"THINK globally, act locally". Adagium itu tampaknya bisa dilekatkan pada kiprah Lingkung Seni Sunda (Lises) , salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) "kojo" di lingkungan Unpad. Mendukung konsep akademik lewat diplomasi budaya menuju universitas kelas dunia.
"Itu mungkin peran yang bisa diambil Lises dalam tantangan Unpad untuk setaraf dengan perguruan tinggi internasional," ungkap Drs. Aceng Abdullah, M.Si., mengenai peranan Lises dalam menyejajarkan Unpad setaraf dengan perguruan tinggi internasional.
Menurut pengalaman dia ketika memboyong Lises beserta unit kesenian Unpad sekitar bulan Mei 2008 lalu ke Warsawa Polandia, apresiasi warga setempat begitu antusias. "Sampai-sampai kami selama satu pekan lebih di sana terus-terusan diundang untuk mementaskan atraksi seni budaya Sunda oleh stasiun televisi, kampus, hotel berbintang, dan Konsulat Jenderal Jerman," katanya.
Seni budaya Sunda ternyata mempunyai daya tarik bagi warga di sana, ungkap Aceng. Dampak positif terhadap pendidikan, tambah Pembantu Dekan III Fikom Unpad ini, ada mahasiswa Universitas Warsawa yang ingin mempelajari kesenian Sunda. Dengan demikian, seni budaya Sunda dapat menarik minat warga asing untuk menuntut ilmu di Indonesia.
Keberadaan Lises untuk mendukung Unpad menuju WCU juga dingkapkan oleh salah seorang mantan dewan pertimbangan pengurus Lises, Bhawika Hikmat Prasetya. "Kalau Unpad mau menjadi WCU, harus mempunyai keunikan tersendiri yaitu identitas kesundaannya," tutur dia.
Ketua Lises angkatan ke-26, Heli Apriani mengatakan, Lises mempunyai beberapa angkatan yang beranggotakan mahasiswa dari luar negeri seperti Malaysia.
"Akan tetapi, yang paling penting saat ini, bagaimana menanamkan kecintaan warga Jabar terhadap seni dan budaya Sunda," ungkap mahasiswa jurusan antropologi itu. Jangan sampai antusiasme bangsa lain mempelajari budaya Sunda malah melebihi semangat warga pituin. (Novianti Nurulliah) ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar