Rabu, 17 September 2008

Kantin "Kejujuran" Tunjukkan Hal Positif



SISWI SMPN 2 Ciamis membeli makanan di "Cafe Kejujuran" yang ada di lorong taman baca sekolah tersebut, Juli lalu. Mulai dari mengambil barang, membayar, hingga mengambil kembalian dilakukan sendiri. Mereka dituntut jujur untuk mencatat setiap transaksi yang dilakukan.* NURHANDOKO/"PR"


BANDUNG, (PR).-
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menilai "kantin kejujuran" menunjukkan perkembangan positif. Sejak digulirkan, program ini mendapat respons baik dari siswa. Oleh karena itu, program ini akan terus dilanjutkan sebagai salah satu upaya menanamkan moralitas yang baik pada pelajar. Program ini pun dipandang sebagai langkah pertama pendidikan antikorupsi di sekolah.

"Biasanya di awal mereka rugi dulu. Lama-lama tidak ada lagi yang curang. Pembelajaran ini yang terus diupayakan," kata Kadisdik Jabar Dadang Dally di Bandung, Selasa (6/9). Setidaknya saat ini setiap kabupaten dan kota di Jabar telah memiliki satu kantin kejujuran.

Kantin kejujuran, menurut Dadang, merupakan salah satu upaya menanamkan kearifan moral pada pelajar. Jika para pelajar telah menjadikan kejujuran sebagai salah satu sendi hidupnya, diharapkan kelak dalam masyarakat bisa membawa kearifan tersebut. "Kalau nantinya mereka tidak korupsi, itu sebagai dampak jangka panjangnya. Yang penting mereka sudah memegang prinsip kejujuran itu," katanya.

Masalah moralitas saat ini kembali menjadi bahasan di kalangan pendidikan. Pendidikan moral tidak lagi secara khusus diberikan di bangku sekolah. Dadang setuju jika pelajaran moral atau budi pekerti bisa kembali masuk sebagai salah satu kurikulum di sekolah. "Namun, perlu didiskusikan dengan pihak sekolah karena sekolah juga memiliki kewenangan masalah kurikulum ini," katanya.

Ketua Komisi E DPRD Jabar Nur Suprianto optimistis pendidikan moral semacam ini bisa masuk dalam kurikulum. Bahkan secara spesifik, pendidikan antikorupsi pun bisa diterapkan. "Ada peluang untuk bisa masuk dalam kurikulum lokal. Bisa juga di kurikulum tambahan," ujarnya.

Kantin kejujuran sebagai langkah awal pendidikan antikorupsi memang masih bisa terus dijalankan, meski harus disempurnakan. (CA-170)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar