Jumat, 01 Agustus 2008

Pangandaran Mulai Bersolek


SEJUMLAH wisatawan menikmati suasana di pantai barat Pangandaran, Kab. Ciamis, Sabtu (19/7).* DUDI SUGANDI/"PR"

GELOMBANG tsunami yang menerjang Pantai Pangandaran pada Senin, 17 Juli 2006 bukan saja meninggalkan trauma bagi masyarakat pesisir pantai selatan Jawa Barat. Tsunami yang disebabkan gempa berkekuatan 6,8 skala Richter itu juga menyisakan rasa takut bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Pangandaran. 

Namun, seiring dengan proses recovery yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Barat, Disbudpar Kab. Ciamis, dan LSM, secara perlahan pariwisata di Pangandaran mulai menggeliat. Secara perlahan pula, masyarakat (wisatawan) "percaya" (tak takut) untuk berkunjung kembali ke Pantai Pangandaran. 

Buktinya, musim liburan sekolah kemarin, tak kurang dari dua juta wisatawan datang ke Pangandaran. Sebuah angka yang fantastis di saat perekonomian masyarakat tak menentu, terutama pascakenaikan harga BBM. tarif listrik dan biaya pendidikan anak-anak sekolah. Mengapa wisatawan begitu antusias untuk datang kembali ke Pangandaran?

Tampil beda

Harus diakui, sekarang Pangandaran tampil beda, lebih cantik, bersih, dan tertata daripada sebelumnya. Pantai barat yang biasanya dipadati pedagang kaki lima (PKL), penjual cendera mata, dan warung-warung penjual makanan kini lebih rapi. Pemandangan laut di sana bisa dinikmati secara langsung tanpa terhalang oleh tenda-tenda biru PKL. 

Demikian pula dengan perahu-perahu nelayan, yang biasanya berseliweran secara liar di sepenjang garis pantai, kini terkonsentrasi di lahan dekat cagar alam Pananjung. Indahnya pantai pun bisa dinikmati secara leluasa oleh wisatawan. Memang masih ada pedagang asongan yang menjajakan dagangannya. Namun, jumlahnya tak seberapa dan masih dalam standar kesopanan. Dengan santun, mereka menawarkan barang dagangannya, baik berupa cendera mata, ikan asin, atau lontong pecel. Selebihnya, mereka cukup duduk-duduk di bawah tenda atau pohon.

Tampilan lain yang menandai adanya perubahan di Pangandaran adalah pengunjung tak hanya dimanjakan oleh suguhan wisata kuliner berupa aneka olahan sea food, tetapi juga makanan dan jajanan khas priangan pada umumnya. Soal harga, masih bisa terjangkau mereka yang berkantong pas-pasan. Semakin rajin menawar, harga akan semakin murah. Para wisatawan pun diberi kebebasan memilih sendiri jenis ikan yang dikehendakinya. Setelah cocok, proses tawar-menawar pun dilakukan. "Kalau terlalu tinggi, kita bisa memilih warung lain. Atau kalau tidak mau capai menawar, banyak rumah makan yang sudah mencantumkan harga," ujar Wawan, salah seorang anggota Balawisata Pantai Pangandaran.

Selain soal makanan yang harus rajin menawar, wisatawan yang berniat membeli buah tangan, seperti ikan asin, kerajinan tangan, pakaian, atau buah-buahan, juga harus berani menawar. Adakalanya kalau pembeli tidak menawar harga justru semakin mahal. Terkecuali untuk minuman dan makanan harga hampir semua sama.

Pedagang makanan dan pakaian kini dikonsentrasikan di kawasan pantai timur. Sambil menikmati pemandangan pantai, wisatawan juga melihat pedagang souvenir khas pantai, seperti kalung, gelang, hiasan dinding, bahkan gantungan kunci dengan bahan dasarnya dari dasar laut selatan. 

Di pantai timur juga wisatawan akan menemukan sebuah tempat pelelangan ikan (TPI). Sebuah pusat jual-beli ikan hasil tangkapan nelayan Pangandaran yang diangkut langsung dari perahu pagi itu juga. Selain mengunjungi pantai timur Pangandaran, ada satu tempat yang tak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Pangandaran, yakni kawasan cagar alam Pananjung. 

Di cagar alam ini, suasana hutan tropis yang dihuni oleh orang utan dapat ditemui. Di beberapa bagian kawasan ini sudah menjadi langganan shooting sinetron laga. Bila berjalan ke arah selatan kawasan ini, akan ditemukan pantai dengan pasirnya yang putih atau yang lebih populer disebut Pantai Pasir Putih. 

Sungguh ajaib, di saat sebagian besar pantai timur dan barat porak-poranda, kawasan Pantai Pasir Putih sebaliknya. Selain terhindar dari gelombang, pesona alamnya semakin eksotis. Namun, jangan coba-coba untuk berenang karena di sini ombaknya sangat besar dan banyak karang.

Satu lagi yang menarik di kawasan ini adalah keberadaan sebuah dermaga tua yang berumur puluhan tahun. Konon, dermaga ini pernah menjadi dermaga besar di pantai selatan di masa lalu. Namun karena evolusi alam, dermaga ini sudah tidak dapat lagi digunakan. Indahnya panorama alam di lokasi tersebut, banyak wisatawan yang "berfoto ria" di sana.

Batu Karas
Pangandaran tidak hanya pantai barat dan timur saja, tetapi ada juga Batu Hiu dan Batu Karas yang eksotis. Untuk mencapainya, bisa lewat jalan darat dan laut. Bagi mereka yang berwisata secara individu, tidak bersama keluarga, lebih banyak memilih mengunjungi wisata Pantai Batu Karas.

Perjalanan ke Pantai Batu Karas membutuhkan waktu tempuh satu setengah jam dengan transportasi darat. Sementara itu, bila menggunakan speedboat butuh waktu dua jam. Menurut Wawan, para wisatawan banyak yang bermalam di Batu Karas selain karena pantainya lebih alami dan tenang, tempat hiburan malam dan penginapan juga tersedia. 

Objek wisata lain yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Lembah Putri. Kawasan yang berada pada ketinggian ratusan meter dari permukaan laut itu berlokasi sekitar 8 kilometer dari Pangandaran. Pantainya yang masih perawan menjadikan Lembah Putri banyak dikunjungi muda mudi. 

Bisa dikatakan, kawasan wisata Pangandaran kini memberi nilai lebih. Tak cuma menawarkan keindahan alam, tetapi juga sebuah perubahan yang membuat pengunjungnya lebih nyaman pelesiran. Jadi, kenapa mesti takut berkunjung ke Pangandaran? (Retno H.Y./"PR")***

1 komentar: