Sabtu, 06 September 2008

Dari Konotasi Hingga Efektivitas

Oleh EDI WARSIDI

SECARA tidak sengaja, saya membaca feature tentang Suku Laut pada salah satu majalah. Pada feature tersebut, ada teks tertulis, Bahasa masyarakat Suku Laut berkonotasi dengan bahasa Melayu-Riau. 

Istilah "konotasi" merupakan serapan yang berasal dari bahasa Inggris, connotation. Makna istilah ini ialah tambahan terhadap makna yang sudah ada. Kata "oknum" (berasal dari bahasa Arab) berarti seorang, pribadi, individu, atau lawan dari kelompok. Kini, makna tersebut ditambahkan makna lain oleh pengguna bahasa, yang bersifat agak negatif, individu yang kurang baik. Nilai rasa dan kaitan pikiran terhadap istilah "oknum" itu tidak objektif lagi, tetapi bergeser ke arah yang kurang baik. Pergeseran nilai rasa itulah yang kerap disebut konotasi.

Pernahkah pembaca mengunjungi suatu mall? Dalam bahasa Indonesia, mall ditulis dengan satu /l/ mal. Bentuk variasi mall adalah maul dan mallet. Pada mulanya, ruangan mall digunakan sebagai tempat permainan pall mall. Pall sendiri berarti (1) kain penutup peti mati dan (2) menjadi lesu atau letih.

Mall berarti pula tempat berjalan kaki yang diteduhi oleh rindangnya pepohonan. Arti lain mal ialah jalur bagi pejalan kaki dengan toko-toko pada kedua sisinya. Jalan ini tidak boleh dilewati kendaran bermotor. Biasanya tempat ini disemarakkan juga dengan berbagai tanaman hias, bangku-bangku tempat pengunjung beristirahat. Kini, mall (mal) lebih dimaksudkan sebagai pertokoan yang tertutup dilengkapi dengan penyejuk udara.

Pada kecamatan pun, kini muncul mart, yang di depannya diberi nama sesuai dengan nama perusahaan. Mart berasal dari bahasa Jerman, markt, yang berarti pasar (Inggris: market). Mart adalah pasar tempat pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar (bargaining). Namun dalam praktiknya, harga-harga sudah ditentukan perusahaan. Dari istilah mart dibentuk kata minimart atau minimarket. Akan tetapi, ada juga yang mengindonesiakannya secara salah kaprah menjadi maret, padalah Maret dalam bahasa Indonesia adalah nama bulan ketiga.

Kata "simak" berasal dari bahasa Arab, samik. Simak atau samik berarti dengar. Dari kata "samik" diturunkan kata mendengar yang dalam bahasa Arab disebut yasmau` u. Adapun menyimak berarti mendengarkan, memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang, meninjau, memeriksa, mempelajari dengan teliti.

Sepanjang menyangkut siaran radio, penggunaan kata "simak" sudah benar. Akan tetapi, dalam siaran televisi, penggunaan kata "simak" kurang tepat karena siaran televisi tidak hanya terdiri atas suara, tetapi juga gambar. Pastilah akan lebih baik (untuk siaran televisi) kita gunakan marilah kita ikuti daripada marilah kita "simak".

Saya pernah terlibat diskusi serius dengan seorang kawan (yang berprofesi sebagai reporter koran). Kawan saya itu merasa ragu-ragu dengan pengindonesiaan istilah investasi. Kemudian, kawan saya itu berpendapat bahwa yang benar dalam bahasa Indonesia adalah invesmen (investment).

Sekarang, bahasa Inggris merupakan sumber yang paling banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia. Dalam tautan ini, seharusnya istilah "investasi" diganti dengan investment atau invesmen. Akan tetapi, perubahan semacam ini tidak gampang dilakukan, perlu tenggang waktu untuk memperkenalkannya kepada masyarakat.

Istilah yang sering diucapkan orang, baik oleh anak SD maupun pejabat negara sekalipun (terutama saat menjelang 17 Agustusan), yakni istilah "proklamator". Istilah "proklamator" juga merupakan istilah yang salah kaprah. Dalam bahasa Inggris atau Belanda tidak ada istilah proclamator. Yang ada ialah proclaimer (Inggris) yang dapat diindonesiakan menjadi proklamer.

Pak Jus Badudu pernah mengemukakan bahwa istilah "efektivitas" adalah istilah yang salah kaprah. Jika istilah itu benar, tentulah berasal dari effectivity (Inggris), sedangkan istilah yang demikian tidak ada dalam bahasa Inggris. Yang ada hanyalah istilah effectiveness.

Sebagian besar kamus bahasa Inggris memang tidak memuat masukan effectivity. Yang ada ialah effectiveness seperti yang dikemukakan Pak Badudu. Akan tetapi, istilah effectivity dapat ditemukan dalam The World Dictionary, (hlm. 665, A. Thorndike-Barnhart). Berdasarkan kamus yang memiliki jumlah halaman 2.415 halaman itu, effectivity sama artinya dengan effective quality atau effectiveness. Dari kata effectivity tersebutlah lahir serapan bahasa Indonesia "efektivitas".***

Penulis, editor salah satu penerbit buku di Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar