Kamis, 25 September 2008

Menggambar, tak Perlu Bakat


SISWA belajar menggambar di Sanggar Olah Seni Bandung di Jln. Babakan Siliwangi Kota Bandung, Rabu (24/9). Dalam berkarya seperti menggambar atau melukis baik anak-anak, remaja, maupun dewasa bisa belajar tanpa memerlukan bakat alami.* ADE BAYU INDRA

Tangan Bani (9) tampak lincah memainkan krayon di atas kertas gambarnya. Gambar seekor kera yang memegang pisang diberi warna cokelat merata. Di atasnya ia menambahkan matahari berwarna kuning, seakan terasa teriknya.

"Ini sinar mataharinya. Lagi panas nih," ujar Bani polos seraya menunjuk gambar matahari di atas kertasnya. Ia mengulaskan warna kuning untuk menuangkan imajinasinya pada matahari yang selama ini hanya ia lihat dari kejauhan.

Dua bulan terakhir, Bani dan adiknya belajar menggambar dan melukis di Sanggar Olah Seni, Jln. Siliwangi Bandung. Tidak hanya Bani, setidaknya terdapat 10 orang yang sedang menekuni belajar menggambar dan melukis di sana. Usianya pun beragam, dari yang prasekolah sekitar berumur tiga tahun, hingga usia dewasa. Usia 50-an pun ada yang belajar menggambar.

"Biarkan saja mereka mengeluarkan imajinasinya. Mereka bebas menggambar apa saja yang mereka suka," kata Susentono, salah seorang pengajar di sanggar tersebut. Menurut dia, menggambar tidak memerlukan bakat khusus. Selama mempunyai ketertarikan pada seni menggambar, setiap orang pasti bisa mempelajarinya. 

Di sanggar ini, anak-anak diperkenalkan berbagai teknik menggambar. Namun, setiap anak akan dikembangkan sesuai dengan potensinya masing-masing. "Belajar di sini tidak untuk mencetak robot-robot yang mempunyai hasil karya seragam. Kalau muridnya ada sepuluh, akan ada sepuluh karya yang beragam," tutur Sento.

Anak-anak dibiarkan menggali imajinasinya masing-masing dan sebisa mungkin mereka tuangkan di atas kertas. Hasilnya akan beragam. Setiap anak mempunyai gayanya sendiri-sendiri. "Kalau sudah belajar dengan intensitas yang cukup, mereka akan menemukan garisnya masing-masing," katanya.

Menurut Sento, proses kreatif pada anak seperti ini yang harus dijaga dan dikembangkan. Beruntung, Sanggar Olah Seni merupakan salah satu tempat berkumpul para seniman sehingga murid-murid bisa bertanya secara langsung kepada ahlinya. Lukisan-lukisan yang dipajang di hampir semua dinding sanggar juga menjadi inspirasi bagi murid-murid di sana.

Ditemui di tempat yang sama, seniman Andi Sopiandi mengatakan, proses kreatif ini yang sekarang mulai tidak dihargai. Banyak anak-anak yang belajar menggambar sekadar untuk mendulang piala sebanyak-banyaknya. Prestasi seni diukur dari jumlah kejuaraan yang mereka menangi. "Banyak yang akhirnya mencuri umur supaya bisa menang. Padahal seharusnya, biarkan mereka berkreasi sesuai imajinasi mereka," katanya.

Andi mengatakan, mereka yang tidak dianugerahi bakat dalam hal menggambar, tetap bisa berkreasi melalui gambar dan lukisan. Selama terdapat keinginan kuat untuk belajar, menggambar dan melukis bukanlah hal yang sulit. (Catur Ratna Wulandari)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar