foto: IOL photo (www.islamonline.net)
PODGORICA — Batu pondasi sekolah itu telah dipasang pada tahun 2000, tapi donasi yang mandeg setelah peristiwa WTC- 11 September, membuat tahap konstruksi bangunan direm sementara. Kini setelah lebih dari 90 tahun menunggu, umat Muslims di Republik Montenegro bisa bernafas lega. Tak lama lagi mereka akan memiliki sekolah menengah pertama Islam untuk mengakomodasi dan mengaspirasi pendidikan Islam.
"Akhirnya kita telah menyelesaikan tahap konstruksi gedung sekolah dan siap membuka pendaftaran siswa untuk tahun ajaran 2008/2009," ujar Omer Halil Kajshaj, kepala departemen hubungan luar negeri di Islamic Sheikdome, Montenegro seperti yang dilansir dalam situs IslamOnline.net (30/7)
Gedung sekolah bertingkat empat tersebut juga memiliki 16 ruang asrama dan bakal dibuka pada tanggal 20 Agustus nanti di Kota Podgorica. Selain itu didalamnya tersedia pula fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium komputer, sebuah gimnasium dan ruang teater.
"Pelajar dari kota-kota lain yang diluar republik dapat mendaftar pula, " kata Kajshaj seraya menambahkan jika hanya pelajar laki-laki yang akan diterima untuk tahun ajaran ini.
"Sekolah akan membuka pendaftaran untuk pelajar wanita mulai tahun depan," ujarnya
Bangunan berluas 300 meter persegi tersebut telah menelan biaya sebesar 2 juta euro dimana 1,5 juta berasa dari donasi sebuah lembaga pemerintahan Turki.Lalu, The Jeddah-Bank Pembangunan berbasis Islam dan beberapa dermawan di Kuwait dan Uni Emirat Arab menyumbang hingga 500.000 euro sisanya.
Montenegro saat ini memiliki 140.000 penduduk Muslim, yaitu 20 % dari total 650.000 populasi. Kini ada 26 masjid yang tersebar di wilayah Ulcinj, kota paling selatan di pantai Montenegro.
Kebutuhan
Sekolah Islam mulai dibutuhkan oleh kaum minoritas Muslim Montenegro sejak 90 tahun lalu, ketika tidak bisa lagi ditemukan sekolah Islam sejak saat itu.
"Selama Turki memerintah Montenegro, ada beberapa sekolah Islam meski tak banyak, tapi mereka mati perlahan seiring perkembangan jaman," ujar Kajshaj.
"Sekolah Islam terakhir ialah di utara kota Pljevlja namun telah ditutup pada tahun 1918," imbuhnya. Alhasil setelah pasca periode perang dunia II, pelajar yang hendak menempuh pendidikan Islam mesti mendaftar ke sekolah tetangga sebelah seperti, Kosovo, Bosnia, atau Macedonia.
Kajshaj mengatakan jika dua kelas--masing-masing diisi 20 siswa--dijadwalkan untuk pendaftaran bagi siswa di tahun pertama pendidikan. "Namun tuntutan pendaftaran yang meningkat, kelas untuk tingkat ketiga juga akan dibuka tahun ini," tambah Kajshaj
Dua kelas akan didedikasikan untuk pelajar Bosnia yang berbicara dengan Bahasa Bosnia--sebagai mayoritas pendaftar, sementara satu kelas lagi akan digunakan untuk etnis Albania
Umat Muslim memiliki peranan penting dalam proses kemerdekaan Montenegro, sebab mayoritas memilih untuk berpisah dari Serbia dalam referendum 2006 lalu. Sejak kemerdekaan itulah pemerintah pun merawat hubungan baik dengan mereka.
"Pemerintah mengijinkan kita mengunjungi penjara untuk mengimami tahanan Muslim melakukan Sholat Idul Fitri," kata Enis Burxheviq, Imam dari Masyarakat Islam di utara kota Bijelo Polje. "Saya pernah memimpin sholat 60 tahanan di penjara," akunya
Ia juga menyatakan jika undang-undang saat ini memperbolehkan umat Nasrani, orthodok dan juga Muslim untuk mengambil kembali aset yang disita negara pada saat pemerintahan Yugoslavia jika mereka mampu menunjukkan dokumen yang dibutuhkan.
"Dan kita akan melakukan itu," tega Enis./itz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar