi dipisahkan dari nama pengarang oleh tahun atau ditempatkan di antara tanda kutip; judul majalah ditulis dengan huruf miring atau digarisbawahi. Jika sudah bertanda seperti itu, mengapa harus ditambah-tambahi tanda lain seperti tanda baca, yang jelas merupakan kemubaziran? Demikian kira-kira nalar orang sekarang. Hasilnya seperti contoh berikut:
Barghouti, S. M. 1974 The roleof communication in Jordan’s rural development Journalism quarterly51 418-24
Biasanya data kepustakaan yang dicantumkan untuk buku acuan adalah sebagai berikut:
1nama pengarang, penyusun, penghimpun, atau lembaga yang bertanggung jawab atas penulis buku;
2tahun terbit;
3judul buku dan sub-judulnya jika ada. Keduanya dipisahkan oleh titik dua atau titik koma;
4judul seri jika ada, nomor jilid dan nomor seri;
5jumlah jilid semuanya untuk buku yang terdiri atas beberapa jilid;
6terbitan ke berapa, jika bukan terbitan pertama;
7nama penerbit;
8tempat penerbit
Tempat penerbitan ada kalanya tidak dicantumkan. Mungkin hal itu disebabkan oleh perkembangan penerbitan akhir-akhir ini. Penerbit luar negeri yang besar-besar seperti McGraw-Hill, Macm3illan, dan Elsevier dewasa ini sudah merupakan perusahaan multi-nasional dengan cabangnya terdapat di kota besar di berbagai Negara. Di samping itu, data kepustakaan yang lengkap tidak berarti bahwa semua data harus tercantum. Data kepustakaan dikatakan lengkap jika berdasar data itu orang dapat menemukan kembali pustaka bersangkutan di perpustakaan. Hal inilah yang merupakan pegangan bagi kita dalam menyusun daftar pustaka. Contoh di bawah ini muat delapan macam data kepustakaan yang disebutkan di atas.
Smith, J.Q. 1968 Urban turmoil: the politics of hope Polis, New City
Mezard, M., G. Parisi, & M. Viraso 1986 Spin glass theory and beyond: and introduction to the replica method and its application Wiley, Sussex
Wright, S. 1968-78 Evolution and the genetics of populations 4 jl. Univ. of Chicago Press, Chicago